NanCita itu adalah PUISI, KKN dan TAIWAN (5 BABAK PERJALANAN LITERASI)


 
(Di entri ini terlampir surat untuk Bapak Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc, mantan Rektor UNDIP) 

NanCita itu adalah PUISI, KKN dan TAIWAN 
(5 BABAK PERJALANAN LITERASI)

BABAK 1: 
Kala itu ketika membaca buku-buku biografi tokoh, rasanya mudah saja dalam mengikuti alurnya. Saat menyimak novel, jalan ceritanya juga gampang ditebak.  Manakala menikmati cerpen pun, tak ada kesulitan memahami isinya.  Namun pada saat menekuri PUISI, saya bingung banget.  "Iki opo to mangsude ?!"  Misalnya kalimat: nisan diam yang purba, pelangi patah-patah tanpa warna, bulan pucat tergelincir, dll.  Dari bingung itulah muncul rasa penasaran untuk makin bergulat menggumuli kata dan menyetubuhi makna dalam puisi. Lama-kelamaan jadi asyik, sebab institusi puisi-lah yang rasanya paling mampu memberi PENGALAMAN IMAJINATIF. Maka saat SMA lahir 2 buku ini: 

 
(memuat 78 sajak, berikut ini di antaranya) 

PERCAKAPAN DIRI SENDIRI 
sungguh tak kuduga kau jadi pemain sandiwara 
melayang-layang di alam khayal 
tak menentu 
menghitung sudut balkon tiap pentas 
menanti sanjung pria berandalan 
menyucrup rangkaian abjad-abjad loakan 
hingga tak sempat menyusun lima huruf saja: 
C.I.N.T.A. 
buatku 

ANEKDOT SEORANG PEJABAT 
tas yang dijinjing bapak itu memuat api 
lalu tercebur di sungai 
tentu saja semua air mendidih 
bapak itu dan yang sedang mandi pun mendidih 
dan mulut mereka saling melontar kutuk 
lalu sejam kemudian 
beliau didudukkan dengan ramah 
di meja hijau 
(bisanya cuma cengar-cengir menatap 
kebodohannya) 

KEPADA MELATI 
kupanah dengan daun ilalang 
mega duka yang bergayut di wajahmu 
agar kilat yang kau pancarkan 
terang merambati hatiku 

ORANG-ORANG 
di mana-mana banyak orang 
di tahanan 
di wc 
di semak 
di lapangan 
di mobil 
di kursi-kursi 
di makam 
di hotel 
di atap 
di mana saja 
persoalannya: tertampungkah semua di surga? 

SAJAK TAK BERARTI 
lapar dapat ditipu makan 
kalau begitu makan penipu lapar 
aku ditipu kau 
kalau begitu kau penipuku 
hidup dapat ditipu uang 
kalau begitu 
uang penipu hidup 

SAJAK NEKAD 
mari kita jebol semua hati 
kita dobrak dindingnya 
kalau sudah 
kita masuk bergantian 

KELAK BILA TAHUN 2500 
kelak bila tahun 2500 
aku tak akan peduli lagi pada segala bentuk 
kehidupan pendek 
kemiskinan panang, 
bodi manusia 
kaki pendek 
tangan panjang 
aku tak akan peduli lagi pada segala bentuk 
hari pendek 
hutang negara panjang 
aku tak akan peduli lagi pada segala-galanya 
usia pendek 
kemarau panjang  

(sajak-sajak di atas karya Eko Nurwindarto ketika kelas 1 SMA)  

BERIKUT INI BUKU MEMOAR SMA SAAT KELAS 3

RANGKAIAN KATA 
DIA ADALAH TUHAN, yang menciptakan pertemuan-pertemuan, mencetak persaudaraan dan kasih sayang, demikian pula membikin perpisahan........Adakalanya perpisahan itu menakutkan ataupun bahkan menggoreskan dendam.  Namun sesungguhnya Tuhan juga membuat perpisahan yang penuh akan aroma kedamaian, bergelimang kecerahan serta kepastian.  Yakni adalah perpisahan yang bertolak dari persaudaraan, bermula dengan saling pengertian bertabur bunga persahabatan dan berangkat dari suasana hati yang padang lapang.  Perpisahan yang dilandasi persaudaraan adalah sejatinya bukanlah perpisahan, karena jiwa kita akan tetap bersatu meski wajah tak saling bertatap syahdu, ibarat ungkapan "jauh di mata dekat di hati".  Lain dengan perpisahan yang berlatar belakang itu tuh ....cinta.  Perpisahan macam begitu akan selalu dibaluti oleh emosi, malah juga dendam dan caci maki, sebab cinta itu sendiri adalah penggoncang diri, pengurai lamunan dan seribu satu peran lagi.  Tandaskan sekali lagi, bahwa sebenarnya kita tidaklah akan berpisah !  Sebab hati kita niscaya senantiasa memohon agar sang malam setia menurunkan mimpi-mimpi bagi kita beserta segala tingkah polah kita, dinamik kita.  Ehm, orang bilang masa remaja adalah saat yang paling indah, dan kita tahu bahwa masa tersebut lewat ketika kita di SMA, oleh karenanya tak akan bisa kita lupakan segala gerak langkah kita di dalamnya, bukan ?  Selain itu, masa "SMA" juga merupakan saat pencetakan kedewasaan kita, kedewasaan hidup, kedewasaan BERTUHAN. Mari kita garis masa remaja kita dengan garis yang putih dan lurus.  Agar kelak dapat kita gunakan sebagai obat awet muda apabila kita mengenangnya setelah kita tua.  Dan semoga rangkuman isi dalam buku ini akan mampu menggelorakan semangat kita buat mengolah kehidupan di kemudian hari dengan bulat kepal tangan dan teguh tegar pendirian, beriring bersama kulum senyum keteduhan.  Amin. Que sera sera, whatever will be, will be........................................... 
                                                                                                                                           foreword to peace 
                                                                                                                                                        RED 

Bonus Sekedar Artikel:  
*Tumpul Sosial-Politik Generasi 80-an. 
*Sepotong Generasi dengan Idealisme yang Terbunuh.   



 
Judul: HERMIN YULIANINGSIH. 
Berdomisili di: Jln. Kesatrian No. 13 PURWOREJO, KEDU, JATENG. 
Dilegalisir jadi bayi pada tgl: 26 Juli 1963 (LEO). 
Hobby sahabat ini a.l: Tidur, makan dan ndengarkan musik yang nglangut-nglangut. 

