(NASKAH YANG LEBIH LENGKAP LAGI BISA DISIMAK DALAM ENTRI: PERPUSTAKAAN SEBAGAI UMKM EDISI REVISI LEBIH BLAK-BLAK-AN, TERMUAT DALAM BLOG INI)
(Demi untuk merawat idealisme-organik*, telah 263 pucuk surat terkirim setidaknya kepada 20 tokoh. Baru tiga tokoh nasional yang berkenan merespon, yakni Bapak Prof. DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed dan Ibu DR. Martha Tilaar serta Bapak Dahlan Iskan. Kisah sekedar perjuangan sederhana dan kecil-kecilan, bermodalkan nol rupiah dan hobi membaca sebagai cangkulnya ini pun berujung seperti tertuang sebagai berikut).
Sebaiknya jangan baca kisah ini dulu ya, jika belum ada waktu luang.Ini adalah versi pendek dari kisah aslinya yang begitu panjang. Dan mohon tolong, kisah alakadarnya ini enaknya diberi judul apa ya? Silakan jika “buku”ini akan di-print dan kemudian dibaca-baca sambil tiduran………………
PERPUSTAKAAN SEBAGAI UMKM
1. Setelah proposal “Sanggar Bacaan NanCita” berkali-kali ditolak, dengan modal pinjaman berangkatlah saya menjadi TKI di Taiwan (1998).
2. Jauh sebelum pulang ke Indonesia, semua modal pinjaman telah lunas, dan saat pulang ke tanah air ada uang 55 juta rupiah. Kemudian yang 30 juta rupiah untuk membeli rumah di Wonosobo. Yang 10 juta rupiah untuk biaya menikah dengan gadis Wonosobo. (Rumah itu saya persembahkan buat istri ibarat sebagai “taj mahal”……). Dan yang 15 juta rupiah lagi untuk modal mendirikan Sanggar Bacaan NanCita di Temanggung pada tanggal 30 Oktober 2000 termasuk untuk kontrak kios dan rumah tinggal. Tak ada teman tidak ada saudara, di Temanggung saat itu saya benar-benar babad alas.
3. Kehidupan sehari-hari dan sanggar bacaan (perpustakaan) berjalan lancar. Alhamdulillah, tidak punya hutang kepada siapapun. Hidup terasa ringan dan bungah. Merdeka, 4 tahun pertama setelah menjadi pengantin baru (bara malam perdana alias pengalaman pertamanya pun indah dan inspiratif-kreatif banget, ya berlangsung di “taj mahal” itu…he he he). Tahun 2003 membuka cabang di Purworejo, dan cabang di Parakan (N-CeDe) dibuka tahun 2004.
4. Tahun 2004 rumah tinggal yang saya kontrak mau dijual oleh pemiliknya dengan harga 110 juta rupiah. Saat itu uang di tabungan cuma 30 juta rupiah. Karena sanggar bacaan sudah berjalan mantap, anggotanya bertambah terus, anak-istri juga kerasan dengan lingkungan, maka saya berupaya untuk membeli rumah itu. Tak ada jalan lain kecuali menempuh pengalaman pertama yaitu dengan menghubungi beberapa bank, tentu dengan menyodorkan performa finansial Sanggar Bacaan NanCita yang sangat sehat.
5. Akhirnya Bank Surya Yudha bersedia memberikan pinjaman sebesar 85 juta rupiah dengan angsuran 5,5 juta rupiah per bulan. Sertifikat rumah yang semula saya kontrak itu pun beralih ke nama saya.
6. Hampir 2 tahun angsuran saya bayar tanpa pernah terlambat. Kemudian karena ada peluang untuk membuka cabang sanggar bacaan lagi, maka kemudian saya melakukan“restrukturisasi” pinjaman. Dua bank saya hubungi yakni BRI dan CIMB NIAGA Temanggung. Keduanya bersedia men-take over pinjaman saya dari Bank Surya Yudha. Saya pilih BRI sebab yang ditawarkan adalah skema pinjaman yang fleksibel, yaitu rekening koran. Pinjaman tahun pertama 100 juta, tahun berikutnya ditambah menjadi 120 juta rupiah (padahal enggak minta tambah je..).
7. Berdirilah cabang berikutnya di Jampiroso Selatan (N-CeBe). Segalanya berjalan lancar. Hidup terasa ringan dan gembira. Sampailah saya merasa sudah tiba waktunya untuk mewujudkan gagasan-
gagasan yang sudah muncul sejak di bangku SMA dan makin kuat saat berkuliah, yakni :
A. Penggairahan minat menulis berdasarkan KEARIFAN LOKAL (sejak SMA, saya sudahaktif dengan kegiatan ini = Serupa dengan ide Rimba Puisi Temanggung).
B. Membangun Jejaring Perpustakaan Desa-Kota yang sejak kuliah sudah saya perjuangkan (setiap ada orang desa datang ke perpustakaan saya, saya selalu terlecut dengan gagasan ini).
C. Penggiatan ekonomi warga dengan DANURBA, gagasan ini akan merangkul seluruh warga tanpa kecuali, keluarga kalangan bawah yang tidak tersentuh oleh bank pun akan bisa terbantu pula (setiap ada tetangga yang ke rumah mau pinjam uang, saya pasti terlecut dengan gagasan ini).
8. Semula DANURBA akan saya wujudkan dengan mengombinasikan antara jasa sanggar bacaan dan jimpitan warga. Tetapi karena tidak semua warga RT suka membaca, maka kemudian ingin saya alihkan dengan “komoditas” yang semua orang membutuhkan, yaitu PULSA telepon seluler.
9. Pada awalnya istri saya yang ikut berbisnis pulsa dengan mengikuti sebuah agen pulsa handphone yang memiliki cabang di berbagai kota. Anggotanya ribuan dari berbagai profesi : guru, polisi, pedagang, dokter, pegawai bank, tentara, pengacara, akuntan, wartawan, dll. Setiap memulai pertemuan anggota, sering dihantar dengan acara mujahadahan, durasinya cukup lama yang dipimpin oleh kyai dan santri-santri dari sebuah pondok pesantren. Agen pulsa tersebut sudah 7 tahun beroperasi, juga memiliki acara talkshow tiap Jumat petang di sebuah stasiun televisi swasta.
10. Selain berbisnis pulsa, agen pulsa itu juga membuka program investasi. Namun tidak serta merta saya ikut berinvestasi. Selama SETAHUN saya mengamati bisnis ini, sambil ikut jual pulsa saja yang ternyata laris:
a. Sedangkan istri ikut investasi sebesar 7,5 juta rupiah, dan setahun modal kembali.
b. Kemudian setelah SATU TAHUN ikut jualan pulsa, saya ikut pula berinvestasi sebesar 30 juta rupiah, dan dalam setahun modal kembali juga.
c. Keinginan untuk mewujudkan gagasan-gagasan kemasyarakatan semakin besar, maka kemudian saya ikut berinvestasi sekitar 100 juta rupiah. Sementara itu jualan pulsa saya semakin laris saja.
11. Hampir selama 2 tahun saya bergabung dengan agen pulsa itu. Hanya sebulan sekali saya ke kantor pusat agen pulsa tersebut di Wonosobo. Sebab pekerjaan utama saya sehari-hari adalah menjaga perpustakaan.
12. Tetapi lama kelamaan bayangan bisa mewujudkan segenap gagasan yang sudah lama saya impikan, menjadi meredup seiring goyahnya performa agen pulsa tersebut yang di Wonosobo sangat terkenal.
13.Akhirnya agen pulsa itu ambruk pada bulan Desember 2010 antara lain karena terjadi konflik manajemen. Ada 2 pimpinan agen pulsa itu yang hengkang kemudian mendirikan usaha sejenis di lain kota dengan membawa gerbong anggota loyalis masing-masing. Selain itu ditambah pula dengan adanya kecenderungan makin banyaknya anggota yang lebih suka berinvestasi saja daripada menjual pulsa. Skema Ponzi/Bernard Madoff pun kian nampak berlaku. (Waktu itu lembaga OJK yang antara lain bertugas mengawasi aktifitas penghimpunan dana masyarakat, belum ada sebab baru diluncurkan pada tahun 2013). Investasi saya pun lenyap hingga kini. Maka cukup limbunglah kondisi finansial saya.
14. (Sesaat setelah agen pulsa itu roboh, beberapa anggota yang dekat dengan manajemen berinisiatif mempertahankan perusahaan. Mereka berlatar belakang IT, akuntan, pengacara, dll. Upaya tersebut pada awalnya bisa lancar dilaksanakan, tetapi cuma berlangsung sebentar alias ambruk lagi). Bagi saya terjun dalam bisnis tersebut adalah resiko, bisa pula dikarenakan kekurangcermatan menganalisa prospek atau bahkan karena kebodohan. Saya beranggapan, ya sudah. Maka saya tidak tertarik untuk ikut-ikutan mengejar aset perusahaan tersebut. Sebab aset perusahaan itu berpotensi menjadi harta yang diragukan kepemilikannya. Aset itu sesungguhnya adalah HAK BAGI SEMUA ANGGOTA tanpa kecuali. Jadi yang “berhasil” merebut aset perusahaan, sebenarnya mereka dapat dikatakan juga telah memakan harta anggota lain yang tidak mempunyai akses langsung ke manajemen. Terjadi unsur ketidakadilan dalam hal ini. Tidak adil terhadap mereka orang-orang kecil termasuk yang stress dan meninggal dunia karena memikirkan investasi yang hilang, dan terbelit hutang-hutang yang menumpuk. Saya sering menjadi tempat curhat para korban agen pulsa tersebut. Usul saya, segera hibahkan saja harta yang diambil/dirampas dari aset agen pulsa itu kepada fakir miskin atau yatim piatu agar tidak bercampur dengan harta yang bersih. Mungkin beberapa anggota merasa hidupnya telah selamat karena investasi di agen pulsa itu bisa kembali dengan mengambil aset-aset perusahaan olehsebab mereka mempunyai kekuasaan untuk itu. Tapi nanti Di Sana belum tentu selamat lho. Hal ini saya sampaikan sekedar sebagai sumbangsih pemikiran yang semoga bisa menyelamatkan dunia-akherat buat para korbanagen pulsa itu. Apalagi hingga kini pun kasus agen pulsa tersebut belum diselesaikan secara hukum positip. Kami sungguh heran, kasus investasi bodong yang lain berhasil diadili, kenapa kasus agen pulsa yang itu tidak? Siapa yang melindungi??!!
15. Berbisnis pulsa gagal, namun segenap perpustakaan sayalah yang kemudian MENJADI PENYELAMAT, karena omzetnya tetap bagus. Hasilnya masih cukup untuk survival bagi istri, 2 anak dan saat itu ada 5 karyawan.
(artikel perjuanganku saat kuliah)
16. Perpustakaan saya tetap ramai. Tetapi karena modal investasi di bisnis pulsa itu saya ambilkan dari bank, maka penghasilan perpustakaan lebih banyak dipakai untuk membayar angsuran pinjaman. Perpustakaan ibarat menjadi “sapi perah” untuk membayar pinjaman.
17. Ditambah anak kedua saya lahir secara cesar, kebutuhan hidup pun menjadi membengkak. Selain bertujuan untuk membiayai perwujudan gagasan dan menutup pinjaman pada bank, keikutsertaan dalam bisnis pulsa saat itu sebenarnya juga ingin mencari tambahan biaya untuk pengobatan ayah saya yang sudah lama sekali terkena stroke. Dan juga untuk adik saya yang sakit di bagian saraf kepalanya (akibat narkoba). Sudah sekuat tenaga saya merawat dan membiayai ayah dan adik yang nomor tiga itu, hingga keduanya meninggal dunia menyusul adik bungsu saya yang sebelumnya menjadi korban kecelakaan lalu lintas saat dia kelas 2 SMA. Karena memikirkan nasib adik kandung saya itulah, ibu saya menjadi tertekan sekali. Masih terbayang saat ibu dibantu selang-selang pernafasan di rumah sakit sampai akhirnya beliau meninggalkan saya……..
18. Maka perhiasan emas hasil kerja di Taiwan, lalu saya gadaikan. Kartu kredit yang tadinya tidak pernah saya pakai, saya gunakan untuk belanja buku. BPKB kendaraan pun masuk BMT Tamzis. Juga menggadaikan polis asuransi !! Yang saya punyai saat itu rasanya tinggal DOA dan GAGASAN saja !!! (Saya pun tidak mempunyai hutang kepada pribadi/seseorang atau di warung tetangga, dan pinjaman kepada berbagai lembaga keuangan tersebut tentu dengan menyertakan jaminan, saat itu
saya sampai memiliki pinjaman di 6 lembaga keuangan sekaligus. Otomatis tagihannya pun beruntun alias terus-menerus).
19. Alhamdulillah, perpustakaan saya tetap eksis walaupun perjuangan mewujudkan segenap gagasan kemasyarakatan menjadi tertunda. Sebenarnya saat itu saya benar-benar merasa capai dan sudah bosan banget menjadi nasabah (kredit) bank. Bank hanya akan selalu memandang bahwa orang baik itu adalah nasabah yang kemampuan bayarnya bagus (khas kredo yang diimani oleh instrumen kapitalisme). Bukan karena bagus gagasan-gagasannya !! Di negeri ini kepemilikan gagasan (kreatifitas) belum begitu bankable. Ingin sekali saya bisa berkomunikasi dengan seseorang atau lembaga yang cara membuat kebijakannya berdasarkan gagasan-gagasan. Beberapa saat setelah agen pulsa itu ambruk itulah, kemudian pelan-pelan saya mem-breakdown segenap gagasan ke dalam tulisan secara tertata. Jadi yang saya punyai bukan cadangan uang, namun CADANGAN GAGASAN. Sebelumnya gagasan-gagasan tersebut hanya saya simpan dalam benak atau berupa
coretan-coretan cakar ayam di berbagai notes. Semula saya berpikiran : begitu modal dari keuntungan berbisnis pulsa saya dapatkan, segenap gagasan (antara lain membangun perpustakaan yang representatif) akan langsung saya eksekusi untuk diwujudkan !!
