PASAR MALAM PEMDA

 

PASAR MALAM PEMDA

(birokrat dan pelaku ekonomi rakyat merapat)

Oleh Eko Nurwindarto

              Gagasan ini diharapkan akan mampu mendekatkan pemda-pemda kepada segenap warga di wilayah administratifnya. Warga akan bisa menikmati secara langsung kinerja aparat pemerintah daerahnya, khususnya dalam hal upaya untuk menggairahkan perekonomian masyarakat dan hiburan rakyat. Diberitakan bahwa sejumlah  pemda menggunakan anggarannya lebih banyak untuk membayar pegawai hingga 50-60 %. Maka semoga gagasan ini bisa membantu upaya mengeksiskan atau mengaktualisasikan kinerja birokrat secara kasat mata di tengah masyarakat.  Menjadi birokrat itu tidaklah mudah.  Karena sebagai manusia biasa mereka juga akan dibelit oleh problem dan hasrat klasik-domestik (beli mobil, bayar sekolah anak, dll).  Beban itu bertambah sebab ketika baru diterima kerja saat itu, lebih dahulu mereka juga harus mengangkat sumpah bakti kepada negeri (di bawah kitab suci). Ada pula yang mengaku  bahwa hingga pensiun nanti,  diprediksi beban-beban pinjamannya belum akan lunas.  Tetapi ia tidak hendak meminta permakluman jika kemudian kinerjanya menjadi terbatas !! Aneka kebutuhan senantiasa berkelindan dengan tumpukan pinjaman tak berbatas !!! Maka gagasan serta wahana bagi mereka agar bisa merapat-akurat dengan rakyat kiranya layak diselenggarakan.

       Ada  sebuah “memori strategis” yang mengilhami gagasan ini. Dulu saat masih SD-SMP-SMA, saya suka nonton PAMERAN PEMBANGUNAN dan PENTAS HIBURAN yang diadakan oleh pemerintah kecamatan di daerah saya.  Peserta dalam dua kegiatan tersebut berasal dari desa-desa se kecamatan.  Maka terselenggaralah aneka kegiatan. Antara lain “wirausahawan” serta “seniman” tingkat desa saling unjuk gigi. Warga pun antusias ingin melihat penampilan “artis-artis” musik, drama dan tari tradisional yang merupakan teman-teman keseharian mereka sendiri. Masyarakat sangat menunggu-nunggu kemeriahan itu.  Selain beroleh hiburan gratis, mereka juga bisa berpameran, belanja dan berjualan apapun.  EKONOMI LOKAL PUN BERGAIRAH !!  Sayang sekali acara yang digandrungi oleh warga tersebut hanya terselenggara  kadang-kadang saja.  Yakni bila tiap tanggal   17  Agustus atau kalau ada serah  terima pejabat lokal.  Berdasarkan pada “memori masa lalu” itulah yang kemudian merangsang untuk ber-“angan-angan implementatif” sebagai berikut: Andai Setiap Pemda Kabupaten/Kota di Indonesia Memiliki Program  Pasar Malam,  Niscaya Bakal Tak Terkira Potensi Masyarakat Yang Akan Tergali.  BEREKONOMI   SEKALIGUS BERHIBUR DIRI”


ELABORASINYA KIRA-KIRA DEMIKIAN   

         Pemda Kabupaten/Kota memiliki sejumlah wahana standar pasar malam seperti komedi putar, tong setan, ombak air, halilintar, bianglala, media sulap, dll (boleh yang jadul maupun modern).  Pengadaan segenap wahana tersebut kiranya bisa diambilkan dari pos belanja modal yang biasanya tidak habis diserap dan cenderung “diparkir”, sekaligus hal ini akan membuka peluang pasar bagi para pengrajin wahana permainan.  Dan kiranya jumlah dana yang dibutuhkan untuk proyek Pasar Malam Pemda tersebut tidak seberapa bila dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan pilkada yang biasanya hanya berlangsung “meriah sesaat”. 

          Pemda merekrut “para ahli” di bidang pasar malam.  Bisa dari kalangan PNS yang sudah ada atau menyeleksi pegawai baru sebagai honorer dan tak menutup kemungkinan nantinya bisa diangkat menjadi PNS.  Sehingga penerimaan PNS Pemda tidak harus dari jalur “monoton” seperti selama ini yakni melalui: tes masuk secara resmi/reguler, tambal sulam/koneksi atau olahragawan berprestasi. Dengan adanya program Pasar Malam Pemda, berarti kelak tukang sulap atau entertainer lokal bisa pula menjadi PNS yakni melalui JALUR KREATIF. Maka saatnyalah para otodidak memperoleh pengakuan !!