"Yuliii....", begitu jika ibunya memanggil kawan kita ini.  Gadis berpenampilan serba 
praktis dan tercatat sebagai Sekretaris II kabinet terakhir kelas kita ini punya idola 
tokoh Bung Karno.  Dia ini berpendapat bahwa modern itu adalah segala tingkah hidup 
yang mengikuti perkembangan zaman dengan kebudayaan tinggi, dan hanya diambil 
hal-hal baru yang dapat memperbaiki cara hidup.  Wah, ternyata seraut wajah di sini ini 
punya prinsip hidup yang yahud, begini: "Bukan kepuasan atau kemewahan yang ku- 
cari, namun kedamaian dan kebahagiaan.  Bukannya harta yang hendak kutabung, 
tapi amal budi untuk bekal dalam aku kembali ke alam abadi."  O, cowok yang ber- 
wibawa, tenang, sederhana dalam penampilan, setia dan tanggung jawab serta bijaksana 
kepribadiannya, ternyata menjadi idaman dari kawan kita ini.  Dan ia ingin sekali men- 
jadi manusia yang berguna buat sesama.  Oh ya, dia juga punya favourit terhadap aktris 
si mata biru Michelle Pfeiffer dan novelis La Rose serta ilustrator/kartunis majalah  
"GADIS" si Jon.  Masyarakat bisa kejam bila kita tidak dapat menyesuaikan diri, namun 
sebaliknya juga bisa membuat kedamaian apabila terjalin pengertian dan penyesuaian, 
begitu kesimpulan atas pendangannya terhadap dinamiknya masyarakat.  Dia juga bilang 
bahwa kehidupan di masa remajanya cukup menyenangkan, penuh akan pengalaman dan 
petualangan.  Kawan yang senang terhadap musik jazz dan slow serta film detektif juga 
roman psychology ini ternyata sangat sayang pada bapak ibunya tercinta.  Mengenai saat- 
saat yang tidak menyenangkannya sebagai pelajar, kalau nilai hasil ulangan jelek dan tak 
siap dalam ulangan dan tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima pelajaran.  "Semoga 
persahabatan kita ini abadi, dan bila ada acara pertemuan saya harap teman-teman bisa 
mendatanginya, ya ?  Dan tak lupa jika ada di antara teman-teman yang mau itu tuh..... 
nikah, bagi-bagi undangannya ya ?, begitu serangkai pengharapannya (H+E). 

bersua muka lagi dengannya yang ke....                            goresan lembut jemari kenangnya 
tertanggal..........di............  

 Seperti apakah detail-profil saya kala SMA? Simak buku ini selengkapnya !!


 
(Tiga pelajar SMA bernama Agus, Eko, Aqim) 
 

BAYANGAN SKETSA II 
           "Ah, dia itu kawanku apa bukan ya ?", pikir seorang pemuda yang jaketnya bersimbol pegawai negeri.  "Dulu semasih SMA rambutnya sebahu.  Kalau wajahnya memang tetap oval."  Pemuda itu terus saja merasa ruwet setelah tadi ia berpapasan dengan seorang gadis.  "Ah, seandainya ia kawanku, pasti akan menyapaku, setidaknya tersenyum padaku.  Tapi tadi, dia diem aja.  Apakah benar dia bukan kawan sekolahku dulu ?  Tapinya, langkahnya itu lho....yang tak dapat kulupakan." Dalam panas yang menyengat, ia tetap saja berpikir, berupaya memecahkan "question" terhadap gadis tadi.  "Rugi besar nih kalau benar dia kawanku.  Soalnya aku ini takut jika dia mengecap aku ini sombong hanya karena aku bingung mau nyapa lantaran tadi aku ragu.  Tapi apakah sebaliknya dia yang justru sombong ?  Ah tidak !  Tidak !  Aku percaya sepenuhnya pada semua kawanku, mereka tidak bakalan ada yang mau nyombong."   
        Langkah pemuda itu menjadi tak terkendali secara mutlak oleh otaknya.  Sebab ia merasa diburu oleh perasaan yang "tak mengenakkan" itu, sehubungan terjumpanya ia dengan seorang gadis yang menjadi teka-tekinya, apakah gadis itu kawannya benar-benar atau bukan.  Tangannya yang menggenggam "Rp 50,-" sebagai sisa terakhir buat nge-colt pulang, tanpa ia sadari ia main-mainkan.....Dan tanpa setahunya uang itu terlempar !  Tetap saja ia berusaha mengatasi pergulatan batinnya.  "Sial, sial benar aku, siapa ya dia ?  Kok sampai lupa aku.  Padahal buku kenangan ini selalu kubawa.  Tapi agak logis juga, sebab sudah sekian tahun aku tidak ketemu dengannya, sedang zaman ini cepat sekali merubah segalanya.  Aduh, tapi aku merasa yakin dia kawanku, siapa ya ?"      
         Tambah kacau otak pemuda itu.  Hingga langkahnya menjadi tidak terarah lagi.  Padahal trotoar yang ia lewati itu belum 100% rampung pembangunannya, sehingga banyak batu yang berserakan dan lagi di situ ramai orang berjualan.  Dan....tanpa sengaja ia menendang satu batu sebesar kepalan, di mana batu itu terus saja melesat ke arah pantat sebelah kiri dari salah seorang mbok bakul di situ. Ya kontan saja mbok bakul itu njerit: "Wathauuuuuww !"  Tapi anehnya mbok bakul itu tidak marah bahkan lalu mesem setelah memandang wajah pemuda itu dan kakinya. Kenapa ?  Soalnya, dengan agak merinding disco pemuda itu beringsut seperti ketakutan akan dikeroyok orang banyak.  Dan lagi yang menyebabkan mbok bakul itu mesem adalah.......sepatu pemuda itu yang tua dan butut.....Robek, hingga "angop" setelah menendang batu yang lalu nyasar ke pantat sebelah kiri mbok bakul itu. Grogi sekali pemuda itu, tetapi untung saja: kebetulan ada sebuah colt berhenti cari penumpang.  Lantas tanpa pikir panjang seraya dengan berjalan terpincang-pincang karena sepatunya telah "luka", pemuda itu terus saja naik.  Baginya memang lebih baik untuk tidak berpikir panjang.  Sebab andaikata dipikir panjang, bisa-bisa "Rp 50,-" yang telah terlempar tadi ikut terpikir juga.  Derum mesin colt mengembalikan seluruh kesadaran pemuda itu, akan tetapi malah menjadikannya linglung sendiri. 
                                            *************************************
 