20. Ketika berposisi sebagai penjual pulsa yang sangat laris, pulsa yang paling sering dibeli sehingga saya merasa nyaman dalam melayani pembeli adalah kartu AS dan SIMPATI, sebab jarang sekali mengalami trouble alias lancar-lancar saja transaksinya. Maka ketika segenap gagasan sudah selesai saya tulis, operator yang paling melekat dalam benak saya adalah TELKOMSEL. Sehingga saya merasa "signifikan" untuk menyampaikan konsep gagasan itu kepada TELKOMSEL. Dan saat itu alamat kantor yang saya temukan adalah PT TELKOM. Maka surat tulisan tangan berisi gagasan yang ingin saya perjuangkan itu pun, saya kirimkan teruntuk Dirut PT TELKOM sebagai induk dari PT TELKOMSEL. Beberapa waktu kemudian surat saya tersebut mendapat tanggapan (copy surat dimuat dalam buku Surat untuk Sang Profesor). Sedangkan surat untuk berbagai tokoh yang lain sebagian besar belum dibalas, kecuali surat-surat kepada Bapak HAR Tilaar dan Ibu Martha Tilaar. Sedangkan Bapak Dahlan Iskan sempat mengirim email.
21. Walaupun tengah tertekan secara ekonomi, hasrat untuk terus bergagasan tetap tidak terbendung. Hingga akhirnya saya bisa berkomunikasi pula dengan seorang ahli pendidikan kondang sekaligus Guru Besar UNJ yakni Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf Tilaar, M.Sc.Ed (Pak Alex). Saya sering menyampaikan ide-ide lewat surat-surat yang saya tulis tangan, sebab saat itu belum mampu memperbaiki printer komputer saya. Tak ada rotan akar pun jadi, begitulah. Pak Alex pun menanggapi surat-surat saya dengan sangat baik melalui SMS-SMS. Saya juga menyampaikan gagasan MINI BIOGRAFI. Pak Alex dan istrinya, Ibu Martha Tilaar, seorang pengusaha nasional terkenal, juga menyetujui gagasan saya tersebut. Buku berjudul Dengan Cinta Membongkar Talenta (Sinergi Kehidupan Prof. DR. HAR Tilaar, Msc.Ed dengan DR HC Martha Tilaar) berhasil saya susun. Guna menyusun buku tersebut pun, pernah untuk beli kertas, ongkos ketik dan mengirim naskah kepada Pak Alex, saya sampai pinjam uang tabungan anak saya yang saat itu tengah getol-getolnya menabung karena ingin membeli laptop (terima kasih Fandy, anakku). Hingga penyusunan buku itu selesai pun, Pak Alex dan Bu Martha Tilaar sama sekali tidak tahu kalau saya sedang tertimpa kegagalan bisnis pulsa. Saya memang tidak cerita. Saya memisahkan antara “kerja intelektual” dengan “nasib ekonomik”, sekaligus ingin menguji sedikit kebisaan saya di bidang literasi.
Demikian kronologis nasib yang saya alami. Mungkin saya terlalu bersemangat ingin mewujudkan ide DANURBA, penggairahan minat menulis dan jejaring perpustakaan desa-kota. Ketika mengira ada peluang untuk merealisasikan ide-ide tersebut, justru kesialan yang tergenggam. Sebenarnya jika saja agen pulsa itu bisa eksis bertahan selama SATU TAHUN LAGI semenjak investasi saya tanamkan, kiranya kala itu segenap gagasan tersebut bisa terwujudkan.
"PERJUANGAN DAN SEMANGAT BISA CAPAI DAN PADAM,
SEDANGKAN GAGASAN SELALU INGIN BERLARI KENCANG,
SENANTIASA BERKEHENDAK MENEMBUS PERINTANG"
Selain sejumlah gagasan “terbengkelai”, efek lain dari robohnya agen pulsa itu adalah :
A. Sebelum ikut berbisnis pulsa, saya bisa rutin belanja buku. SEMINGGU SEKALI PASTI DATANG BUKU-BUKU BARU terutama terbitan Elexmedia, M&C, Level dan GPU. Saat itu setelah tertimpa kegagalan bisnis pulsa, belanja bukunya hanya bisa sebulan atau dua bulan sekali,
bahkan lebih (ini pun kadang-kadang memakai kartu kredit).
B. Semula saya ingin membangun satu perpustakaan lagi (berarti ke 5) yang lebih representatif. Sebab perpustakaan sebelumnya (NanCita lama), sudah kehabisan ruang. Penuh sesak dengan tumpukan buku-buku. Dengan membangun tempat baru, maka media untuk memajang buku-buku (rak etalase) menjadi luas. Niscaya pengunjung pun akan bisa “memindai” buku-buku dengan lebih mudah, nyaman dan puas. Rencananya di lokasi perpustakaan yang baru itu akan menambah lagi koleksi buku-buku biografi, kepemimpinan, resep masakan, manajemen, psikologi, ketrampilan praktis, ensiklopedia, juga buku anak-anak kreatif. Lokasi tanah untuk mendirikan cabang baru itu pun sudah saya beli jauh sebelum tertimpa kegagalan bisnis pulsa, dan saat itu terpaksa mangkrak dalam waktu yang cukup lama.
C. Pada waktu itu saya juga punya 5 lembar polis asuransi : Harta 88, Rejeki Yunior, Medisave Yunior, Fortuna Extra dan Permata Hati. Ketika semua polis tersebut jatuh tempo, baru kali itulah saya tersendat dalam membayar preminya. Eman-eman sekali rasanya, apalagi ada yang sudah hampir 10 tahun saya ikuti.
D. Uang investasi hilang, hutang bertambah, total angsuran hingga 6,5 juta rupiah perbulan. Sejak awal tahun 2011, saya bertahan dengan mengandalkan perpustakaan yang sudah saya kelola selama 17 tahun dengan baik. Kehidupan saya pun menjadi sangat minimalis. Mengerjakan kegiatan domestik saya jalani. Tiap pagi mencuci, menjemur pakaian, momong balita, bersih-bersih rumah, istri belanja dan memasak (sebab tak lagi punya asisten rumah tangga). Rekreasi hampir tidak pernah. Pukul 9.30 pagi berangkat kerja ke perpustakaan, pulang pukul 9 malam.
E. Dengan “prestasi” lancar mengangsur pinjaman di berbagai lembaga keuangan itulah kemudian saya menghubungi Bank BNI. Take over tersebut saya lakukan selain untuk mempertahankan usaha, juga karena ingin berganti dari produk pinjaman rekening koran (di BRI) ke angsuran biasa. Dan pada tanggal 15 Juli 2013, kredit 5 tahun dari BNI turun sebesar 150 juta rupiah.
Selanjutnya kewajiban saya mengangsur ke BNI sebesar 4,2 juta rupiah perbulan, ditambah kartu kredit BRI, PEGADAIAN dan Tamzis, total sekitar 6,5 juta rupiah perbulan. Praktis penghasilan saya selalu habis untuk membayar pos-pos angsuran tersebut (usaha dan hidup saya pun menjadi super defensif).
F. Menjelang lebaran tahun 2014 adalah masa yang paling “genting” secara ekonomi. Selama 8 tahun pegang kartu kredit, baru bulan puasa tahun 2014 itulah kartu kredit saya pergunakan untuk pertama kalinya guna “membeli” sembako, terutama beras dan minyak goreng di toko swalayan. Sebelum itu kartu kredit tersebut kadang saya pakai hanya untuk belanja buku-buku, itupun apabila pas keadaan darurat. Ketika pertama kali hendak menggunakan kartu kredit di toko swalayan, hati sempat deg-degan juga kalau-kalau mesin penggeseknya sedang error. Jika hal itu benar terjadi tentu bisa terserang rasa malu dong, sebab tidak pegang uang tunai sementara barang belanjaan sudah dihitung oleh kasir! Ketika lebaran saat itu baju-baju anak-anak dan istri belum ada anggaran untuk membelikan. Pada saat si bungsu Hanna pertama kali ikut kegiatan mengaji sore di masjid, jilbabnya pun masih mengenakan yang lama. Sampai ada temannya yang ngaruh-ngaruhi, kok tiap hari jilbab yang dipakai Hanna tidak pernah ganti? Apalagi permintaan si sulung Fandy berupa laptop untuk keperluan sekolah, sangat tak terjangkau!! Tidak ada cukup uang cash di tangan, harus nunggu prepegan perpustakaan dulu yang menjelang lebaran biasanya memang ramai. (Saat lebaran itu kartu kredit menjadi andalan untuk “meraup” sembako di segenap toko swalayan, sehingga menjadi jarang sekali membeli sembako di warung tetangga. Berarti kartu kredit telah menjauhkan “silaturahim ekonomik” dengan lingkungan !!)
(artikel perjuanganku ketika kuliah)
G. Dalam tercenung tiba-tiba muncul pemikiran, saya kan punyusaha 3 sanggar bacaan yang tetap eksis dan sehat walau kurang lebih 7 bulan, bahkan pernah hingga 24 bulan tidak belanja buku-buku baru seperti biasa di Yogya. (Inilah unikum berwirausaha di bidang perpustakaan. Walau lama tidak kulakan barang, roda bisnis tetap bisa jalan. Ajaib!!). BI checking saya juga bagus. Maka saya kemudian menghubungi “Bank X” bermaksud hendak mengajukan permohonan alih produk pinjaman, dari KUR ke KPR. Namun ternyata tidak bisa. Tiba-tiba saja suatu hari tanpa diundang datang berkunjung seorang pegawai Bank Jateng yang menawarkan produk pinjaman. Saya pun tergerak mengajukan pinjaman. Semua persyaratan saya penuhi, bank tersebut pun tertarik setelah mengecek performa usaha perpustakaan dan BI checking saya. Berkas-berkas pun didaftarkan dalam antrian pengajuan kredit yang kata pegawai bank tersebut mengular panjang berhubung menjelang lebaran. Dan karena antrian terlalu panjang itulah, saya berkehendak mem-pending pengajuan kredit ke Bank Jateng tersebut. Maka kembali saya menghubungi “Bank X”. Kali ini yang saya ajukan adalah penambahan plafon KUR. Pejabat (selevel pimpinan) yang terkait dengan urusan kredit bank tersebut saya hubungi, dan beliau menyatakan bisa disetujui. Kemudian saya diminta menambahkan berkas-berkas, dan posisinya katanya antri pula. Permohonan saya tersebut dinyatakan deal, dan diminta menunggu setelah hari raya lebaran. Namun setelah menunggu cukup lama, ternyata permohonan penambahan plafon KUR tersebut ditolak (?!!!). Kemudian kembali saya menghubungi Bank Jateng. Namun katanya antrian masih panjang juga.
Singkat cerita akhirnya pengajuan kredit 165 juta di Bank Jateng cair pada tanggal 7 Oktober 2014. Berarti 3 kali take over bank telah saya lalui (BPR, 2 bank nasional dan bank daerah). Saat itu belum semua pinjaman teratasi memang, dari total angsuran perbulan 6,5 juta rupiah hanya turun sedikit menjadi 6 juta rupiah.
AWAL JANUARI 2011: KORBAN BOWO JENGGOT (BJ) BANYAK YANG STRES, SAYA
MALAH DAPAT KREDIT BANK BERKAT PERFORMA PERPUSTAKAAN
Teringat pada saat itu ribuan korban bisnis pulsa BOWO JENGGOT Wonosobo yang resah termasuk saya saat tahu usaha itu kolaps. Banyak cerita menyedihkan: para PNS yang gajinya minus, banyak yang kemudian jual rumah, mobil, dll, para penjual warungan yang gulung tikar, guru ngaji yang terpukul berat, bahkan sampai ada anggota BJ yang meninggal dunia memikirkan uangnya yang hilang, dan kisah-kisah mengenaskan yang lain. Saat itu uang saya juga hilang, namun masih mendapatkan kepercayaan bisa beroleh kredit dari bank karena manajemen perpustakaan swasta saya yang tetap bagus. Take over yang saya tempuh itu pun bertujuan guna mencari bunga dan angsuran yang lebih ringan. Praktis saya belum pernah beroleh dana segar yang bisa dipakai untuk membuat langkah bangkit yang signifikan. Hanya semacam gali lubang tutup lubang. Dan perpustakaanlah yang kemudian menjadi “sapi perahnya” memang dengan BI checking yang senantiasa terawat dengan baik.
"Jangan gamang, konversikan saja setiap problema yang datang menjadi tabungan pengetahuan"
(Ada satu episode kisah yang pernah saya khawatirkan dan kemudian benar-benar saya alami beberapa hari sebelum kredit tersebut cair. Saat itu saya sudah antre di kasir sebuah toko swalayan. Barang-barang pun sudah dipak dalam kardus, dan ketika kartu kredit digesekkan di mesin terbaca : SALDO TIDAK CUKUP. Tentu saja saya kaget-kaget malu. Ketika barang-barang belanjaan sedang dibungkus, saya tengok ke belakang terlihat ada yang ngantre. Seketika itu saya pun mohon pamit ngacir pada kasir. Tak sempat menengok ke belakang, entah apa batin mereka yang ngantri di belakang saya itu….). Pada saat itu rekening telpon rumah dan Speedy juga belum bisa saya bayar,dll. Namun sering sekali saya beroleh keajaiban. Yaitu tiap saya tidak punya cukup uang untuk membeli sembako, dll, tiba-tiba saja hari itu perpustakaan mendadak ramai, sehingga kebutuhan pokok tersebut bisa terbeli….
(Trima kasih teman-teman NanCita-lover, kalian baik banget !!). Sering pula tiba-tiba ada anggota lama yang datang : Masih ingat saya, Mas?!! Saya mau bayar utang saat sekolah dulu……..(Hal seperti ini terakhir terjadi pada tanggal 8 Agustus 2016 yang lalu: Seseorang datang ke NanCita dan bilang ingin mengembalikan buku yang menurut pengakuannya ia pinjam sejak 10 tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku SD. Salut, sebuah tanggung jawab yang sangat hebat!! Bakal keren banget hidupmu). Sesungguhnya saya selalu berdoa buat seluruh anggota NanCita, semoga perkawanan kita terkenang senantiasa, canda tawa bahagia yang pernah terbina jangan sampai lekang oleh mas !!