             Pasar Malam Pemda seperti yang telah terpapar di muka,  kemudian secara bergilir “pentas” di tiap kecamatan setidaknya selama 3 hari 3 malam. Sehingga kelak mobil pemerintah yang blusukan ke desa-desa bukan sejenis ambulan dikarenakan ada bencana yang melanda.  Tapi tertulis di bodi kendaraan : Mobil Pasar Malam Pemda !! yang tampak mengangkut properti ombak banyu, bianglala, tong setan, dll.  Dan ada pula trailer yang  membawa gajah sirkus!!! Horeee….tak terkira bahagianya para rakyat yang menyambut kedatangannya, melupakan derita terutama bagi yang barusan terkena problema

            Sebagai abdi negara, maka aparat koramil, polsek  dan   muspika  setempat pun  tentu  dilibatkan  dalam  penyelenggaraan pasar malam di wilayahnya  itu sesuai  dengan  kompetensinya.  Dibentuk pula event organizer (EO) tingkat lokal  di tiap-tiap kecamatan yang bertugas mengelola segenap mata acara yang akan ditampilkan.   ARTIS-ARTIS PEMDA TINGKAT KABUPATEN dan ARTIS-ARTIS LOKAL TINGKAT KECAMATAN/DESA pentas bareng dalam satu panggung pertunjukan rakyat.  Mereka bisa saling unjuk gigi, berkolaborasi/featuring atau ber-jam session. Artis dari Pemda bisa menyajikan lagu Bahasa Kalbu” (Raisa) atau “Menjemput Jodoh” (Armada), sedangkan yang dari desa menyenandungkan “Banyu Langit” (Didi Kempot) atau sebaliknya.  

             Pengaruh berlipat-lipat dan simultan dengan diadakannya PASAR MALAM PEMDA niscaya antara lain sebagai berikut :

a.       Warga lokal akan memiliki MEDIA untuk berekspresi aneka seni.

b.      Warga lokal akan memiliki PELUANG memamerkan beragam komoditas.

c.       Warga lokal akan memiliki KESEMPATAN memperoleh hiburan off air.

d.      Warga lokal akan memiliki HARAPAN meningkatkan perekonomian. 

               Pasar Malam Pemda juga akan merangsang terpanggilnya pedagang musiman.  Semisal para ibu rumah-tangga yang membuat aneka produk kuliner.  Petani yang menjual hasil bumi seperti kacang goreng, kedelai rebus dan jagung bakar.  Atau karang taruna yang memberanikan diri berwiraswasta dengan menawarkan hasil ekonomi  kreatif/handmade goods. Pedagang yang sudah profesional pun bisa dipertimbangkan  untuk diikutkan guna lebih meramaikan pasar malam. Pedagang nomaden juga bisa diberi ruang menjajakan dagangannya. Silakan yang punya lapak-lapak online pun bisa ber-cod dengan aneka strata konsumen.

               Kemudian niscaya mereka semua tentu akan terdorong untuk selalu menunggu-nunggu datangnya Pasar Malam Pemda di wilayahnya. Bahkan berburu mengikuti terus ke mana Pasar Malam Pemda menggelar pentasnya. Laiknya para pedagang mainan anak-anak yang saling mengirim broadcast : hari ini ada jaran kepang di mana, besok di mana aka nada topeng ireng?!! Bintang-bintang seni lokal, kuliner lokal, kerajinan lokal pun niscaya bakal tertangkap-terpantau dan kemudian bisa melejit-moncer dengan adanya Pasar Malam Pemda ini. Warga yang berasal dari luar wilayah kecamatan juga akan mempunyai destinasi baru dengan berkunjung pada Pasar Malam Pemda yang sedang berlangsung. Termasuk orang-orang kota. Mereka bisa bersepeda malam-malam, touring malam-malam, foto-foto atau nulis puisi malam-malam. Pasar malam ini selain merupakan program dari pemda, juga didukung oleh kecamatan dan desa (terutama dengan DANA DESA-nya).  Dan niscaya akan makin meriah lagi bila didukung pula oleh  KKN mahasiswa !! Namun jangan berpikir akan ada pula permainan dadu di keramaian Pasar Malam Pemda seperti pada pasar malam zaman dulu. 

              Lembaga Pasar Malam Pemda ini dimasukkan sebagai badan dengan manajemen tersendiri di dalam struktur kelembagaan pemda.  Misalnya seperti Pemadam Kebakaran (Damkar) yang berada di bawah Dinas PU. Kira-kira apa coba beda antara Pasar Malam Pemda denganDamkar ?  Pasar Malam Pemda beroperasi setiap seminggu sekali berkeliling ke segenap wilayah kabupaten, sedangkan operasional Damkar bisa 5 atau 10 tahun sekali yakni bila ada pasar terbakar !! Dengan adanya Pasar Malam Pemda kiranya akan memberikan alternatif pekerjaan kreatif bagi para PNS yang selama ini cenderung lebih suntuk terbenam  dalam urusan-urusan birokratik/administratif yang menggunung. Dengan Pasar Malam Pemda, secara langsung pemerintah daerah bisa membuat rakyatnya BERBAHAGIA. Sekaligus sebagai OASE-KOMUNIKATIF antara pejabat dengan rakyat bahkan hingga level paling bawah sekalipun. Bakal sejuk banget!! Perwujudan gagasan Pasar Malam Pemda tersebut tentu menunggu setelah pandemi wabah covid 19 berakhir. Namun alangkah baiknya apabila segenap persiapan dimulai dari sekarang. Sebab menunda membahagiakan rakyat, sementara gagasan untuk itu telah tersedia adalah tindakan yang jauh dari sifat kenegarawanan.

                                 *Eko Nurwindarto, pengelola perpustakaan swasta, tinggal di Temanggung.












 

 

Komentar