(Buku kenangan SMA ini selain memuat 47 profil teman sekelas dengan beragam opini mereka, juga terpacak 26 buah puisi-memorik, 11 sketsa "cerpen-futuristik", foto-foto di kelas, pantun, renungan serta TTS persahabatan, dan lain-lain.  Buku ini lahir juga dikarenakan oleh keaktifan saya dalam kegiatan SASTRA RADIO kala itu.  Sesungguhnya buku sederhana yang memorable dan serupa "masterpiece" ini senantiasa menjadi penghela saya untuk terus terlecut bergelut dalam dunia literasi.  Saya pun selalu terpacu untuk mengajak rombongan anak-anak SMA yang sering datang di perpustakaan saya agar tekun membaca dan menulis, juga siapa pun mereka yang peduli kepada aksi bergagasan).  
 __________________________________________________________
  
BABAK 2: 
Sepanjang menjadi mahasiswa sangat terpukau dengan 3 mata kuliah, yaitu LOGIKA, MANAJEMEN dan KKN.  Akhirnya terebutlah pengalaman sebagai berikut: 
  
KKN-KU YANG SANGAT KUCINTA 
(makin memperkuat ide pendirian Sanggar Bacaan NanCita

KEBERHASILAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) 
YANG NOSTALGIS SEKALIGUS INSPIRATIF  

NB: KKN adalah  mata kuliah  idaman.  Melalui KKN itulah 
        ingin banget menguji "social skill" saya.  Ketika tenggat 
        waktu harus ber-KKN tiba, saya tak punya cukup biaya. 
        Akhirnya ada seorang dosen berkenan membantu finan- 
        sialnya.  Usai KKN, saya beroleh momentum untuk kian 
        memantapkan  orientasi  hidup.  Yakni, berjuang  keras 
        demi untuk memperjuangkan terwujudnya: 
                                                                 SANGGAR BACAAN.   


SEKEDAR PENGALAMAN NGETHOPRAK KKN 
          Jauh sebelum KKN, saya memang telah merancang segenap program yang sekiranya bisa diterapkan di desa pengabdian.  Dan  kebetulan saya ditunjuk sebagai Koordinator Desa (Kordes), sehingga terpikul suatu tanggung jawab bagi berhasil tidaknya penyelenggaraan segenap program. Setelah melakukan orientasi, kami mendapati bahwa desa tersebut tampaknya masih "panas" berkaitan dengan baru saja diselenggarakannya pemilihan kepala desa (pilkades) dan penerapan perda perangkat desa.  Bahkan ada satu pedukuhan terisolir yang pernah didatangi oleh seorang "imam" kontroversial/fundamentalis, dan ia mempengaruhi penduduk agar bersikap pasif terhadap kiprah pembangunan desa.   

        Melihat situasi yang demikian, maka saya selalu mengajak kawan-kawan satu tim untuk beranjangsana ke seluruh tingkatan sosial warga.  Dan tanpa mengabaikan program-program fisik sebagaimana "gengsi" KKN pada umumnya, kami lebih menitikberatkan pada sejumlah program non fisik (terutama karena mengingat kondisi aktual desa).

         Kebetulan saya berhasil melihat sebuah peluang bahwa di desa itu terdapat potensi kesenian yang dahulu pernah jaya namun tengah mati, yakni seni kethoprak.  Maka meskipun semula mendapat tentangan, saya terus melakukan upaya pendekatan (lobi-lobi) agar potensi seni kethoprak itu bisa dipentaskan.  Namun sebenarnya tujuan saya bukan hanya terletak pada segi pementasan saja, melainkan lebih kepada "persiapan-persiapan dan proses latihan" sebelum pentas.  Sebab dengan demikian seluruh warga akan bisa berkumpul dalam konteks kesenian tanpa dibebani oleh konflik-konflik pribadi.  

          Alhamdulillah, strategi yang saya canangkan mencapai sasaran.  Proposal pementasan kethoprak disetujui !!  Saya menjadi pimpro pementasan, sekaligus merangkap sebagai asisten sutradara. Kemudian seperangkat gamelan yang sudah berdebu, karena terlalu lama disimpan, dikeluarkan dan ditabuh kembali.  Kami pun manjing ajur-ajer latihan bersama segenap lapisan warga.  Dalam episode latihan inilah warga yang tadinya "berjauhan hati" akibat pilkades menjadi otomatis harus bersaling sapa.  Maka saling curiga, salah paham dan mungkin sakit hati pun cair.  Dan setelah kurang lebih satu bulan asyik latihan, sudah tampak kembali keguyuban para warga.  Terutama seorang guru SD yang dulu tidak terpilih dalam pilkades, dan sudah lama jothakan (bermusuhan) dengan pemerintahan desa, berhasil kami ajak main kethoprak (termasuk pendukung-pendukungnya). Beliau pun berterima kasih kepada kami TIM I KKN UNDIP di desa itu, karena merasa telah mendapatkan wahana yang tepat untuk "berdamai" kembali dengan kepala desa terpilih.  Pak Kades dan staf juga berterima kasih kepada kami.  

          Dan......byar !!, kami pun bermain kethoprak dengan mengambil lakon LABUH TRENO SABOYO PATI (saya memerankan Adipati Sanggoro). Teman kami Siswadi dan Agus saling berkelahi karena berperan menjadi prajurit dari kubu yang berlawanan.  Mereka bertarung terlalu lama, rupanya di antara mereka lupa siapa yang harus menang !! Sedangkan remaja desa tersebut menampilkan tari tradisional, tari kreasi baru, baca puisi dan karaoke (dibawakan teman kami Lilik dengan lagu Isabella). Penonton berjubel.  Bapak/Ibu Camat Tayu pun mriksani (kemudian pentas kami tersebut mengilhami pentas kethoprak di tingkat kecamatan pada saat perpisahan KKN).  Usai kethoprakan bahkan ada seorang penduduk yang karena saking simpatinya, dengan tulus dan secara pribadi memberi saya buah nangka, seikat petai serta seekor ayam hidup !!  Keakraban dengan warga pun kian menghunjam di jiwa.  

          Namun......seminggu kemudian, kami terpaksa harus meninggalkan desa KKN karena masa bakti 3 bulan sudah habis.  Kami dilepas oleh warga dengan iringan keharuan yang luar biasa.  Dan setiba di kota Semarang, kami pun sering menerima surat-surat persaudaraan dari warga desa Bendokaton Kidul Kecamatan Tayu Kabupaten Pati tersebut. (Mereka berkali-kali berpesan kepada kami agar bersedia datang lagi ke desa itu jika musim rambutan tiba.  Benar belaka ketika musim itu tiba, saat kami bermain ke sana, pulangnya disangoni rambutan yang banyak sekali.  Sesampai di kos, saya bagi dengan teman-teman kos, termasuk ibu kos ikut menikmati. Lumayan sebagai lobi penundaan bayar kos bulan itu he he he.....).   