KETIKA ITU SAYA BERUPAYA AGAR MEMPEROLEH KAIL, SEHINGGA PERPUSTAKAAN
SAYA BISA SEHAT KEMBALI. DAN KEINGINAN MASYARAKAT TERHADAP BUKU-BUKU BARU, MENJADI LANCAR LAGI. SETELAH MANAJEMEN PERPUSTAKAAN BISA SEHAT KEMBALI, INGIN SEKALI SEGERA BISA MEWUJUDKAN IMPIAN LAMA SEPERTI YANG SAYA ALAMI KETIKA SMA. YAKNI SEBAGIAN HASIL PERPUSTAKAAN AKAN
SAYA PAKAI UNTUK MENSPONSORI LOMBA-LOMBA MENULIS LOKAL YANG DIKELOLA SECARA MASIF, TERLEMBAGA DAN BERKELANJUTAN. SERING SEKALI SAYA MENYAKSIKAN PARA PELAJAR YANG DISURUH OLEH GURU MEREKA UNTUK MEMBUAT TUGAS-TUGAS PENULISAN, DATANG KE PERPUSTAKAAN SAYA DAN…….MEREKA MEMBAJAK TULISAN ORANG LAIN BEGITU SAJA !! DI SEGENAP SEKOLAH, SESUNGGUHNYA IMAJINASI MEMANG TELAH MATI !! PARA PESERTA DIDIK CENDERUNG HANYA DIAJAR UNTUK MENJADI “PEKERJA KERAS” (KHAS CIRI-CIRI PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG), BELUM DIDIDIK AGAR JUGA MENJADI
“PEMIKIR KERAS”. PADAHAL BETAPA STRATEGISNYA KEKUATAN IMAJINASI BAGI
HIDUP SESEORANG !! Saya sungguh gemas dengan ide-ide dan praktik-praktik literasi yang begitu-begitu saja (terlanda bosanisasi yang akut).
(Dengan prosedur resmi, seorang pejabat teras sebuah BUMN dari Jakarta yang juga didampingi oleh 2 orang pejabat di tingkat cabang BUMN tersebut pernah datang ke Sanggar Bacaan NanCita. Semula bermaksud hendak memberikan CSR, namun setelah BUMN itu melakukan RUPS, mendadak terjadi perubahan kebijakan. CSR yang sempat diutarakan di ruang tamu rumah saya, Brojolan Timur Temanggung tersebut, dan sempat membungahkan hati saya, ternyata batal !!).
Sudah 17 tahun usia Sanggar Bacaan NanCita yang sepenuhnya mandiri alias belum pernah beroleh bantuan buku dari pihak manapun. Pengelolaannya memang murni seperti halnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Saya memang sangat bertekad untuk memasukkan pendekatan
bisnis dalam mengelola perpustakaan. Sudah lama sekali saya tertarik dengan dunia literasi dan kewirausahaan. Dan terbukti bisa, setidaknya selama 17 tahun ini bahkan seraya menghadapi gempa finansial segala. Modal pendirian perpustakaan itu pun saya cari dengan menjadi TKI di Taiwan.
“Untuk menjadi pandai dan beriman itu telah banyak didirikan
lembaga dan prasarana pembelajarannya, namun tidak demikian untuk
menjadi kreatif. Padahal sesungguhnya kreatifitas itu akan bisa
meninggikan derajat kepandaian serta keimanan seseorang”
Pendekatan bisnis itu bertujuan:
a. Agar belanja penyediaan dan pembaharuan buku-buku bisa dilakukan secara mandiri.
b. Agar bisa menggaji pengelola/karyawan.
c. Agar bisa menghidupi keluarga sehingga bisa fokus berjuang di bidang literasi.
Sebenarnya NanCita pun ingin mengejawantahkan jargon populer yaitu triumvirat ORIENTASI, MISI dan VISI.
1. Visi NanCita = mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Misi NanCita = mengembangkan minat baca.
3. Orientasi NanCita = mencari laba he he he…(toko buku aja boleh ambil untung, masak perpustakaan nggak boleh, kan core business-nya sama).
Meskipun dikelola dengan pendekatan bisnis, perpustakaan NanCita tetap berkomitmen dalam menempuh jalur perjuangan literasi pada umumnya. Bahkan saya berpendapat bahwa perpustakaan itu tidak hanya bertugas menyediakan buku-buku ansich. Namun seyogyanya juga bisa mengadakan kegiatan-kegiatan serta menerbitkan karya atau buku-buku sendiri. Dan pengelolanya jangan sampai seperti ayam mati di lumbung padi (saban hari dihidangkan karya-karya pemikiran, namun dia sendiri tidak memproduksi apa-apa). Selama ini kami pun telah membuktikannya. Ada beberapa buku karya para anggota yang telah diterbitkan. Sedangkan karya anggota yang lain masih ngantri. Belum lagi gagasan-gagasan literasi yang termaktub dalam berbagai buku kami !!
Selain menyewakan dan menjual, ada pula buku-buku yang kami pinjamkan secara gratis. Senang rasanya bisa menyediakan buku-buku YANG SELALU BARU kepada warga berbagai usia dan profesi. Para pedagang pasar, polisi, perawat, dokter RSU, guru-guru, pegawai bank, penjaga toko, karyawan pabrik, dll, mereka rutin bertandang ke Sanggar Bacaan NanCita. Para orangtua pun banyak yang mengajak anak-anaknya berkunjung ke perpustakaan dengan wajah ceria. Walaupun kecil-kecilan, sejak dulu saya memang ingin selalu berupaya di bidang yang berkaitan dengan KEWIRAUSAHAAN dan KEPENDIDIKAN.
Dan melalui media perpustakaan itulah, saya juga ingin membiasakan warga untuk berkumpul (terbentuklah semacam “melting pot literasi”). Bisa pula menjadi think tank, berdiskusi sambil mencari informasi dan referensi demi makin mantapnya penyelenggaraan gagasan-gagasan dari siapapun. Misal salah satunya adalah ide DANURBA, sebuah gagasan yang bermaksud MERAWAT KEPEDULIAN SOSIAL tanpa memandang kelas sosial. Dengan DANURBA , kita bisa saling peduli TANPA SENGAJA TANPA TERASA sambil tetap bisa sibuk dengan profesi dan ambisi kita masing-masing sehingga KAS RT kita akan terus meningkat. DANURBA meminjamkan dana tanpa bunga, tanpa provisi, tanpa biaya administrasi, tanpa jaminan, tanpa notaris !! Jelas bukan kapitalis, sesungguhnya DANURBA adalah “lembaga keuangan” yang berwatak pancasilais. Siapa tahu kelak DANURBA bisa bersaing/bersanding dengan Bank Grameen (Bangladesh) dan Saemaul Geumgo (Korsel) he he he…. DANURBA tergagas jauh sebelum saya mengenal kedua lembaga keuangan itu. Dan banyak pembeda yang ekstrim, antara lain jika Bank Grameen dan Saemaul
Geumgo menerapkan sistem bunga atau biaya administrasi, DANURBA sama sekali tanpa kedua beban itu !!
“Dalam menempuh hidup ini kiranya tidaklah cukup bila hanya dengan
melangkah, namun juga melompatlah. Perkara kemudian terjatuh,
segera bangun kemudian boleh pelahan melangkahlah. Jika dirasa
bekal sudah cukup, melompatlah lagi. Bilamana masih jatuh juga
yang penting jangan sampai berguru kepada keledai !!”
(DANURBA bukanlah murni inklusi finansial, namun merupakan wujud kepedulian sosial yang dikelola mirip inklusi finansial dan berpotensi mengurangi kesenjangan atau angka Indeks Gini di sebuah komunitas sosial atau wilayah).
Kepedulian sosial ala DANURBA seperti itu niscaya akan bisa BERLANGSUNG SEPANJANG MASA selama lembaga RT masih eksis. Dengan kuatnya kondisi keuangan di tiap-tiap RT, kiranya kemudian akan bisa memberikan bantuan kepedulian kepada sesama warga dimanapun yang sedang tertimpa musibah banjir, gempa bumi, kebakaran, kabut asap, tanah longsor, dll. Selain itu tentu saja seluruh anggota warga RT bersangkutan pun akan memiliki “lembaga keuangan” serupa inklusi finansial yang akan terus dinamis beroperasi. Bahkan hingga bisa diwariskan kepada anak-cucu nanti……………. Tagline DANURBA adalah MENABUNG DAN PEDULI DI SEPANJANG KONSUMSI.
“Jadilah pembaca hebat dan berjuanglah secara sederhana,
niscaya hasil yang didapat akan istimewa”
(Di tengah kian bertebarnya toko-toko modern hingga ke sudut-sudut kota. Dan marak-nya semangat entrepreneurship terutama di bidang kuliner dan fashion, semoga perpustakaan saya bisa kian eksis guna menemani segenap warga yang selain sibuk makan-makan serta berbelanja, juga SUKA MEMBACA khususnya di Kota Temanggung. Dan konsep perpustakaan serupa pun kiranya bisa diadopsi oleh siapapun di kota-kota lain. Saya bermimpi alangkah ideal jika di tiap kota ada sebuah perpustakaan swasta yang dikelola sebagai UMKM !! Secara manajerial mandiri, bisa membayar karyawan, dll, dan terutama pengadaan koleksi buku-bukunya ditopang dari penghasilan perpustakaan itu sendiri, bukan meminta uluran tangan dari donatur buku atau siapapun!! Kemudian dalam aktifitas-kreatifnya barulah bersinergi dengan pemangku kepentingan dan wirausahawan kota setempat, misalnya bisa berbentuk sponsorship masif. Kiranya ini adalah sebuah platform strategis terkait upaya pengembangan budaya literasi yang TERLEMBAGA serta BERKELANJUTAN. Sebuah terobosan gitu lhoh…!!).
(Setiap saya berada di Toko Buku Gramedia atau toko buku yang lain, pikiran saya sering
terusik. Toko buku yang core business-nya idealisme itu kok bisa eksis dan bahkan mampu
melakukan diversifikasi dan ekspansi,ya? O, ternyata toko buku itu mengelola lembaganya
dengan pendekatan bisnis. Seperti halnya toko buku, sesungguhnya lembaga perpustakaan
ber-core business yang sama juga. Toko buku menyediakan buku-buku, perpustakaan
juga menyediakan buku-buku. Namun selama ini pada umumnya perpustakaan memang
tidak dikelola dengan pendekatan bisnis. Sehingga salah satu cirinya/akibatnya pembaharuan
koleksi bukunya menjadi lamban sebab menunggu uluran tangan dari para donatur. Buku-
buku yang diterima pun sering berupa buku bekas. Saya kerap mendapat keluhan seperti
itu dari para pengelola perpustakaan maupun pemustakanya. Rata-rata perpustakaan warga
pun didirikan berdasarkan idealisme saja. Hal seperti itu baik-baik juga sih. Namun biasanya
jika pengelolanya kemudian beroleh pekerjaan di tempat lain, maka perpustakaan yang
dulu ketika mendirikannya dengan membuat proposal-heboh dan disodorkan ke sana ke
mari itu akan ditinggalkan begitu saja. Perpustakaan itu sekedar sebagai transit pengabdi-
an semata. Secara administratif selalu sibuk, terutama bila akan ada penilaian lomba).
“Hidup itu seperti saat naik bus yang penuh penumpang dan Anda hanya
bisa berdiri. Nikmati saja bus yang sedang berjalan walau pengap,
kadang oleng dan padat masalah. Jangan iri kepada yang beroleh tempat
duduk serta bisa nyenyak tertidur. Sebab cita-cita semua penumpang
sesungguhnya sama, yakni : selamat sampai tujuan !!”
EKSEKUSI
Akhirnya tibalah saat eksekusi !! Saya hitung selama sekitar 13 tahun menjadi nasabah (kredit) bank, bunga yang saya bayarkan dan laba usaha kok sudah banyak sekali !! ( kayaknya bisa untuk membeli mobil kelas medium lebih dari satu ataupun berkarung-karung krupuk serta berpiring-piring entho cothot……..……DAN BISA PULA UNTUK BELANJA BEJIBUN BUKU-BUKU BARU !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!).
Berkali-kali berada di jurang keterdesakan. Seperti suatu ketika terpaksa laptop anak saya masuk pegadaian karena bank menanyakan tagihan di akhir bulan (laptop yang akhirnya terbeli juga
dengan ketekunan menabung anak saya). Seiring dengan itu kontrak lokasi perpustakaan (N-CeBe dan N-CeDe) secara berbarengan tidak boleh diperpanjang karena akan dipakai pemiliknya. Iuran komite sekolah anak belum terbayarkan, dan bahkan stok beras tak genap satu takaran, dll dll…….Pernah pula mendapat surat peringatan dari sebuah bank. Silakan bayangkan bagaimana “suasana deg-degan hidup kami” pada periode sejak menerima Surat Peringatan Pertama hingga Surat Peringatan ke 3, berikut ini kutipannya :
*Apabila sampai dengan batas waktu 20 (dua puluh) hari kalender, ternyata Saudara belum juga melakukan pembayaran seluruh tunggakan atau pelunasan kredit, maka Bank sudah dapat melakukan Eksekusi Jaminan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), dapatdisampaikan hal tersebut mengakibatkan :
1. Pengurusan lelang jaminan diserahkan ke Pihak 3 yaitu BalaiLelang Swasta untuk selanjutnya diteruskan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) selaku Pejabat Lelang.
2. Bukan hanya nama baik Saudara dipertaruhkan tetapi juga beban biaya semakin bertambah dengan adanya penanganan pengurusan/pelaksanaan lelang melalui Balai Lelang Swasta dan Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Demikian surat peringatan ke 3 ini disampaikan untuk menjadi perhatianSaudara.
*Konskuensi dari peringatan ke 3 tersebut adalah akan dipasangnya tulisan : RUMAH INI DIJUAL DIBAWAH PENGAWASAN BANK. Dan pegawai bank mengatakan bahwa tulisan tersebut telah disiapkan!! Dua kali saya ditunjuki tulisan itu oleh pegawai bank. Satu kali di saat mereka berkunjung ke NanCita, satunya lagi ketika saya berada di ruangan bank itu. Pegawai bank pun ramah-ramah namun tetap bikin mak tratap jantung juga setiap berkunjung ke rumah (terutama istri saya). Dan ketika sampai pada tanggal batas waktunya, pegawai bank mengatakan bahwa rumah yang ada Sanggar Bacaan Nancita itu harus dijual !! (Pada saat itu untuk membeli gas 3 kg pun saya sedang tidak punya cukup uang, tertegun saya ketika melihat di tabung gas itu terbaca : HANYA
UNTUK MASYARAKAT MISKIN…… Setelah itu anak sulung saya makan siang dan minta sambal kesukaannya, syukurlah saya mampu membelikan di warung satu sachet sambal seharga 1500 rupiah. Ketika rencana penjualan rumah saya disampaikan oleh pegawai bank, saat itu anak bungsu saya tengah bergembira dan betah bermain bersama teman-temannya di ruang tamu !! Berikutnya suatu pagi anak sulung saya sakit. Dan saya hanya bisa membelikan amplop 500 rp dapat dua buah. Yang sebuah untuk memasukkan surat ijin karena ia tak bisa masuk sekolah. Siangnya pegawai bank
datang dan hendak memasang tulisan RUMAH INI DIJUAL DIBAWAH PENGAWASAN BANK. Saya lihat sendiri tulisan itu warnanya merah membara!! (sesungguhnya telah beberapa kali pegawai bank berniat hendak memasang tulisan tersebut di rumah saya, bikin sport jantung bro!!)….Seketika
terbayang keceriaan anak-anak yang bakal hilang……… Kemarinnya si bungsu meminta dibelikan saus pedas manis, ia sedang asyik makan krupuk. Dan raut wajahnya nampak kecewa ketika saya bilang “belinya nanti ya”, saat itu saya memang tak punya cukup uang. Hari berikutnya dengkulnya
terkena knalpot sepeda motor hingga melepuh, jalannya terpincang-pincang. Seiring itu lampu penerangan kamar pun mati dan baterai jam dinding habis. Ditambah odol tinggal sedulit serta pisau cukur tumpul sudah berhari-hari, tetap terpaksa untuk nggaruk jenggot, dagu rasanya sakiiit…dan geli-geli kasar…serta menimbulkan suara: mak grauk grauk!! Penghuni rumah sebelah adalah penjual nasi goreng Madura. Jika mereka tengah memasak, aroma bumbunya sampai masuk ke rumah saya, duh…sedapnya merangsang selera. Tapi untuk membelinya ya terpaksa pikir-pikir, karena sabun mandi anak sering telat kebeli. Maka cukuplah aroma bumbu nasi goreng yang terbawa angin itu saya hirup sebagai “lauk-pauk” imajinatif…..Suatu ketika ingin membelikan mie ayam untuk istri dan anak pun, hanya terhenti atau tercekat di air liur. Dan…… saya kembali tertegun saat anak sulung bilang bahwa pak gurunya mendata siapa saja siswa yang sudah punya laptop. Tentu saja anak saya menjawab punya karena memang punya, namun laptopnya itu berbulan-bulan masih sekolah di pegadaian !!).
*Kalau mencari pembeli rumah saya itu lebih mudah karena banyak peminat,
apalagi yang menjual pihak bank. Namun yang saya upayakan adalah mencari
orang yang berkenan saya ajak untuk menyelamatkan perpustakaan. Nah, yang
begini ini sungguh tidak gampang. Sepenuhnya sadar bahwa ada visi yang
saya panggul, sementara selalu orientasi yang senantiasa ditawarkan.
*Ketika bank memberi deadline pemasangan tulisan penyitaan, segera playon-lah saya ibaratnya hingga ke berbagai penjuru angin. Ke sana kemari tak peduli rasa lelah, waktu siang malam dan jarak tempuh. Guna mencari dana segera !! Ada yang saya tunggui hingga berjam-jam di depan rumahnya (karena yang bersangkutan sedang pergi), dan begitu bisa ketemu jawabannya kagak bisa. Ada yang memberi banyak advis, ya dana itu sama saja tidak tersedia. Pernah ingin mengajukan pinjaman 250 juta, tapi bunganya 10 % perbulan. Gubrakk !! Temanggung memang berduka, semoga di masa datang komoditas kopi mampu menggantikannya. Dan aneka kisah terkait upaya mencari dana telah saya tempuh. Coba teman-teman bayangkan betapa galau perasaan saya ketika itu tiba-tiba mendapat sms dari bank sedramatis ini:
“Nyuwun dipenuhi kekurangan setoran 10 juta, posisi rumah sudah
terdaftar proses lelang, kalau masuk setoran 10 juta hari ini bisa dibatal-
kan lelangnya. Matur nuwun”
(Tgl 9 Desember 2016 14:45:47)
“Sampai hari ini Pak Eko…Saya ditunggu konfirmasinya sama tim lelang
kantor pusat”
(Tgl 9 Desember 2016 14:50:56)
(Syukurlah hp ini tidak ikut-ikutan berdebar hingga keypad-nya menjadi
serentak-rontok misalnya akibat mendapat tagihan keras dari bank !!)
*Sebelumnya sudah saya bayar sebesar 35 juta. Langsung saat itu saya melesat cepat “serasa terbang” menuju ke kantor bank itu. Sesampai di sana, bank sudah tutup !! Seketika terbit pikiran : habis sudah hidup kami dan NanCita di Temanggung !!! Apalagi teringat ketika pegawai bank bilang bahwa jika TULISAN PENJUALAN itu sudah dipasang di rumah saya, pasti akan segera ada yang mau beli. Pegawai bank juga menyatakan siap menjualkan dengan akan menyebar foto rumah. Dia katakan para makelar yang biasa membeli rumah yang sudah dalam pengawasan bank pun tentu bakal ada pula. Saat itu jantung saya rasanya sudah berceceran di teras kantor bank itu!! Bila rumah benar-benar disita bank, istri saya memang sudah mengajak untuk pulang ke desa saja. Padahal di sana juga belum ada hunian yang layak. Yang saya pikirkan adalah bagaimana dengan kondisi psikologis kedua anak kami? Mereka akan kehilangan kebahagiaan secara tiba-tiba. Kehilangan teman-teman, kehilangan rumah, dan masa depan yang tak pasti, sebab saya harus mulai dari nol lagi !! Saya tak bisa bayangkan jawaban akurat apa yang harus saya berikan terutama kepada anak bungsu saya yang masih TK dan sedang getol-getolnya suka membaca jika di rumah kami sampai dipasang tulisan : DIJUAL DALAM PENGAWASAN BANK. Sikap kritisnya sedang pesat-pesatnya tumbuh sehingga kami sering kewalahan memberikan jawaban. Bisa-bisa dia akan bertubi-tubi bertanya: kenapa rumah kok bisa dijual, yang biasa dijual itu kan es krim, donat, permin dan roti coklat? Apalagi rumah teman bermainnya sehari-hari, justru sedang dibangun !!
*Beruntung ada satpam yang berkenan menghubungkan saya dengan pegawai bank terkait yang sudah berada di mobil hendak pulang. Saat itu saya baru membawa 5 juta rupiah terakhir. Alhamdulillah, pegawai bank yang bersegera pulang itu masih memberi kesempatan pada saya setelah berkonsultasi dengan kantor pusat. Saya diberi waktu 2 hari lagi untuk menutup kekurangannya. Kebetulan 2 hari itu adalah hari libur (Minggu dan Senin pas Maulid Nabi). Jika tidak pas hari libur mungkin saya tidak punya cukup waktu lagi untuk mendapatkan “dana penyelamat” itu. Rumah pasti akan dilelang !! Praktis dalam waktu kira-kira dua mingguan uang sekitar 50 juta rupiah baru bisa saya peroleh. Kemudahan ini saya dapatkan bisa jadi karena sebelumnya saya memang tidak mengambil opsi meminjam pada pribadi. Terhadap bank pun saya senantiasa beriktikad baik. Belum pernah sekalipun menghindar jika sewaktu-waktu pegawai bank
berkunjung ke rumah. Bila diminta ke kantor bank itupun, saya pasti datang.
PHOBIA WAKTU
Namun demikian kami sering juga terserang rasa phobia terhadap waktu. Pegawai bank itu biasanya datang secara tiba-tiba. Sehingga eskalasi debaran jantung kami setiap harinya meningkat seiring fajar yang menyingsing. Ketika sudah masuk jam 8 pagi (ini jam kantor), maka detik itulah kami “bertidak harap-harap cemas” akan kedatangan pegawai bank. Jika jarum jam sudah menunjuk angka 4 sore, debaran jantung kami pun mereda. Besok sport jantung itu dimulai lagi, setiap pagi hingga sore terlanda deg-degan harian jadinya!! Bahkan seperti beruntun, sebab pengunjung yang mau ke perpustakaan pun, kadang saya kira pegawai bank yang datang. Dada sering banget terserang rasa Mak nyass!! Mak tratap!!! Maka malam hari adalah waktu yang paling nyaman menikmati hidup dikarenakan pegawai bank tak mungkin datang. Juga Sabtu sore dan Hari Minggu. Saat itulah saya bisa bahagia bercengkerama dengan anak istri seperti di surga dunia. Bila malam tiba, saya pandangi istri kok bagai bidadari……ini juga hal yang mendebarkan jantung. Kemudian terpacu gelegak adrenalin untuk meramu dan menuntaskan romantisme foreplay yang panjang serta kreatif. Kamipun sering sekali sama-sama atau bareng-bareng menjadi pemenang !! (sehingga esok paginya akan tetap kuat dalam menghadapi pegawai bank yang datang). Terngiang pegawai bank yang bilang “kami datang kepada nasabah yang masih bisa DIBINA”, sedangkan tim lain akan datang kepada nasabah yang layak DIBINASAKAN.” Bercanda atau serius kalimat itu diucapkan, bayangkanlah : tetap mendalam, bukan?! Hal itu saya terima pada saat phobia tanggal tiba, yakni di akhir bulan.
JANTUNG OLAHRAGAWAN DAN PENJUDI
Ada pendapat pro-kontra yang menyebut bahwa para olahragawan dan penjudi berpotensi memiliki jantung yang kuat. Hidup kedua “profesi” itu memang selalu dihadapkan kepada persoalan menang atau kalah. Mereka senantiasa akrab dengan rasa berdebar yang sangat mengguncang jantung. Saya bukan olahragawan, paling hanya suka jogging di seputaran Temanggung. Juga bukan penjudi bahkan sepanjang hidup belum pernah mempertaruhkan uang sepeser pun. Kalau harus terlibat dalam aksi spekulatif paling ya tebak-menebak dengan istri seputaran siapa atau partai apa yang akan menang dalam pilkada dan pemilu!! Namun serangan debaran jantung yang hebat saya alami pula. Yakni selain terkait dengan bank, juga pada saat anak saya sakit dan tak pegang cukup uang olehsebab sudah saya setorkan ke bank. Keadaan itu sering terjadi entah yang sakit si sulung atau si bungsu. Dengan uang seadanya saya pun sudah siap mengajaknya berobat ke klinik yang obatnya generik. Namun selalu terulang terjadi, anak saya lebih sering tidak mau bila diajak berobat. Ia memilih tidur, dan ketika bangun kelihatan sudah sembuh. Bahkan si bungsu Hanna yang asupan ASI-nya kuat (saya pun sering “mengalah”….), suatu ketika harus opname, perlengkapan ke rumah sakit pun sudah siap. Namun ia tak mau, dan akhirnya memilih tidur. Saat bangun, sudah sembuh. Jika anak sakit sungguh menimbulkan double deg-degan. Pertama, khawatir bila sakitnya tak sembuh-sembuh. Kedua, cemas andai tak mampu membayar pengobatan. Ada satu pengalaman ketika anak saya berobat di dokter spesialis. Saya tidak tahu tarif terkininya berhubung sudah lama tidak periksa. Uang di laci perpus saya ambil begitu saja entah berapa jumlahnya. Usai diperiksa tibalah saya menanyakan tarifnya. Gubrak !!, saya kira cuma kisaran 100 ribu-an yang lembarannya sudah saya siapkan, jebul Pak Dokter bilang 300 ribu !! Tangan pun seketika saya gerilyakan ke segenap saku celana guna merogoh uang recehan yang tadi saya ambil dari laci perpustakaan. Kikuk banget jadinya sebab terdiri dari ribuan-ribuan dan ada yang sudah kumal. “Maaf ya, Dok, uangnya recehan.” Dan dengan telak Pak Dokter pun tangkas menjawab: ”Nggak apa-apa kebetulan nanti buat beli sayuran di bakul blanjan !!” Mendengar jawaban dari Pak Dokter itu di jantung saya serasa ada desiran rasa lega-lega getir gitu….Sesampai di rumah anak saya tersebut tidak mau meminum obat yang diberikan, sudah sembuh. (Pendapat ini juga pro-kontra enggak ya, tetapi saya memihak yang pro, bahwa kesehatan jantung itu sangat erat kaitannya dengan teraihnya kejantanan sehingga istri bisa membelalak-bahagia terpuaskan !! Tapi satu kali saya gagal melambung-legakan jiwa istri. Malam itu bukan hanya bagai gerimis namun sudah semirip hujan lebat kerinduan menyergap. Tidak lagi ibarat mesin diesel yang panasnya elahan merambat. Bukan pula seperti kereta cepat ya
mendadak sampai. Tetap dengan foreplay yang terukur senti demi senti, tetap dengan cinta yang teruji puisi demi puisi. Tetapi istri tetap tanpa reaksi!! Sebab ia lebih berkonsentrasi mendengarkan radio-hp yang sedang menyiarkan pengajian dengan tema: resiko punya hutang!! Saya tentu tidak boleh bilang sialan, cuma membatin: Pak Kyai, kok tema pengajiannya tidak membahas sunah rosul tentang keutamaan malam Selasa atau malam Jumat to? Dan dikarenakan temanya tidak kontekstual itulah, malam itu tak teruar imaji sensual, tiada terdengar nafas tersengal. Dan ketika istri mancal, saya pun terpaksa hanya memeluk bantal………………).