          Setengah tahun kemudian saya ditelegram oleh Pak Kades, diminta untuk ngethoprak lagi dalam acara "sedekah bumi" desa itu. Maka saya pun tampil naik panggung kethoprak kembali, sedangkan teman-teman KKN yang lain tidak bisa ikut latihan, sehingga mereka memilih menjadi penonton saja bareng adik-adik TIM KKN II yang pada saat itu juga ada di sana.   Kali ini dengan lakon PRAHARA LAUT KIDUL (karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo, pernah dimuat sebagai cersil di Harian Suara Merdeka).  Saya berperan sebagai Patih Narotama.  Sebelum itu saya tampil untuk nembang Jawa yang liriknya saya campusarikan dengan parikan-parikan seni tayub. Usai pentas, saya sungguh tidak menduga ketika tiba-tiba saya dimintai ijin secara resmi oleh seorang elit desa (Kaur Bangdes Kecamatan) beserta istrinya.  Mereka minta ijin bahwa kelak jika tiba waktunya saya diwisuda, keluarga itu mempunyai kaul ingin ikut menyaksikan upacaranya di UNDIP.  Kemudian akan memboyong saya ke desa tersebut serta hendak ditanggapkan seni tayub !! Ada pula tokoh remaja desa itu yang ingin kuliah memilih jurusan yang sama dengan saya, dan di kemudian hari ia diterima.  

             Pada saat KKN saya juga ngrombyongi grup seni tayub yang ada di desa tersebut agar arahnya etis, disamping pula melakukan survey kehidupan kethoprak di daerah Pati.  Sedangkan program-program fisik KKN kami antara lain adalah pembangunan tugu selamat datang/pintu gerbang desa, papanisasi RT/RW, LKMD, Kantor Desa, P2WKSS, pembuatan timbangan balita, dan lain-lain.  Ber-KKN di desa itu sungguh merupakan pengalaman yang nostalgis sekaligus inspiratif, dan sangat mempengaruhi langkah-langkah hidup saya selanjutnya.  Di desa KKN itulah potensi social skill saya terasah serta teraktualisasikan.  Sudah sejak lama saya beranggapan bahwa sesungguhnya ada 2 "orientasi akademik" ketika kuliah di FISIP, yakni apakah akan memilih social skill ataukah social science.  Manifestasi dari pilihan social science adalah menjadi ilmuwan sosial atau sekurang-kurangnya dosen ilmu-ilmu sosial.  Sementara pengejawantahan dari social skill itu adalah eksis tidaknya seorang mahasiswa ketika ber-KKN dan kemudian eksis pula dalam hidup bermasyarakat secara langsung tanpa harus didukung oleh partai, yayasan, birokrasi atau komunitas-komunitas. Artinya hamparkan saja diri kita ke tengah masyarakat karena sesungguhnya masyarakat itu adalah kawah condrodimuko langsung bagi konsep social skill tadi.  Berangkat dari pemikiran yang alakadarnya itulah saya pengin banget memiliki lembaga yang bisa eksis di tengah masyarakat secara berkelanjutan.  

          Terima kasih UNDIP !!  Teman-teman KKN-ku, sorry banget aku tak bisa melupakan dirimu semua: Agus-hukum (Dwi Agus Tjahyono), Herman-peternakan (Herman Prakoso), Siswadi-teknik kimia (Siswadi), Ima-kedokteran (Ima Nugraheni Pratamayanti), Lilik-ekonomi (Lilik Dwi Yunita) dan Indah-hukum (Indah Warni).  Saat itu di bawah pimpinanku (he he he) kita kompak banget.....tetapi ternyata kalah kompak dengan Siswadi dan Indah, karena ora ngiro jebul kalian berdua menikah......   
(Foto-foto lainnya terkait KKN, selengkapnya bisa dilihat di NOTES akun fb Nancita Baru Temanggung. Serangkaian foto ini terkhusus juga saya persembahkan untuk perangkat desa dan warga desa Bendokaton Kidul, Kecamatan Tayu, Pati yang saat itu belum sempat melihatnya)
  
 
 
 
 
 
   
  
  


___________________________________________________________

BABAK 3:
Mungkin karena terpukau dengan mata kuliah MANAJEMEN (include ekonomi dan kewirausahaan), maka terdorong untuk menempuh langkah DERET UKUR berikut ini: 

SEMBURAT DARAH DI TAIWAN 
(Berburu modal demi Sanggar Bacaan NanCita

       Setelah berkali-kali gagal mencari pinjaman ke sana ke mari (Jakarta-Purworejo-Yogya), akhirnya modal untuk ke Taiwan didapatkan juga.  Sempat terdampar di bandara Taiwan hingga hampir tengah malam, sampailah di tempat kerja Hwang Shin Aluminium, Nankang Industry Zone, Taichung.  Karena tujuan ke Taiwan dengan menggenggam cita-cita (menikah, punya rumah dan membuka perpustakaan), maka di sana sering lembur kerja.  Berangkat kerja pukul 3 sore, kadang pulang esok harinya pukul 7 pagi.  Spartan !!  Suasana kerjanya seperti di pabrik alat-alat berat pada umumnya.  Banyak panel berkelip, penuh sengkarut kabel-kabel instalasi dan deru mesin-mesin raksasa.  Bising, baju belepotan oli, muka menghitam, dan tubuh terpapar debu.  Karena berpacu dengan kecepatan mesin, kami harus sigap saling fokus berkoordinasi.  Kerja penuh laku presisi. Dalam keriuhan bekerja seperti itulah, dibutuhkan sikap super berkonsentrasi. 
        Saya ditempatkan pada mesin berbobot 2400 ton, dan selalu dibutuhkan akurasi serta ketelitian yang sangat tinggi.  Mengoperasikan mesin potong aluminium selebar meja.  Gigi guntingnya besar-besar, cringih-cringih tajam menakutkan.  Putarannya super kencang kilat sekali.  Bila sedikit salah akurasi, tangan sering tergores, mata klilipen (kemasukan) serbuk aluminium, gendang telinga berdengung serasa mem-budheg. Jempol tangan saya pun pernah terlindas mesin, darah di kuku membeku hitam berbulan-bulan.  Jemari kadang terkena soda panas, soda ini biasa dipakai untuk mengetes tingkat kekedapan aluminium selepas dicetak. 

           *Masih terngiang ratapan pilu seorang teman yang kakinya putus terpotong mesin saat  
             lembur tengah malam.......(temanku Mas Taufik dari Madiun, semoga buku spiritual yang 
                kuberikan padamu bisa berguna selamanya.......). 
           *Terkenang pula saat saya menggenggam potongan jempol kaki orang Taiwan yang juga ter- 
             gilas mesin.......Daging manusia yang ada kukunya itu saya genggam dari TKP/pabrik hing- 
             ga ke rumah sakit.  Sempat saya intip, terlihat kian membiru dan dingin !! 