“LINGKARAN SETAN” SEMBAKO
Garis pada sebuah lingkaran tentu harus selalu bersambungan. Sebab jika garis itu dipatahkan lantas dibelokkan pasti namanya bukan lagi lingkaran. Ketika mencukupi kebutuhan akan sembako itulah saya seperti diombang-ambing oleh pusaran lingkaran. Lingkaran setan!! “Lega rasanya jika berhasil membeli sabun cuci piring. Namun kemudian deg-degan juga ketika saya lihat stock gula pasir sudah menipis. Tempat beras pun memberi aba-aba untuk segera diisi. Belum lagi terdengar peringatan bahwa kecap dan garam tinggal setuangan. Berdebar kencang rasanya saat melihat isi dirigen minyak goreng tinggal sedikit. Bila mampu beli yang satu, leganya luar biasa bagaikan orgasme!! Sementara jika mikirkan yang lain selalu bikin deg-degan karena berada dalam posisi untuk diantri harus juga dibeli”. Berselang-seling dalam mencukupi kebutuhan pokok itu sering saya alami. Tak putus-putus dan garis itu tetap harus terus disambungkan sebetapapun itu adalah garis “lingkaran setan”. Sebab bilamana tiba-tiba garis itu terputus, namanya bukan lagi lingkaran, tetapi adalah jurang kemiskinan!!
“Entah itu kesedihan atau kebahagiaan pasti akan tertinggal di
belakang sana. Terpenting yang akan datang besok itu kesedihan
ataukah kebahagiaan. Nah, hal itu tergantung hari ini”
SETELAH BAYAR BANK, UANG TINGGAL 0 RUPIAH DAN EPISODE HANNA TERSERANG CANGKRANGEN
Hanna, anak bungsu saya yang masih TK senang sekali karena sekolahnya mau mengadakan acara outbound di Batalyon Armed 3/105 Tarik Naga Paksa Magelang. Kalender pun sering ia tengok, seperti menghitung hari menunggu tanggal pelaksanaan acara itu. “Baju Hanna dan teman-teman
akan dibasahi dalam outbound itu, Yah,” ucapnya dengan ekspresi bahagia banget mengutip keterangan ibu gurunya. Ia tampak antusias sekali dan terlihat tak sabar ingin segera mengikuti acara itu. Apalagi ia baru saja sembuh dari sakit sariawan di bibirnya. Berlubang merah-parah !! Dengan susah payah beaya outbound sebesar 80 ribu rupiah pun telah saya bayarkan. “Yah, Hanna kepilih drumband !!,” celetuknya saat ia saya jemput di gerbang sekolah. Dalam perjalanan pulang selain bersemangat menceritakan tentang terpilihnya dalam tim lomba drumband, ia lambungkan juga imajinasinya menyambut acara outbound yang bakal seru dan akan diselenggarakan esok harinya. Ia sampaikan pula segenap perlengkapan yang harus dibawa. Sesampai di rumah ibunya pun sugap mulai mempersiapkan semuanya: ada sandal, ada handuk, ada baju ganti, dll. Namun sepulang sekolah itu saya lihat Hanna kok nglentruk di kursi, wajahnya tampak kuyu. Saya pikir hanya kelelahan sehabis latihan drumband tadi. Tiba-tiba ia nyeletuk:”Yah, apa Hanna kena cangkrangen?” sambil ia tunjukkan di tubuhnya muncul bintik-bintik merah berair. Ia tahu cangkrangen (cacar air) itu sebab ada kurang lebih 5 teman sekelasnya terkena. Saya amati, benar belaka Hanna memang terserang cangkrangen!! Semula ia masih bersemangat untuk ikut outbound esok harinya. Tetapi lama-kelamaan bintik-bintik merah itu bertambah dan tubuhnya pun lemas, dan hanya bisa tiduran ? "Lalu bagaimana Yah, outbound-nya?!,” ujarnya dengan nada penuh khawatir. Ia merasa bahwa kegiatan outbound yang telah lama ia impikan bakal gagal diikuti. Saya pun bergegas mencari obat, siapa tahu masih ada peluang baginya untuk mengikuti kegiatan yang ramai disambut teman-temannya, dan ia sangat ingin menjadi bagian dari kegembiraan itu. Tanya sana-sini, ada pula tetangga yang mengusulkan pengobatan tradisional. Saat itu di saku hanya ada uang 8 ribu rupiah. Saya pun pergi ke apotek dengan berdebar-debar, sebab belum tahu pasti harga salep yang hendak saya beli. Dan….serasa dapat untung besar saya!! Harga salep itu 4200 rupiah. Sebenarnya saat itu saya simpan uang jutaan rupiah, namun harus saya setorkan untuk bayar angsuran ke bank sebab sudah akhir bulan. Sisa untuk beli salep itupun saya gabungkan untuk menggenapi angsuran itu. Setelah saya setorkan ke bank, saya benar-benar tidak punya uang sama sekali. Isi dompet 0 RUPIAH alias tidak berisi!! Untung sebelumnya saya sudah beli beras 1 kg sehingga tersisa 8 ribu itu. Getir rasanya pada saat Hanna sakit dan gagal ikut outbound, ia pengin banget dibelikan criping pisang
kesukaannya, namun saya tak mampu membelikannya… Dan..…gantian kakaknya yang SMA, Neofandy, terserang sakit panas sehingga tak masuk sekolah. Di tengah-tengah itu istri saya juga sakit. Jemarinya tertusuk duri ikan nila hingga bengkak. 3 tahun sebelumnya ia terkena sakit yang sama gara-gara nila. Dan ikan nila itu adalah kesukaan saya. Dari kecil saya memang hanya suka ikan, tak begitu suka daging. Kebetulan juga karena miskin sehingga daging tak terbeli. Ikan gereh
yang ditutulkan minyak jlantah, wah enak sekali. Alhamdulillah, pelahan-lahan ketiga belahan jiwa saya itu pun sembuh dari sakitnya. Istri saya memerlukan ke dokter, kedua anak saya seperti biasa dibanyakin tidurnya. Dari segenap kejadian yang beruntun, kadang saya berpikir: apakah bagi orang yang suka literasi, sesungguhnya kemiskinan dan penderitaan itu adalah merupakan investasi?!! (Investasi psikologis, investasi memoris dan investasi inspirasi…..he he he).
NB: Ketika masih memiliki pinjaman pada bank, cenderung terjadi eneng-enengan (tarik-mena-
rik) alokasi dana. Biaya pendidikan anak terpaksa ditunda demi lebih mengutamakan ang-
suran pada bank. Bahkan anak yang sakit pun harus mengalah oleh kewajiban pada bank.
Apalagi jika bank sudah bilang : awas lho bisa terjadi sita jaminan !!
(*Pada kurun ini di hp jadul saya kok sering masuk pulsa siluman kadang 50rb atau 20rb? Dari siapa ya sedangkan saat itu kisah saya ini belum ter-publish? Saya pikir pastilah bukan hadiah dari operator. Sebab “hadiah” dari operator biasanya berbunyi: Selamat andamendapat mobil, segera hubungi call center kami!! Kepada si pengirim pulsa yang tentu tak mau diketahui identitasnya, terima kasih ya pulsanya sangat membantu saya....*Bayangkan sampai pada sandal jepit pun saya irit-irit. Sudah menjadi kelaziman bahwa sandal jepit kaki kananlah yang lebih sering
duluan putus. Istri saya sering ngumpulin sandal kaki bagian kiri. Jadi saat itu sandal jepit untuk di dalam rumah yang saya pakai bagian kiri semua !! Bila putus ya gantinya sandal kiri lagi, kan koleksinya kiri semua. Dan yang putus itu selalu sandal kiri yang saya pakai di kaki kanan!! Nah, tiba-tiba tali sandal itu putus lagi, sedangkan stok sandal kiri sudah habis. Terpaksalah dengan “berlinangan air mata” saya membeli sepasang sandal baru….(eman-eman banget rasanya, sebab seharusnya bisa untuk membeli saus pedas manis kesukaan anak saya). *Sebuah pengalaman nggrantes (pilu) pun saya alami. Yaitu ketika pada suatu hari saya melihat berkarung-karung beras tengah diturunkan dari sebuah truk besar di depan toko beras. Saat itu satu kilo beras pun sungguh saya tak mampu membelinya, sebab di dompet tinggal punya uang 2000 rupiah terdiri dari 4 keping recehan 500-an !! Rasanya saya tidak pernah terlanda perasaan iri pada mereka yang mempunyai rumah bagus atau mobil mewah, cuma kali itu saya sempat terpapar sekelebat rasa iri kepada yang mampu membeli beras!! Tapi seketika terhibur juga karena tiba-tiba muncul pemikiran bahwa yang bisa membeli beras itu belum tentu mempunyai gagasan kemasyarakatan, demikian juga yang berumah mewah dan bermobil bagus…he he. *Rumah memang kemudian bisa diselamatkan dari penyitaan bank. Tetapi saya harus segera mengembalikan dana talangan itu (lepas dari kejaran bank, lalu dikepung oleh yang lain lagi!!) *Ditambah uang gedung dan SPP sekolah kedua anak saya juga belum mampu membayarnya. *Bila hujan rumah kami bocor air meluncur ke mana-mana sampai lambah-lambah istilah Jawanya. *Televisi tabung satu-satunya pun gambarnya kurang jelas, kepala penyiar/bintang tv-nya blabur, running tex-nya sulit dibaca.…..*Anak bungsu saya yang masih TK sering bilang ingin agar tubuhnya bisa lebih tinggi lagi dengan ingin minum susu Boneeto kesukaannya, namun berulangkali saya tak punya cukup uang guna membeli….*Jika terompet pedagang Sari Roti terdengar atau yang lainnya lewat di depan rumah, saya berdebar-debar sekali. Khawatir jika tiba-tiba anak saya minta dibelikan, sementara saat itu tak ada cukup dana. *Ketika ia ingin minta uang kecil untuk ditabung di dompet kesayangannya pun pas tak ada uang. *Saat liburan sekolah keinginannya main ke alun-alun seperti teman-temannya juga tak kesampaian, ia ingin naik kereta api mini atau makan batagor !! Maafkan ayah ya, Nak. *Suatu hari ketika memberikan uang kepada peminta-minta dari balik punggungnya, saya lihat ia tengah menghitung lembaran-lembaran uang yang jumlahnya jelas lebih banyak dari yang saya miliki !!).
NB: Dan masih banyak tak terhitung kisah yang belum termuat dalam buku ini hingga rasanya tak tega untuk menuliskan semua, lagian saya juga tidak terbiasa berlarat-larat serta tidak berminat dengan narasi yang mellow-mellow. Sorry banget pula ketika itu saya sengaja tidak aktif di FB, harap maklum demi ngirit kuota.
*Terngiang jauh sebelum episode yang cukup dramatis itu saya alami, situasi genting yang membikin istri saya sangat down (maafkan saya Hesti.… jantungmu sering terasa terteror dan rasa itu merambat hingga ke rahim serta perutmu, kau merasa jahitan operasi cesar 2 anak kita menjadi terganggu). Saat itu ada 2 orang pegawai bank yang berkunjung ke rumah dan salah satunya melontarkan kata-kata yang hingga kini serasa masih mendengung di ruang tamu :”Ya sudah, surat lelang rumah dipercepat !!” Pegawai bank tersebut kemudian juga menyampaikan jadwal rumah saya segera dimasukkan balai lelang. Benar-benar hampir terjadi tragedi terhadap rumah yang saya beli dari hasil “buku-buku” itu !! Rumah sejuk seluas 400 m2 lebih tempat saya bercengkerama dengan anak-anak. Anak bungsu saya juga sedang senang-senangnya main sepeda di halaman bersama teman-teman sebayanya. Rumah tempat dimana saya biasa memadu kasih-membara dengan istri (kadang siang, lebih banyak malam !!). Rumah yang terletak di dalam kota, dan di halamannya tumbuh pohon mangga, jeruk, pisang raja goreng, sukun, pepaya, jambu, nangka, sawo, ketela pohon, lombok, tomat, ubi jalar, serai, pandan, kunir, kemangi, camcao, kencur, lidah buaya dan tanaman obat yang lain, dan buahnya sering kami bagi-bagikan buat para tetangga.
Selepas mendapat ancaman itu selain seketika terbayang masa depan anak-anak saya yang sedang senang-senangnya bersekolah (pas tahun ajaran baru), saya juga teringat teman-teman NanCita. Sedikit banyak selama ini NanCita telah menemani serta membahagiakan teman-teman. Saya gr bahwa teman-teman tentulah selalu mendoakan NanCita include saya sekeluarga. Terima kasih tak terhingga banget YOYO “Redjo” dan semua teman yang tidak dapat saya sebut satu persatu !! Saya pun selalu mendoakan dimana pun teman-teman tumbuh dan berjuang. Sesuai tagline-nya : NanCita Menemani Pertumbuhan Generasi.
Ketika itu yang senantiasa terbayang adalah NanCita harus tetap eksis, sudah 17 tahun usianya, istri dan anak-anak tetap bisa bercengkerama di rumah itu serta teman-teman NanCita tetap punya tempat berkunjung dan berdiskusi sambil wajahnya merona bahagia !! Yang tengah merantau pun, jika pulang kampung bisa bernostalgia bareng NanCita….
Sering saya berada dalam kontradiksi perasaan : hati saya tertekan karena mikirin tagihan bank, sementara sering saya lihat kebahagiaan yang dipancarkan oleh anggota perpustakaan yang berkunjung karena mendapati buku-buku yang mereka inginkan
Tetapi syukurlah pikiran saya masih bisa diajak berbincang tentang aneka tema oleh teman-teman. Bahkan juga suara jiwa masih bisa terpanggil ketika ada yang curhat tentang aneka
problema kehidupan. Minimal memberi dorongan semangat, terutama bagi yang memiliki tekad-meluap hendak berjuang. HOBI MEMBACA ternyata mampu membuat garis demarkasi antar persoalan walau bertubi-tubi serangan datang. Dan selalu tersedia pilihan solusi untuk memecahkan problem pribadi, dan bahkan juga persoalan orang lain…! Antisipasif dan tahan banting !!
RENUNGAN “PERBANKAN”
Kenapa ya solusi yang ditawarkan bank kepada nasabahnya yang mengalami gagal bayar selalu disuruh JUAL ASET !? (solusi khas perbankan, pertimbangannya jalan pintas bukan berdasarkan kreatifitas). Kok tidak dilihat dulu “spesifikasi konten usaha” nasabah itu, seberapa jauh nilai manfaatnya buat masyarakat sekeliling. Usaha perpustakaan misalnya (he he he…). Kan bisa didukung dengan pos CSR? (Eh, CSR itu sebenarnya ada nggak,sih, padahal neraca tahunan bank biasanya laba gede lho?). Saya kira banyak usaha yang langsung kejet-kejet gulung tikar dan terkapar ketika digertak dengan: jual aset untuk menutup pinjaman !! Kelak ada nggak ya layanan perbankan yang bisa menyentuh jantung manajemen dari usaha nasabahnya? Sehingga nasabah (terutama yang berskala kecil) tidak diberi PINJAMAN semata lalu DITAGIH saja, namun ada pendampingan riil yang berkelanjutan. Jangan kayak bank plecit. Begitu gagal bayar lantas dikejar hingga ke lubang semut sekalipun, sesuai dengan “marwah” bank plecit (plecit adalah bahasa Jawa yang artinya dikejar-kejar). Berarti nanti pegawai bank akan menguasai prinsip BEP usaha dan jalur hulu-hilir secara praktik sesuai dengan bidang usaha nasabahnya yang dikucuri kredit. Maka kiranya tingkat peristiwa gulung tikar para pelaku usaha akan bisa ditekan oleh karena masih diberi semacam buying time yang terpantau dan terukur. Jika ada nasabah yang wan prestasi, sebenarnya yang paling banyak memikul penyebabnya itu siapa ya : si nasabah itu, situasi ekonomi atau analis bank? (Saya terkesan sekali dengan ucapan seorang teman: “entah jabatannya keren sebagai branch manager, chief of auditor atau founding officer misalnya, dan dengan penampilan perlente sekalipun, gedung kantornya pun megah dan tinggi, sesungguhnya secara “duniawi” pekerjaannya sama saja dengan pegawai bank plecit yaitu gaweane motangke duwit atau istilahnya mlecit.” Teman saya itu seorang pegawai bank, penampilannya juga keren, wangi, motornyapun bagus. Ia bercerita pula pengalaman ketika terpaksa harus mlecit alias mengejar-ngejar nasabahnya yang wan prestasi. Ia hebat, jujur !! Semoga pekerjaannya itu mampu membahagiakan serta menyelamatkan hidup dunia-akhiratnya).
Catatan:
Usulan bagus dari pegawai bank untuk menjual aset berupa rumah, saya terima sebagai usulan semata alias ogah-ogahan saya laksanakan. Sayang banget rasanya bila sampai kehilangan rumah semata-mata karena pinjaman pada bank. No problem jika kehilangan rumah itu disebabkan untuk membangun gedung atau guna biaya anak-anak bersekolah. Rasanya lebih keren!! Rumah Wonosobo yang terbeli selepas memeras keringat sebagai TKI, rumah yang serupa “taj mahal” dimana romantika pengantin baru berlangsung di situ. Dan rumah Temanggung yang merupakan hasil NanCita alias terbeli dari kewirausahaan di bidang buku-buku. Bidang yang sangat saya sukai sejak dilahirkan !! “Rumah NanCita” itu juga sebagai “rumah candi” buat ke 2 anak saya tempat dimana mereka lahir dan dibesarkan. Berkat keajaiban dari Gusti Alloh-lah 2 rumah tersebut bisa dipertahankan. Yang juga saya pikirkan jika rumah sampai tersita oleh bank adalah kondisi psikologis dua anak saya. Mereka tentu akan tertimpa gunung-kecewa, belantara-malu, lautan-minder dan badai-amarah bercampur menjadi satu. Kehilangan teman-teman sekeliling, kehilangan ruang-ruang kesayangan, kehilangan kepercayaan kepada orangtuanya!! Embrio kebahagiaan mereka yang sedang tumbuh serasa dirampas tiba-tiba!!!
Pada saatnya tekanan finansial bisa terurai oleh anggota NanCita, saudara dan teman kuliah. Dan finishing touch-nya dengan sangat manis digocek oleh teman kuliah M.Romadlon JR (ia putra Temanggung asli bekerja di Pemda, dan setelah kurang lebih 30 tahun berpisah semenjak kuliah, baru kira-kira sebulan sebelumnya kami bertemu kembali, tiba-tiba ia nongol di perpustakaan saya, namun pada saat pertemuan kembali itu saya sama sekali tidak terbersit niat untuk menceriterakan nasib yang tengah saya alami).
Selain itu cita-cita mendirikan gedung perpustakaan yang sudah lama saya impikan pun
tercapai juga atas dukungan dari Bapak HAR Tilaar dan Ibu Martha Tilaar. Bangunan perpustakaan yang berlogo Sari Ayu Martha Tilaar tersebut, silakan Anda klik atau lihat di akun facebook NancitaBaru Temanggung. Rasanya mustahil akan beroleh dukungan jika saya tidak mempunyai kecintaan kepada dunia literasi (semenjak dini). Para anggota pun senang luar biasa. Merasa nyaman dalam memilih buku-buku dan mendiskusikannya. Kami menghaturkan banyak terima kasih tak terhingga kepada Pak HAR Tilaar beserta Ibu Martha Tilaar. GBU selalu.
“Seperti halnya kekayaan dan kebahagiaan, sesungguhnya dalam
kemiskinan dan penderitaan itu terkandung bejibun inspirasi”
_______________________________________________________________________
Breaking News 1 !!
Ketika tengah asyik menyusun naskah ini, tiba-tiba saya mendapat email dari Bapak Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Grup isinya sebagai berikut:
"Mas Eko, begitu kembali dari Beijing tadi saya lihat ada kiriman dari Anda. Saya buka isinya buku-buku karya Anda. Senang sekali saya menerimanya. Apakah buku yang sama sudah diberikan juga ke perpustakaan SMA Anda dulu? Buku itu sangat berharga. Termasuk untuk mereka. Biar menjadi inspirasi."
Salam,
Dahlan Iskan.
______________________________________________________________________________
Breaking News 2 !!
28 April 2017 peristiwa yang mendebarkan terulang. Yaitu bank hendak menyita rumah saya lagi !! Pukul 9 pagi dua pegawai bank datang, dan saat itu saya tak ada uang buat bayar angsuran. Pegawai bank mengatakan jika pukul 15.00 tak ada setoran, pemasangan tulisan penyitaan rumah akan dilakukan. Situasi tegang pun datang. Dan beberapa waktu sebelumnya saya telah dipertemukan oleh saudara “satu mbah buyut” yang semenjak lahir belum pernah berjumpa. Tiba-tiba saya ingat dia, maka segera saya kontaklah dia. Plong, Alhamdulillah ia memberikan solusi. Ancaman penyitaan rumah itu pun lewat. Tidak seperti yang pertama, ancaman penyitaan yang kedua ini teratasi demikian cepat. Terima kasih tiada henti saya sampaikan kepada Mas Edy Siswantoro yang telah menyelamatkan kami. Juga kepada Mbak
Henny serta Tini yang turut mensupport aksi penyelamatan tersebut. Makasih makasih makasih tiada henti.
_______________________________________________________________________
"Kemiskinan dan penderitaan itu sesungguhnya adalah lumbung inspirasi
yang hanya merepotkan secara ekonomi. Jika banyak memiliki inspirasi,
kemiskinan dan penderitaan itu menjadi tidak berasa"
1. Matur nembah nuwun Gusti Alloh beragam keajaiban telah kami terima, juga tiada henti Kau tuntun perjuangan berliku-liku dari desa yang bermodalkan doa, gagasan dan berangkat dari bekal NOL RUPIAH dan HOBI MEMBACA SEBAGAI CANGKUL-nya ini.
2. Terima kasih ayah dan ibu, sepasang hero-ku selamanya. Ayah yang selalu menyediakan aneka bacaan sedari kecil, dan ibu yang suka membaca.
3. Terima kasih istri dan kedua anakku atas segenap kesabaran dan pengertiannya. Hesti, Fandy, Hanna, kalian adalah hidupku yang luar biasa.
4. Terima kasih memori SMA, thank’s masa KKN Undip, terima kasih puisi !!
5. Terima kasih kepada energi dan "hobi bergagasan" yang telah menghantarkan 263 pucuk surat, juga telepon, faksimili dan tak terhitung sms dan email. Surat-surat terutama untuk 20 tokoh selama sekitar 5 tahun meskipun hingga kini surat-surat gagasan tersebut, mungkin karena kesibukan para tokoh, sebagian besar belum sempat dibalas.
6. Terima kasih kepada keluarga Wonosobo serta Purworejo dan teman-teman kuliah: M.Romadlon JR (sorry banget De’e telah kuganggu en thanks berat atas Al Imran 26-27-nya ya).
7. Terima kasih kepada Mas Edy Siswantoro (bekerja di Pemda Magelang).
8. Matur nuwun banget juga saya ucapkan kepada Mas Nawadir dan istri, Mbak Peni “Nastiti”, penyaji mega-solusi. Subuh itu kita sholat di masjid masa kecil kita setelah sekian lama sekali tak saling jumpa. Selanjutnya Gusti Alloh menghantarkan keajaiban lagi kepada saya....
9. Terima kasih kepada Perpustakaan UNDIP, di situlah saya bisa berkenalan akrab dengan Sigmund Freud, Paulo Freire, Alvin Toffler, David Berry, Boeke, Ivan Illich, Machiavelli, Plato, Socrates, Talcott Parson, Soedjatmoko, Kuntjaraningrat,dll.
10. Terima kasih tak terhingga sepanjang masa kepada Bapak Prof. Dr. HAR Tilaar, Msc. Ed serta Ibu Dr. Martha Tilaar, eksekutor “gagasan idealistik” saya. Terkenang saat dipanggil ke rumah beliau berdua di Patra Kuningan Jakarta, selain terjadi perbincangan seru, juga dihidangkan soto yang kuahnya enak sekali. Hotel dan pesawat dibayari, disangoni lagi. Dan ketika diundang dalam sebuah acara yang diselenggarakan di ROEMAH MARTHA TILAAR (RMT) Gombong, Kebumen terhidang sebuah bangunan heritage yang dirawat dan dikelola sebegitu rupa sehingga tetap eksis menempuh lorong-lorong jaman. Terbersit inspirasi, semoga kelak NanCita pun akan mampu menjadi RUMAH LITERASI yang juga akan menembus aneka medan waktu !! Semoga.
11. Dan…….terima kasih abadi selamanya pula saya haturkan kepada Bapak Dahlan Iskan yang telah berkenan merespon email saya yang sungguh sangat makin membangkitkan semangat saya untuk terus berjuang !!
(Naskah ini saya email-kan kepada Bapak Dahlan Iskan tanggal 10 Desember 2016 pukul 06.42, dan beliau membalas pukul 08.42):
“Luar biasa kisah Anda ini. Anda hebat sekali. Saat membacanya saya berdebar-debar karena khawatir kesulitan-kesulitan yang bertubi-tubi itu tidak ada jalan keluar. Saya menahan nafas membacanya. Akhirnya saya bisa menarik nafas panjang. Lega. Happy ending. Saya ikut berterima kasih pada keluarga Martha Tilaar. Luar biasa. Semoga pelajaran mahal itu bisa menjadi tonggak ke depan”
Salam,
Dahlan Iskan
_______________________________________________________________________
NB: Foto-foto perjuangan yang terkait dengan segenap teks di atas bisa disimak via NOTES akun facebook Nancita Baru Temanggung dalam tajuk KKN-ku Yang Sangat Kucinta (makin memperkuat ide pendirian NanCita) dan Semburat Darah di Taiwan (berburu modal demi NanCita).
_______________________________________________________________________
KALAU SAJA LAZIM INGIN RASANYA MASUK KE KUBUR AYAH-IBU
Kalau saja lazim ingin rasanya masuk ke kubur ayah-ibu untuk erat memeluk beliau-berdua dan menghaturkan bertubi-tubi ucapan terima kasih karena telah mengenalkan buku sejak saya belia. Ayah yang rutin membawakan aneka macam bacaan, dan ibu yang telaten mengejakan huruf-hurufnya. “Ayah, kelak gendong aku ke surgamu ya, tentu bersama ibu. Ingin banget aku membaca buku-buku di situ bareng kedua adik yang kini telah bersamamu. Bercanda seperti dulu ketika masih di dunia…….”
Tanpa cinta kepada buku sejak kecil mustahil rasanya saya bisa berkali-kali melewati lubang jarum kehidupan. Dan yang terkini bayangkanlah:
1. Bulan Desember 2016 rumah selamat dari penyitaan bank.
2. Hanya sejenak bernafas lega, bulan-bulan berikutnya badai tekanan finansial datang lagi. Sebab penyelamatan tersebut dengan menggunakan dana talangan yang harus segera dikembalikan. Saya seperti dikepung tagihan dari berbagai penjuru mata angin. Termasuk angsuran bank, pegadaian, koperasi, tagihan listrik 2 bulan, kontrakan kios, SPP anak, uang komite sekolah dan sederet item sembako harian yang serasa berkejar-kejaran !! Kadang saya tercenung-ngungun : mereka yang menagih itu pasti masih diberi kemampuan membeli beras, gas, dan lain-lain. Tidak seperti saya saat itu yang hanya untuk membeli beras barang 1 atau 2 kilogram saja, sungguh sangat berat !! Terpaksa mendahulukan untuk bayar bank, makan kami pun ya seadanya. Boro-boro ke restoran yang tidak pernah kami lakukan, bisa membeli mie ayam atau siomay saja sudah merupakan kemewahan dan hal seperti itu pun super jarang beli. Berlibur ke alun-alun saja sulit kesampaian. Apalagi ke Bali, sungguh mimpi ! Ke Eiffel atau Menara Pisa Itali, mabuk kali !!