           Peristiwa tak terlupakan lainnya adalah: tengah malam saat kami sedang tidur nyenyak di mes lantai 3, tiba-tiba ranjang kami bergetar hebat.  Lantai mes berguncang kencang !!  Tanpa dikomando, dalam keriuhan kepanikan, kami pun serentak turun ranjang.  Berlari tunggang-langgang ke lantai bawah seiring dengan bangunan mes yang terus kian kencang berguncang seperti mau roboh.  Sampai di halaman mes, tanah yang kami pijak bergoyang oleng.  Semua lampu padam.  Dalam suasana gelap gulita itu yang terdengar hanya deru-cemas nafas teman-teman.  Kami serasa menunggu waktu, Taiwan yang berpulau kecil itu seperti mau tenggelam.  Kesiur angin berhembus menggidikkan bulu roma.  Tiba-tiba dari kejauhan tampak pancaran sinar silau-benderang yang meledak !!!  Matahari seperti semburat mendadak terbit di tengah malam !!  Kami pun semakin dilanda kegundahan dan kecemasan yang amat sangat. 

           "Eko, ini kiamat !!," kata teman bernama Muhamad dari Kebumen dengan nada risau-tercekat. (Esok paginya baru kami tahu, semalam itu adalah gempa bumi tektonik dengan kekuatan 7,6 skala richter.  Dan gebyar ledakan seperti matahari terbit yang mengiringi terjadinya gempa hebat itu adalah pabrik minuman yang terbakar.  Gempa tersebut menewaskan lebih dari 2000 orang, dan termasuk bencana alam yang paling mematikan dalam sejarah TAIWAN.  Suasana di dalam, bahkan di halaman rumah sakit, sangat mengenaskan).  

         Sepulang dari Taiwan, Alhamdulillah cita-cita yang sudah lama saya perjuangkan pun terwujud, yakni bisa beli rumah, menikah mandiri dan mencari nafkah berupa membuka Sanggar Bacaan NanCita serta N-CeBe Temanggung dan N-CeDe Parakan.  Masih terngiang ledekan dan celetukan teman serta tamu undangan yang datang dalam perayaan perkawinan: pengantin baru, sudah punya rumah sendiri, asyik dong !  (Asyiknya memang tak bisa terlupakan, Dik, totalitas serta kreatifitas di malam pertama itu senantiasa terbawa di sepanjang kehidupan, menjadi inspirasi nan abadi yang membahagiakan !!).  Hallah......!!! 

              Saya kadang masih teringat dengan pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang diampu oleh Ibu Marfiati, BA saat masih duduk di bangku SMA.  Terutama ketika beliau memaparkan tentang teori atau Prinsip DERET HITUNG dan DERET UKUR.  Notasi deret hitung adalah 1,2,3,4....dst, sedangkan deret ukur menggunakan notasi perkalian atau perlompatan 2x2=4, 4x4=16, 16x16=256....dst.  Agaknya dengan prinsip DERET UKUR itulah saya mengayunkan langkah-langkah kehidupan oleh karena benak saya terbiasa dipenuhi oleh beragam gagasan, dan selalu ada dorongan ingin mewujudkan.  Waktu itu saya sering menimbang-nimbang antara dua prinsip deret tersebut.  Andaikata saja saya bekerja pada sebuah lembaga di negeri sendiri dengan digaji 2 juta rupiah perbulan misalnya.  Berarti setahun akan terkumpul 24 juta (prinsip deret hitung).  Namun tentu tidak akan bisa terkumpul utuh 24 juta, sebab pasti kepotong untuk membeli sabun, pasta gigi, kondangan atau tilik bayi, dan bejibun kebutuhan lainnya lagi.  Gagasan mendirikan perpustakaan pun bisa jadi bakalan lenyap.  Dan lagian siapa yang akan mau begitu saja menggaji saya sejumlah itu ?  Maka dengan menggunakan hitung-hitungan deret ukur itulah (gaji berlipat di luar negeri), kemudian saya terbang ke Taiwan menjadi TKI.  Alhamdulillah sepulang dari sana sebagian gagasan (sanggar bacaan) bisa terwujudkan, dan hingga kini telah berusia 17 tahun.  Saat ber-KKN, nama NanCita pun sudah saya siapkan.   

 
 
 
_____________________________________________________________

BABAK 4: BABAK BELUR !!! 

Episode BABAK BELUR dimuat dalam entri PERPUSTAKAAN SEBAGAI UMKM blog ini: 

(Demi untuk merawat idealisme-organik*, telah 230 pucuk surat terkirim setidaknya kepada 18 tokoh.  Baru tiga tokoh nasional yang berkenan merespon, yakni BAPAK PROF.DR. HAR TILAAR, M.SC.ED dan IBU MARTHA TILAAR serta BAPAK DAHLAN ISKAN.  Kisah sekedar perjuangan sederhana dan kecil-kecilan, bermodalkan nol rupiah dan HOBI MEMBACA SEBAGAI CANGKULNYA ini pun berujung seperti tertuang sebagai berikut)    

SELENGKAPNYA SILAKAN MELUNCUR KE ENTRI Perpustakaan sebagai UMKM (Nyaris 2 Kali Tersita Bank)= EDISI REVISI Lebih Blak-Blak-an.  Di sana ada RAHASIA yang makin terkuak. Tenan !! 

___________________________________________________________________________
  
BABAK 5: Babak FINAL yang Kini Tengah Saya Jalani 
(Sebagian atau bahkan kebanyakan orang, nampak berkarakter kemrungsung dalam menempuh hidup ini. Seperti tengah menghadapi pertarungan final dengan lawan yang skill-nya terlihat kian meningkat saja.  Hidup memang bagai aura pertarungan final, tetapi yang tak pernah usai.  Olehkarenanya sesungguhnya tak akan pernah muncul sang juara !!  Di atas langit masih ada langit bro !!!) 
      
                                                                        *Eko Nurwindarto  
                                                                                                              WA/sms 081328747838
___________________________________________________

SEPUCUK SURAT UNTUK SANG TOKOH 

INGIN "KEMBALI KE KAMPUS" 
(Surat yang sudah terkirim namun tidak sampai 
di tangan Bapak Prof.Ir. Eko Budihardjo, M.Sc) 

              Sebetapapun alakadarnya dan seperti apapun bentuknya, "kenikmatan intelektual" yang saya rasakan hingga kini tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga pembentuknya, yakni kampus UNDIP. Ketika itu saya cukup ngotot dan ngeden untuk mencari kiat-kiat perwujudan das sein guna menjawab "rimbun pemikiran das sollen" yang sudah muncul semenjak SMA.  Artinya saat duduk di bangku SMA mempunyai banyak cita-cita, dan saya pikir di kampuslah akan terhidang "gergaji-gergaji eksekutor" untuk merealisasikan segenap cita-cita itu.  Terutama cara bangkit dari kemiskinan, baik secara individu maupun sosial. 