3. Terkenang saat terlanda kepungan tagihan paling dahsyat yang bisa mengirim saya ke titik nadir. Rasanya sudah mentok !! Setiap saat degup jantung saya dan istri intervalnya makin rapat, intensitasnya lebih berat, dan sangat eskalatif !! Laptop milik anak juga belum bisa mengambil. Serasa ada pisau tajam yang mengiris dada setiap anak saya bertanya : kapan laptopnya bisa diambil,Yah? Dan sepeda motor yang biasa dipakai sekolah anak pun dititipkan kepada yang meminjami dana, terpaksalah anak saya jalan kaki ke sekolah (maafkan ayah ya, Nak….). Emas-emas milik istri pun dilelang pegadaian. (Sorry banget ya Hesti…..namun bukankah sering kau katakan ingin hijrah dari sistem bunga asuransi, pegadaian dan bank? Ingatkah kau dan apa pendapatmu dengan ucapan seorang pengusaha terkenal Temanggung yang beliau sampaikan di depan kita kala itu: “Sesungguhnya tidak ada orang bisa bahagia karena hutang bank”). Sebenarnya saya ingin protes dengan pendapatnya itu: ada kok orang bisa bahagia luar biasa karena hutang bank, yaitu jika bisa melunasinya he he he…..Terus terang saya sering terlanda rasa malu pada Tuhan sehabis berdoa begini: ”Ya Tuhan, tolonglah lunasi hutang-hutang saya”. Lho, lha wong yang hutang itu saya, kok Tuhan diminta melunasinya, terkesan seperti mendikte Tuhan, begitu batin saya. Maka redaksional doa itu kemudian saya ubah: ”Ya, Tuhan, tolonglah segarkan dan kreatifkan selalu akal pikiran saya agar bisa mengatasi hutang-hutang ”. Nah, ini baru doa aplikatif, bukan doa imperatif!! (Setuju bro?!!).
Mustahil rasanya saya akan beroleh TITIK BALIK dan semangat bertahan serta tekad berjuang jika ayah dan ibu sejak dini tidak mencintai saya dengan menyediakan buku-buku. Dalam buku selain bisa kita tangguk sumur inspirasi dan gerak antisipasi, sekaligus juga untuk memperkokoh tiang pancang futurisasi !! Itulah sebabnya Kalau Saja Lazim Ingin Rasanya Masuk ke Kubur Ayah-Ibu untuk memeluk mereka mungkin dengan tangis yang takkan bisa saya tahan……………….
(Setelah itu keluar lagi dari kubur ayah-ibu guna melanjutkan kehidupan dunia antara lain menyediakan buku-buku untuk teman-teman NanCita. Juga ngobrol seperti biasanya, ada anggota cantik yang curhat hingga keluar air mata, berdiskusi seru, mengeksekusi gagasan-gagasan dan aksi-aksi literasi lainnya. Tanah warisan yang ayah-ibu tinggalkan pun semoga akan bisa makin melejitkan perjuangan di bidang literasi. Dan pahalanya semoga pula akan bisa dinikmati oleh yang pernah tinggal di tanah/rumah itu beserta anak keturunannya. Keajaiban selalu milik Gusti Alloh Ta’la).
“Selamat atas Kumpulan Puisi dan Artikel ‘CELOTEH ORANG PINGGIRAN’
Semoga bisa memotivasi rakyat gemar membaca.”
(Prof.DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed)
“Eko, anda punya bakat besar sebagai penulis. Kredo Literasi sungguh
luar biasa. Apa sdr Eko menulis novel?”
(Prof.DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed)
NB:Kisah ala kadarnya ini saya susun sesungguhnya memang bukan
ditujukan untuk menjadi sebuah buku, sebab saya bukanlah
seorang penulis. Seorang penulis biasanya akan senantiasa berjuang untuk menulis buku berikutnya lagi setelah ia merampungkan
sebuah buku !! Sedangkan seorang penggagas ia tidak akan
pernah berhenti untuk terus-menerus bergagasan dan berjuang
mewujudkan gagasannya itu. Bahkan “direwangi” hingga berdarah-
darah sekalipun …!!! Seorang penggagas yang tak sengaja menulis
buku, ia pasti akan selalu terangsang oleh hasrat hilirisasi.
(Sesungguhnya saya tidak pernah berniat menjadi penulis. Lebih suka bergagasan, kemudian berjuang mewujudkannya. Dengan “filosofi sebagian-sebagian” ingin mengajak siapapun untuk berkhidmat dalam pengembangan dunia literasi. Sebagian menjadi penulis, sebagian menjadi pembaca, sebagian menjadi editor, sebagian menjadi penerbit, sebagian menjadi penjual buku, sebagian menjadi pembeli buku, sebagian menjadi penyewa buku, sebagian menjadi peminjam buku, dan syukur-syukur sebagian yang lain berkenan menjadi pewujud isi buku. Dan kesemua pelaku literasi tersebut saling bersinergi demi kejayaan bersama).
Bergagasan itu sama dengan memelihara harapan
meskipun berkali-kali menemui kegagalan.
Justru dengan kegagalan itu harapan bisa kembali
dibangkitkan dari kuburan sementaranya.
Ayo menulis surat-surat gagasan
dan cinta membaca !!
Karena dengan membaca, pikiran akan menjadi lincah, jantan dan kuat.
Sehingga tidak saja tahan banting, namun juga tetap santun dan
antisipasif ketika menghadapi persoalan-persoalan rumit, berkelok-kelok
dan berat.
Karena dengan membaca, aneka gagasan akan senantiasa datang, tertangkap
dan tergenggam.
Karena dengan membaca, hidup serasa tak bisa berhenti menawarkan
harapan kebahagiaan.
KARENA DENGAN MEMBACA KITA AKAN BISA MENGEDIT NASIB,
MENGELOLA PROBLEMA DAN MEMBUAT SKALA PRIORITAS
KETIKA HENDAK MENGEKSEKUSI SOLUSI. Tenan iki bro !!
Selalulah membaca, sambil tetap menikmati tren hobi terkini :
makan-makan, nyandang, nonton, bersolek, berfoto dan dolan-dolan !!
Yuk, kita dirikan semacam AKADEMI MEMBACA sebagai melting pot literasi.
Bergagasan terus, Njo dan tuangkan dalam surat-surat!! Korsel saja perlu
persiapan 20 tahun guna meledakkan gelombang hallyu yang bikin dunia
tercengang dan terpaku-pana. Dan kita hanya bisa klepek-klepek terangsang
tapi tanpa orgasme!! John Hanke juga butuh waktu 20 tahun untuk menciptakan
Pokemon Go !! (meski game ini kini sudah tiarap, diganti Om Telolet Om
yang juga sudah meredup-tiarap seperti nasib Anthurium dan Batu Akik…
kita tunggu GAGASAN-KONSPIRATIF dan INSTAN apalagi yang akan mem-
booming kita??!!).
"Gagasan tidak seperti janji yang bisa diingkari.
Gagasan bukan untuk pencitraan diri.
Gagasan harus terukur agar bisa diuji sehingga
tidak terjerembab hanya menjadi ilusi,
omong kosong atau halusinasi"
Sebagai pemuja literasi sejak dini dan kayaknya semenjak SMA sudah sadar-semiotika, ingin rasanya bisa menempuh piramida literasi seperti ini :
1. Bisa meminjamkan buku,
2. Bisa menyewakan buku,
3. Bisa menjual buku,
4. Bisa menulis buku,
5. Bisa menerbitkan buku, dan
6. BISA MEWUJUDKAN ISI BUKU (HILIRISASI), yang ke 6 ini adalah pencapaian aktualisasi diri (meminjam teori Abraham Maslow).
(Saya mendamba para tokoh bersedia mendengar suara rakyat kecil yang statusnya nothing sekalipun. Seperti yang saya alami. Betapa sepasang tokoh nasional sekaliber Bapak HAR Tilaar dan Ibu Martha Tilaar, juga Bapak Dahlan Iskan, berkenan menyimak gagasan-gagasan saya. Padahal notabene saya hanyalah rakyat sangat kecil. Tak berhierarki, belum sarjana, tak berpartai namun di setiap pemilu pasti nyoblos, tak berorganisasi, tak berbirokrasi, tak berkomunitas, hanya ber-KTP organisasi negara Indonesia !! Di luar sana tentu amat banyak rakyat kecil yang juga bergagasan dan ingin disumbangkan kepada negeri tercinta ini, namun belum menemukan katalisator. Ayo para tokoh, mohon dengarkan kami !! walau kami tidak ikut ubyang-ubyung berpolitik, nir glenak-glenik berorganisasi dan nonsens ceriwis berkomunitas!!).
APAKAH TEMAN-TEMAN INGIN JUGA MELIHAT BAGAIMANA ISI, BENTUK DAN GAYA
BAHASA SURAT-SURAT YANG SAYA KIRIMKAN KEPADA PARA TOKOH ?
Simak bentuk surat tersebut yang termuat dalam buku yang saya iklankan berikut ini, he he he……
KISAH DI ATAS SELENGKAPNYA SANGAT TERKAIT DENGAN SELURUH TEKS YANG
TERMUAT DALAM BUKU INI:
Berikut ini cuplikan DAFTAR ISI dari buku
SEKEDAR RIWAYAT DAN KREDO LITERASI
BAB 1. SEKEDAR RIWAYAT DAN KREDO LITERASI………………………………………
PELAJAR TELADAN ABAL-ABALKAH ?...................................................................
MISKIN ATAU KAYA YANG PENTING BERLITERASI, DAN NYARIS
MENJADI MONYET YANG BERCINTA……………………………………………
SMA ADALAH MASA BERDARAH-DARAH DALAM BERSASTRA…………………
BERPIKIR DENGAN BAHASA DAN BERKOMUNIKASI MENGGUNAKAN BAHASA,
DIMANA BEDANYA?.....................................................................................................
PILIH MANA : BERDOA LANGSUNG BERUSAHA ATAU BERDOA, BERGAGASAN
SEKALIGUS BERUSAHA………………………………………………………...........
PAKAR TTS…………………………………………………………………………….
ANJING KAMU…………………………………………………………………………
PERJALANAN LAPAR…………………………………………………
PAKAR SEX……………………………………………………………………………….
IMPORTIR VCD BIRU……………………………………………………………………
MESIN KETIK, SUMPAH DAN TIMUS……………………………………………………
DISKURSUS ANTARA PENGGAGAS DAN PENULIS………………………………
KEMISKINAN DAN KREATIFITAS………………………………………………………
OTAK LITERATIF DAN MEMORI YANG KUAT…………………………………………
NARASI DAN KELAZIMAN PARA PENGUBAH KEMISKINAN………………
HOBI MEMBACA DAN HILIRISASI PENGETAHUAN……………………………………
KETIKA MENDIRIKAN NanCita…………………………………………………………
VIRUS DERET HITUNG DAN DERETUKUR……………………………………
PUISI IDOL…………………………………………………………………………………
BAB 2. LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………………
SEKELUMIT PERJALANAN SAYA SETAMAT SMA…………………………………… FOTO-FOTO SIKLUS……………………………………………………………………
HIDUP BERBAHAGIA DENGAN PERPUSTAKAAN…………………………………
Ide Sanggar Bacaan NanCita dan Upaya Memperjuangkannya……………………………
ARTIKEL-ARTIKEL……………………………………………………………….. • Pemuda Militer dalam Persepsi Seorang Pemuda Sipil…………………………
• Homo Sapiene-Homo Faber : Homo Homini Lopus?.....................................................
• Generasi Muda Pendidik dalam Konteks Regenerasi dan Kualitas Anak Didik..................
• SURAT PEMBACA……………………………………………………………………
• Walau Temanggung Berjuta Walau………………………………………………………
SEGEBUNG NOSTALGIA MASA SMA ………………………………………………
Cuplikan Buku KAN KUKENANG DALAM-DALAM………………………………………
Cuplikan Kumpulan Sajak Saat Kelas 1 SMA : PARKIR..........................................................
KOMPILASI SELINTAS GAGASAN…………………………………………………… * PASAR MALAM PEMDA…………………………………………… * SUBSIDI CARTERAN WARGA..............................................................................
* WISMA JARIAH.......................................................................................................
* KAMPUNG LUKISAN...........................................................................................
* MINI BIOGRAFI………………………………………………………
STOP PRESS : KOMPILASI CUPLIKAN BUKU.........................................................
• DANURBA…………………………………………………………………………..……
Marak, Rentenir Berkedok Koperasi………………………………
Bikin Menjerit, Warga Semprit Bank Plecit………………………………
Nyawa Melayang di Tangan Penagih Utang……………………
• RIMBA PUISI ANTAR KOTA………………………………………………………
• CELOTEH ORANG PINGGIRAN (Kumpulan Puisi dan Artikel).......................................
• MOBIL SURGA (Kumpulan Cerpen)……………………………………
• KAN KUKENANG DALAM-DALAM (Memori Masa SMA)………………
• SURAT UNTUK SANG PROFESOR, Perjalanan Berkelanjutan Memperjuangkan Gagasan
(EDISI BAJAKAN)…………………………………………………………………
• SURAT UNTUK SANG PROFESOR, Perjalanan Berkelanjutan Memperjuangkan
Gagasan (EDISI ASLI)…………................................................................…
• DENGAN CINTA MEMBONGKAR TALENTA (Sinergi Kehidupan Prof. Dr. HAR Tilaar, M.Sc.Ed dengan DR HC Martha Tilaar)………………………
SURAT-SURAT KEPADA TOKOH………………………………………
PRESIDEN-KEPALA DESA………………………………………………
Kumpulan Sajak PARKIR………………………………………………………….