       Dan memang benar belaka, di kampus UNDIP itu tersaji perseliweran pancaran ilmu pengetahuan dengan "cahaya aplikasi" yang masih temaram.  Saya pun tertantang untuk suntuk berupaya menguaknya !!  (sayangnya dengan cara saya sendiri).  Sungguh tak bisa saya bayangkan "nasib otak" saya bilamana tidak sempat mengecap kemeriahan diskursus pengetahuan seperti yang telah UNDIP berikan.  Itulah sebabnya tak mungkin saya lupain UNDIP, sehingga dorongan untuk menyapanya selalu tersimpan di hati.  

           Maka melalui Bapak Prof.Ir. Eko Budihardjo, M.Sc saya bermaksud ingin "kembali ke kampus" dengan mengetuk pintu rumah UNDIP.  Dimana di dalam ruang tamu yang penuh rindu itu pastilah sedang bercengkerama keluarga besar UNDIP termasuk para alumni.  Mereka tentu sedang berbincang-bincang tentang tren musik, destinasi wisata, brand mobil, konflik politik, gosip artis dan utamanya tentang keindonesiaan !! 

*Tanggal 16 Juli 2014  saya pun mengirimkan surat beserta segenap lampiran berupa "buku-buku  
  gagasan" kepada Bapak Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc melalui biro paket KGP Temanggung ke 
  alamat beliau di Telaga Bodas Raya No. 4 Semarang. 
*Tanggal 21 Juli 2014 mendapat telepon dari biro paket KGP Semarang yang mengabarkan bahwa 
   alamat Pak Eko tersebut tidak bisa ditemukan, dan saya diminta untuk melengkapi. 
*Tanggal 22 Juli 2014 saya menelepon biro paket KGP Semarang guna menyampaikan kelengkap- 
  an alamat Pak Eko yang saya temukan setelah browsing menjadi Telaga Bodas Raya Kav 1 No 4  
  Semarang. 
*Tanggal 23 Juli 2014 ketika melakukan habitual action rutin setiap pagi yakni browsing internet,  
   mendadak serasa tersirap darah dalam hati dan jantung saya.  Terbaca Prof.Ir. Eko Budihardjo, 
   M.Sc telah berpulang..............tiada henti doa khusyuk saya lafaskan untuk beliau. 

(Berikut ini surat untuk Prof.Ir.Eko Budihardjo, M.Sc.  Semoga beliau damai di Sana.  Pemikiran dan teladan dari Bapak, niscaya akan selalu kami renungi menjadi tak terhingga inspirasi...............) 


Kepada Yth 
Bapak Prof.Ir. Eko Budihardjo, M.Sc 
di 
   Semarang 

Assalamualaikum WrWb. 
Dengan hormat, 
Pertama-tama perkenankan saya menyampaikan salam sejahtera kepada bapak Eko beserta keluarga. Sebelumnya saya memohon maaf jika surat ini mengganggu kesibukan Bapak, sehingga ketika menerima surat ini timbul sederet pertanyaan pada diri Bapak.  Sebuah surat berlampirkan 4 jilid "buku" alakadarnya dari si pengirim, siapakah saya ?  

Tentu saja Pak Eko tidak mengenal saya sebelumnya.  Berbeda halnya dengan saya yang telah mengenal Pak Eko sejak berpuluh tahun yang lalu.  Kenal secara imajiner tentunya melalui tulisan-tulisan Pak Eko di berbagai media (termasuk Gayeng Semarang) hingga kini.  Juga melalui pendapat-pendapat Pak Eko yang disampaikan di berbagai forum yang kemudian diberitakan mas media.   

Sebenarnya secara fisik pun saya juga pernah berdiri dekat sekali dengan Pak Eko.  Yaitu ketika Pak Eko menjadi salah satu yuri pemecahan rekor MURI  "Paling Lama Berdiri Dengan Satu Kaki" yang diprakarsai oleh Pak Jaya Suprana.  Saya salah satu penontonnya, berpuluh tahun yang lalu, di Mal Ciputra Simpang Lima waktu itu.  Tetapi yang paling mendorong saya "secara bawah sadar" terus menyimak kiprah Pak Eko adalah karena Pak Eko merupakan akademisi, pakar atau ilmuwan yang SENANG BERPUISI.   

Saya tentu bukan siapa-siapa, dan bahkan belum mempunyai karya apa-apa.  Namun kalau harus diberi predikat, saya hanyalah seorang PELAKU LITERASI (jelas bukan SELEBRITI LITERASI) yang suka bergelut dengan puisi semenjak SMA.  Dan menempatkan puisi sebagai LAKU dan PINTU MASUK bagi saya untuk senang membaca, mengamati dan bergagasan walau masih alakadarnya (selengkapnya termuat dalam "buku-buku" terlampir). 

*Sehingga karena senang bergagasan itulah yang menyebabkan saya bangga banget saat diterima 
  di UNDIP.  Dengan bekal berliterasi sejak SMA, tempat jujugan di UNDIP yang paling membaha- 
  giakan adalah PERPUSTAKAAN.  Baik perpustakaan fakultas, dan terutama perpustakaan pusat 
  di samping auditorium.  Dari perpustakaan UNDIP itulah saya bisa mengenal Alvin Toffler, 
  Talcott Parson, Paulo Freire, Ivan Illich, Edward de Bono, Soedjatmoko, YB Mangunwijaya, 
  Mubyarto, dll.   Terima kasih UNDIP..................................... 

*Maaf  Pak kalau ngomongin UNDIP saya kok ingin "ngelantur" mengenangnya.  Dan ini sungguh 
  tidak mengada-ada, setiap saya menyimak Pak Eko melalui media, saya pasti menjadi teringat  
  masa-masa di UNDIP walaupun Pak Eko bukan dosen saya secara langsung.  Melainkan "dosen  
  imajiner" yang justru eksis sepanjang masa, dan "penghubung akademik"-nya adalah karena Pak 
  Eko suka menulis dan berpuisi. 

*Kemudian dengan bekal yang saya peroleh dari UNDIP itulah Pak, saya mantap terjun ke masya- 
  rakat.  Banyak hal yang mendorong saya.  Misalnya: 
     1. Ketika melihat kelas menengah yang tumbuh pesat, ingin sekali saya mewujudkan gagasan 
         kemasyarakatan, sehingga kelas bawah bisa ikut merasakan berkah pertumbuhan itu.  Saya 
         amati tetangga saya yang kaya.   Kebutuhan gas, pulsa dan sembakonya lebih banyak dari- 
         pada yang lain.  Hal-hal seperti itu sangatlah potensial sekali untuk mewujudkan gagasan 
         DANURBA (terlampir). 

    2. Sudah lazim kiranya bahwa banyak pihak yang memprihatini minat baca masyarakat yang 
        masih rendah.  Maka dengan rasa gemas-semangat saya pun berjuang mencari cara untuk 
        mendirikan perpustakaan  swasta, dan Alhamdulillah berhasil.  Dan karena ibaratnya per- 
        pustakaan tersebut adalah "laboratorium" bagi saya, maka kemudian lahirlah beberapa 
        gagasan lainnya (terlampir). 

Bapak Eko yang saya hormati, 
Melalui surat ini sebenarnya saya ingin menyampaikan tentang perjalanan atau kisah saya memperjuangkan gagasan.  Bahwa saya telah sekuat tenaga berupaya mewujudkan, namun tampaknya keberhasilan masih tertunda.  Olehkarenanya saya berkeinginan sekali untuk mengkomunikasikannya kepada Pak Eko, kolega Pak Eko atau alumni UNDIP yang telah sukses, dan berkenan menyimak segenap gagasan sederhana yang selengkapnya termuat dalam "buku-buku" terlampir (utamanya ide RIMBA PUISI ANTAR KOTA dan DANURBA).  Pak Eko tentu mengetahui siapa saja alumni UNDIP yang kiranya tepat untuk maksud tersebut. Saya mendamba sekali Pak Eko berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, informasi dan perhatian. Sebelumnya saya menghaturkan banyak terima kasih. 

Saya benar-benar mohon maaf kepada Pak Eko, sebab baru pertama kali berkomunikasi dengan Pak Eko, namun banyak hal telah saya sampaikan.  Sebenarnya saya telah pula menimbang-nimbang cukup lama, dan akhirnya memberanikan diri menulis surat ini dan mengirimkan beserta segenap lampirannya kepada Pak Eko.  Saya tidak bisa menahan diri ingin sekali berkomunikasi, terutama setiap membaca berita atau tulisan Pak Eko di media.  Dan yang terakhir adalah pemberitaan cukup bertubi-tubi terkait acara purna tugas Pak Eko dan peluncuran buku puisi yang kemudian dicatat oleh rekor MURI.  Walau agak terlambat, perkenankan saya menghaturkan ucapan selamat atas segenap pencapaian Pak Eko tersebut. 
Apabila ada kata atau kalimat-kalimat saya kurang berkenan, mohon saya dimaafkan.  Saya menghaturkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas perhatian Pak Eko. 

Wassalamualaikum Wr.Wb. 

Temanggung, 15 Juli 2014 
Hormat saya, 

Eko Nurwindarto 
peminat puisi dan masalah- 
masalah ekonomi mikro. 

____________________________________________________________________________ 

DARI SEGENAP GAGASAN YANG SERING SINGGAH DI BENAK, SEBENARNYA ADA 3 BUAH GAGASAN YANG INGIN SAYA PERJUANGKAN DAN SUDAH PULA TERSUSUN BUKU MANUALNYA 

GAGASAN ke 1 TERWUJUD DAN SUDAH EKSIS SELAMA 18 TAHUN:  

GAGASAN ke 2  ini Ingin Mengajak Sesama Agar KREATIF BERSAMA:  

(Bukankah di setiap kabupaten/kota dimana kita tinggal dan atau berasal pasti ada Dewan Kesenian, Stasiun Radio, Kalangan Pendidikan dan Para Pemangku Kepentingan Terkait untuk mendukung gagasan tersebut? NJO, bareng-bareng diwujudkan !?!?!). TENTANG GAGASAN TERSEBUT DIMUAT DALAM BLOG INI PADA ENTRI: Rimba Puisi Temanggung.

GAGASAN ke 3 ini Ingin Mengajak Sesama Agar KENYANG BERSAMA:   

(Bukankah kita pasti berdomisili di sebuah RT dan umumnya memiliki KAS RT?  NJO, pundi-pundi kas RT kita tinggikan bareng-bareng dengan mendukung gagasan tersebut?!?!).  TENTANG GAGASAN DANURBA JUGA DIMUAT DALAM BLOG INI PADA ENTRI: Rimba Puisi Temanggung.
_______________________________________________________________


GEGURITAN MEMORABLE 

BENDOKATON KIDUL SISIHAN KINASIH KANG PRASETYO  

Bendokaton Kidul, dak dekep geter swaramu 
dak susupi bebondhotaning asepi 
tembangmu kang ngumandang ngawang-awang 
purnamamu paring ganda wangi 
sakedhep netro: kita wus madegake memitran raket 
                           nggunggung kahanan nggunggung prasetyan 
                           saka September nganti Nopember 

Bendokaton Kidul, katresnan ing telenging jiwa, 
kita bebarengan sinau mlaku, kita mrangguli nasib 
ngrabuk bebrayan kang nembe wae kita pecaki 
kadya gerimis netesi gegodhongan ngudi karaharjan 
amargo pager watesing ngaurip luwih prakosa 
tinimbang kasantosan kita kang fana 

Bendokaton Kidul, sulistyaning katurangganmu 
mripatmu kang bening kanthi esem ngujiwat jiwa 
bakal tansah dak eling-eling 
ana ing sepi nyenyet ati, ugo ing ombyak lelombaning uripku 
awit saka daya panarikmu, Bendokaton Kidul 
aku sakanca tansah jumangkah ngungun 
marang sekabehing wiragamu kang gandhes 
pamicaramu kang luwes, sedhet kang sarira 
kewes yen ngandika, kacaryan anggung cinatur 
angangut kebak rasa 

Bendokaton Kidul, 
kang ndadeake tim KKN UNDIP tiba wuyung lan lara branta, 
mulo wengakno.....tansah wengakno korimu 
kang kadya edining tamansari ndonya 
sawanci-wanci aku sakanca bakal ngrasuk ing ati-sukmamu 
antarane kita ojo nganti ginaris adoh 
amargo bakal nglangut langiting katresnan 
deres waspa kang kumembeng 
krasa sepo tanpa apa-apa 

Bendokaton Kidul, 
tanpa sliramu, aku sakanca ora bakal ngerti kawicaksanan 
tanpa awakmu, mokal bisa dak gayuh kasampurnaning bebrayan 
gegayuhaning nurani bisa kasembadan yo amargo sliramu 
aku sakanca mbok jarwani babagan kekadangan 
tanpa sliramu 
aku sakanca ora ngerti kaya ngapa kebak isining seserepan 
tanpa awakmu, samubarang lelakon mesthi ora bisa dak wiyaki 
akeh banget kang wus mbok paringake 
aku sakanca pancen meguru marang pribadimu, Bendokaton Kidul 
nora liyo, mung gunging panuwun kang bisa dak aturake 
tampanono kanthi tinarbukaning ati lan asta loro 
mugo andadeake teguh kayuhanan kita 

lintang rina jumedhul saka bang-bang wetan ing Bendokaton Kidul 
sinugatan bojana kluruk samad-sinamadan 
ngrabasa dununge marga 
ngrabasa rananggana 
tumuli ambangun praja, gumregah saiyeg saeka praya 
ngudi karaharjan, saut-sinaut lumayu lan jumangkah ing pakaryan 
nyirnaake cecongkrahan, mungkasake seseping samudono 

Bendokaton Kidul 
aku sakanca babar pisan ora lila yen ing kene nganti ana regejegan 
ana rembug yo dirembug, ojo padha crah dhewe-dhewe 
ana prakara yo bebarengan dirampungake, ojo mlaku sakersa panjenengan 
adoh-adoh, aku sakanca lumarap ing kene kasambut kanthi apik 
kabeh kahanan dak sawang tansah ndemenaake 
bage-binage, tanggap-tinanggap minangka pasrawungan agung 
kabeh mau, kanthi gumregeting swara gendhing bakal dak eling-eling 
ing ngendi wae uripku, tansah dak cumondhokake ing sajroning atiku 

kambang-kambang kumambange driya kang tan kumambang 
kumambanging paminta lawan prasapa 
banjur ana kekudangan dak rambangi 
banjur ana pikukuh sing dak angkah 
natkala lelampahan tinalusur ing ngendi jangkahe 
pramulo, sapa kang ambangun prasetyo 
apa isih angluh marang sureming surup biru tuwa 
lan samubarang kang rinengkuh dening laku kekadangan 
nuli jinarwa apa satuhune 
ora makaping-kaping kajuwing 
nalika wengi kang paripurna  
o, bagaskara rengka 
bawana kadyo tatu sadurunge pralaya 

ojo ngungun Bendokaton Kidul-ku 
sanajan tembang pungkasan ing bengi iki bakal ngumandang 
nujem ati,ngrasuk ing mobah mosiking jiwa 
nanging tetep ngandhut semangat lan esem semanak 
sabenere aku kepengin tansah ana ing sandhingmu 
ngobrol sinambi nyruput kopi ing mburi omah 
guyon maton sinambi tukar kawruh lan seserepan 
bantu-binantu gotong-royong makarya amrih edining praja 
tetembangan ing tengahing sawah lan tegalan 
nggegem gung liwang-liwunging ati 

bebrayan kita ora kadya sakedhep netra 
mampirku sakanca ing kene 
ora kadya ayang-ayang banjur lunga, katut pamite sunar 
nanging nedya dak ugemi sajroning amis getih-banjir ludiraku 
dak impi-impi ngluruh gurit manjilma rapal suci jiwani 

o, rembulan mbranang ing Bendokaton Kidul 
sliramu minangka seksi rasa sih kasmaranku 
                            kekudanganing awak mami 
reraketan brayan kang tinandur 
bakal tansah dak sirami rina klawan wengi 
kanthi kumembenging waspa asih-kapang 

HERMAN ora bakal lali marang sliramu, Bendokaton Kidul 
awit saka rasa suh tresna kang paling tresna 
sakabehing prasetya nalusup ing sajroning wengi 
andadeake kita ngugemi atur pasrawungan 

INDAH ugo mokal yen banjur  
nglirwaake edining socamu 
isining wulu bumimu bakal kaguritake 
minangka pratanda sak dawane umur jagad 

AGUS ora bakal cidra  
marang tulusing sanubarimu, Bendokaton Kidul  
sasuwene bebrayan nepusi pangumbaran 
akeh kang nggubeng ana ing jiwa 

ugo SISWADI bakal tansah tetembangan 
nembangake edi penining kahananmu 
kekidungan, kidung wuyung tanpa kendhat 

IMA nora bisa supe marang guyub-rukunmu, Bendokaton Kidul
kadya langit lan mega, mangumbara tanpa suwolo 
rinaketing batinmu kadya swara samodra kanthi tata irama 

LILIK ugo tan bakal lali 
marang weweg sidheting tlatahmu 
ora, ora bakal lali 
awit jumbuhing rasa makarya yo saka sliramu 

semono ugo EKO mesthi tansah ngidungake awakmu, Bendokaton Kidul 
awit saka rasa kangen kang paling kangen 
bakal kacathet ing lumampahing sukma 
sanajan mendhung ngemu peteng lelimengan 

Bendokaton Kidul, 
saupama ing sajroning telung wulan iki 
ana luputing atur lan kurang patraping trapsila 
ana tumpang suhe solah bawa 
lan pangucap kang ora teteh titis pratitis 
nora liya, aku sakanca nyuwun gunging pangapura 

upamane sliramu rumangsa lara 
aku sakanca babar pisan ora duwe niat nglarani atimu, 
upamane sliramu rumangsa kudu ngundhomono 
ojo kleru tampa, Bendokaton Kidul 
aku sakanca babar pisan ora ngemu rasa culika 
atiku sakanca tulus rela 
prasasat kadya sumilak-sucining langit 

lan kanthi ikhlasing ati kang jero 
sinambut esem pasrawungan kang tulus, 
ing mbengi iki aku sakanca nedya nyuwun pamit marang awakmu 
lilakno.......lilakno lan dak suwun pandongamu 
aku sakanca saperlu jumangkah 
nalusur jati-dirining ngaurip 
kang dawa.....lan fana 
nanging sanajan adoh tumraping soca 
aku sakanca tetep nangkep kumandhanging kridhamu 
awit sekabehane wus nora bisa oncat saka telenging ati-sanubari 
mesthi bakal tansah dumunung ana ing ombyaking impen 
ing sajroning rasa-pangrasa 

                                                                    *Eko Nurwindarto 
                              (kawaca dening TIM  I KKN UNDIP ana ing pentas "Kethoprak 
                              Peni Budaya Dor" sajroning adicara pepisahan KKN ing Desa 
                              Bendokaton Kidul, Tayu, Pati, naliko geguritan mau kawaca, 
                              swasono penonton kadya lewung lan tintrim.....) 
____________________________________________________________________________

 
RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita 

............................................... 

                             
                                 MENIKAH DENGAN BIAYA DARI HASIL KERJA DI TAIWAN 


MENDIRIKAN PERPUSTAKAAN DENGAN MODAL DARI HASIL KERJA DI TAIWAN  

................................................................... 
Bersambung ke entri AjariKamiMenulisCerpen (Kumcer MOBIL SURGA) dalam BLOG ini juga


Komentar