PUISI-PUISI RADIO DALAM LIPATAN SURAT…………………………………
BEGITU-BEGITU SAJA MAKA BEGINI: Out of the Box-kah.........................
KUIS LEGENDA KOTA (Arsip)………………………………………………
BURSA GAGASAN (Arsip)……………………………………………………………
PROGRAM BERIKUTNYA SETELAH KUIS LEGENDA KOTA (Arsip)………
RIMBA PUISI TEMANGGUNG (Arsip)……………………………………………
BONUS : SEPUCUK DARI 229 PUCUK SURAT…………………………………………
INGIN KEMBALI KE KAMPUS…………………………………………
PADA AWAL PERGELUTAN DENGAN DUNIA LITERASI TERSUSUN PULA SEBUAH BUKU BERJUDUL:
KAN KUKENANG DALAM-DALAM (memoar yang disusun saat duduk di bangku SMA).
(Buku kenangan SMA ini selain memuat 47 profil teman sekelas dengan beragam opini mereka, juga terpacak 26 buah puisi-memorik, 11 sketsa “cerpen-futuristik”, foto-foto di kelas, pantun, renungan serta TTS persahabatan, dan lain-lain. Buku ini lahir juga dikarenakan oleh keaktifan saya dalam kegiatan SASTRA RADIO kala itu. Sesungguhnya buku sederhana yang memorable dan serupa “masterpiece” ini senantiasa menjadi penghela saya untuk terus terlecut bergelut dalam dunia literasi. Saya pun selalu terpacu untuk mengajak rombongan anak-anak SMA yang sering datang di perpustakan saya agar tekun membaca dan menulis, juga siapapun mereka yang peduli kepada aksi bergagasan).
Judul : HERMIN YULIANINGSIH.
Berdomisili di : Jln. Kesatrian No. 13 PURWOREJO,KEDU, JATENG.
Dilegalisir jadi bayi pada tgl : 26 Juli 1963 (LEO).
Hobby sahabat ini al : Tidur, makan dan ndengarkanmusik yang nglangut-
nglangut.
“Yuliii….”, begitu jika ibunya memanggil kawankita ini. Gadis berpenampilan
serba praktis dan tercatat sebagai Sekretaris II kabinet terakhir kelas kita ini
punya idola tokoh Bung Karno. Dia ini berpendapat bahwa modern itu adalah
segala tingkah hidup yang mengikuti perkembangan zaman dengan kebudayaan
tinggi, dan hanya diambil hal-hal baru yang dapat memperbaiki cara hidup.
Wah, ternyata seraut wajah di sini ini punya prinsip hidup yang yahud, begini :
“Bukan kepuasan atau kemewahan yang kucari, namun kedamaian dan
kebahagiaan. Bukannya harta yang hendak kutabung,tapi amal budi untuk
bekal dalam aku kembali ke alamabadi.” O, cowok yang berwibawa, tenang,
sederhana dalam penampilan , setia dan tanggung jawab serta bijaksana
kepribadiannya, ternyata menjadi idaman dari kawan kita ini. Dan ia ingin sekali
menjadi manusia yang berguna buat sesama. Oh ya,dia juga punya favourit
terhadap aktris si mata biru Michelle Pfeiffer dan novelis La Rose serta ilustrator
/kartunis majalah “GADIS” si Jon. Masyarakat bisa kejam bila kita tidak dapat
menyesuaikan diri, namun sebaliknya juga bisa membuat kedamaian apabila
terjalin pengertian dan penyesuaian, begitu kesimpulan atas pandangannya
terhadap dinamiknya masyarakat. Dia juga bilang bahwa kehidupan di masa
remajanya cukup menyenangkan, penuh akan pengalaman dan petualangan.
Kawan yang senang terhadap musik jazz dan slow serta film detektif juga roman
psychology ini ternyata sangat sayang pada bapak ibunya tercinta. Mengenai
saat- saat yang tidak menyenangkannya sebagai pelajar, kalau nilai hasil ulangan
jelek dan tak siap dalam ulangan dan tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima
pelajaran. “Semoga persahabatan kita ini abadi, dan bila ada acara pertemuan saya
harap teman-teman bisa mendatanginya, ya ? Dan tak lupa jika ada diantara teman-
teman yang mau itu tuh…. nikah, bagi-bagi undangannya ya ?”, begitu serangkai
pengharapannya (H+E).
bersua muka lagi dengannya yang ke .. goresan lembut jemari kenangnya
tertanggal ….. di …………
Cowok ini bercap : NANANG WIDIHARTONO.
Parkirnya di : Jln. Dewi Sartika 7 A, PURWOREJO, KEDU,JATENG.
Catatan kelahiran : 30 Januari 1963 (AQUARIUS).
Dia punya hobby : Catur, baca buku pengetahuan, senam biasa dan lari-lari pagi.
TONO, panggilannya. Penguasa Daerah Istimewa Yogyakarta yang pernah
menjabat sebagai Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX, ternyata
menjadi tokoh favourit dari kawan kita ini, disamping juga BJ. Habibie.
Ketika terhadapnya dilontarkan pertanyaan guna memancing pendapatnya
tentang putus asa, dia katakan bahwa putus asa itu seharusnya kita hindari dari
diri kita. Begitu. Dan waktu diminta pendapatnya sehubungan dengan
gegapnya modern dewasa ini, dia kasih opini bahwa modern itu adalah
cara berpikir bagaimana agar kita dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Sebagai ilustrasinya, dia sempat menyampaikan permisalan begini :
“Apa perlunya menghemat BBM ?, menurut dia “retorik”semacam itu adalah
merupakan hasil pemikiran orang modern. Dan mengenai bidang musik, kawan
kita ini ternyata menggemari musik yang beraliran jazz dan rock. Serta buku yang
berisi pendidikan ia senangi pula. Sedang kalau film, dia pilih yang bertemakan
sejarah atau perang. Kawan kita ini mengakui kadang masih kurang dapat
menyadari akan pentingnya waktu. Dan ketika diminta pendapatnya tentang kapan
sebaiknya buat jatuh cinta dia kasih batasan pada umur 20 sd 25 tahun, sedang
kalau untuk berumahtangga setelah dalam usia 25 sd 30 tahun. Dan mengenai
cewek idaman dari kawan kita ini adalah yang sopan santun dan berpendidikan.
Kawan-kawan, sahabat kita ini punya cita-cita ingin jadi anggota ABRI (semoga
tercapai). Dan harapan tentang persahabatan kita ini dia bilang demikian :”Kalau
perlu kita teruskan ke jenjang perkawinan.” (Tidak salah ketik ini lho!). Dan
semoga saja perlu. (B).
ia ini aku sua lagi yg ke …. goresan memorynya
tgl ………. di …………
Kawan kita ini bernama : SUMARYATI SRI ROHANI.
Istananya di : Cangkrep Lor, Gg. Sidosari, PURWOREJO, KEDU.
Tercatat sbg penghuni jagad : 16 Mei 1963 (TAURUS).
Dia punya hobby : Menyulam dan kruistik.
Boleh panggil SRI, boleh juga MARYATI. Kawan kita ini membagi waktu
dalam 3 jenjang yakni: (1) waktu adalah ilmu, (2) waktu adalah tugas yang terbeban,
(3) waktu adalah mendidik anak-anak (ketika sebagai pelajar, sudah kerja dan kelak
sebagai istri). Tokoh emansipasi wanita Indonesia RA Kartini itu ternyata menjadi
idola dari kawan kita ini, disamping Bung Karno dan Soeharto. Juga seniman Chairil
Anwar, Bimbo dan Swaramahardhika Group,ia senang pula. Kalau musik dia pilih yang
sentimentil, buku novel yang “detektif” termasuk kesenangannya juga. Teman-teman
berusaha itu adalah pangkal keberhasilan, disamping doa harus selalu dipanjatkan.
Insya Allah kegagalan takkan kita temui, namun keberhasilan yang kan tergenggam,
begitu serangkai kilahnya tentang prinsip. “Putus asa itu tidak baik,ingat, kita diwajibkan
berusaha, tetapi jika memang sudah suratannya terimalah saja karena nasib ada di tangan
Tuhan”, ujarnya tentang putus asa. Oh ya, perihal modern ia juga punya pendapat :
“Sesuatu yang baru yang selalu senada dengan perkembangan zaman, dan mampu serta
pantas untuk dilaksanakan, itulah modern.” Kawan ini kasih pendapat bahwa untuk
jatuh cinta itu baiknya usia 17-18 tahun, sedang kalau berumah-tangga kapan saja asal
jodoh datang buat hidup baru. Ia mengakui bahwa saat yang tidak menyenangkannya
sebagai pelajar adalah bila raport dibagi dan ternyata ada angka merahnya, dan ketika
dimarahi/disinggung oleh ibu guru. “Pokoknya tinggi deh. Lihat aja besok kalau udah
kucapai. Soalnya malu sih mau ngatakan. Pokoknya teman-teman pasti dapat mengerti
kelak kalau semuanya sudah kucapai. Juga soalnya kini lagi kuperjuangkan sih,”
begitu janjinya tentang cita-citanya. Dan kawan kita ini bilang dengan persahabatan kita :
”Aku mengharap kalian semua tetap mengingatku hingga nanti. Begitu pula
aku akan mengingatmu selalu.” Ahoi – ahoi – oi. Amin-amin Ya Robbal’Alamin (H).
ia kusua lagi yang ke…………. coretan memorynya
tanggal…………..di………….
Kawan kita ini berletter : ATI HERNANI YULIANTI.
Punya taman di : Jl. Kliwonan I, PURWOREJO, KEDU, JATENG.
Disahkan jadi orok tgl : 3 Juli 1962 (CANCER).
Dia sukanya : Meninjau ke tempat-tempat yang ehm----ehm.
NANIK, demikian sapaan sehari-harinya. Sahabat kita inipunya prinsip hidup
begini :“Bangkit, Nekad namun Pasti.” “Ck, ck …… Ooo, ternyata dia ini lebih akrab
dengan ayahnya sih, pantas saja prinsipnya tegas. Dan tentang modern dia berkilah
begini : “Di alam modern dalam bertingkah dan berpikir hendaknya berdasarkan
pada realita dan haruslah mengukur kemampuan, jadi seandainya ada seseorang
yang bertindak hanyalah dengan meniru-niru belaka, itu bukan nyamodern, tapi sok
modern.” Menurut gadis ini pada masa sekarang orang tidak lagi konsekuen dengan
agamanya. Mereka memeluk agama dan beribadah juga mempelajari ajaran-ajaran
agama tapi sikap dan tindak-tanduknya tidak sesuai dengan ajaran agama yang telah
mereka terima itu. Dia yang pegang bendahari II kelas kita ini ternyata suka musik jazz
(instrumentalia). Dan film/buku horor dan detektif, wah seneng juga dia. Jika teman-
teman biasa putus asa, akan dicap banci olehnya. Nach, tuh ! O ya,Ali Sadikin, jendral
yang andil dalam “Petisi 50” itu dan (ssst) ternyata menjadi tokoh idolanya. Bagi yang
menganggap waktu itu tidak penting, disarankan oleh gadis ini, lebih baik tidak usah
hidup saja ! Mengenai cowok favouritnya adalah cowok yang tahu akan dosa, tahu
akan kewajibannya dan bertanggungjawab. Dan saat yang paling tidak menyenangkan
sebagai pelajar/manusia adalah jika keinginan-keinginannya gagal. Menurutnya usia
untuk jatuh cinta berapapun baik, asal berani menanggung resiko, tahu batas-batasnya
dan haruslah selalu ingat akan batas-batas itu atas dasar ajaran agama. Penilaian tentang
pergaulan masa remajanya : ya menyenangkan ya tidak menyenangkan. Dan
harapannya dengan persahabatan kita, dia berucap demikian : “Semoga persahabatan
kita akan kekal abadi (amien).” Dan sahabat yang sejati ialah sahabat dalam waktu
senang maupun susah. OK ? Oke, mbak ! (A+E).
bertemu dengannya lagi yg ke … tanda tangan kenangnya
tgl……… di …………
“Secuil” raut di sisi ini punya merk : EDI YULIONO.
Kerajaannya di : Jl. Mayjen Sutoyo No. 47 PURWOREJO, KEDU, JATENG.
Diutus ke dunia tanggal : 28 Juli 1963 (LEO).
Hobby-hobbynya antara lain : Korespondensi, main bola dan makan enak.
Laki-laki di samping kiri ini, yang menyukai film jenis spionase serta musik
jazz dan slow, rupanya merasa tersentuh hatinya jika melihat manusia yang masih
ditimpa kesusahan. Kawan ini sempat berpendapat tentang manusia dan agamanya
pada dewasa ini bahwa iman kebanyakan dari mereka banyak yang telah luntur dari
jiwanya, terbukti dengan banyaknya sekarang ter jadi pelanggaran-pelanggaran
hukum. Tentang pandangannya terhadap modern, dia berceloteh begini : “Modern
adalah segala sesuatu yang tidak ketinggalan zaman dan cocok bagi pribadi manusia.”
Dia yang menaruh idola terhadap tokoh kharismatik Bung Karno dan putranya,
Guruh, serta Bagong Kusudiardjo ini ternyata juga sangat menyayangi kedua orang-
tuanya. Dan rupanya saat-saat berkumpul dan bepergian bersama kawan-kawan,
seperti ke Tawangmangu itu, sangat berkesan dalam lembaran kehidupan remajanya.
O ya, dia ini juga “beridaman” tentang gadis, yakni gadis yang bersahaja dimana tampang
dan hatinya baik. Sedang prinsip hidupnya : berusaha mendapatkan kebahagiaan lahir
maupun batin. Dan tentang waktu baginya terasa berjalan sangat cepatnya, seolah tak ada
waktu longgar buat santai. “Putus asa tidak ada dalam kamus saya !”,kilahnya tentang
putus asa, “bikin sesat jalan saja !”, lanjutnya. Cita-citanya adalah menjadi manusia yang
disegani. Ia yang sangat menyenangi buku-buku sastra berbau pendidikan ini berpendapat,
bahwa kalau sudah punya pegangan hidup, bolehlah perkawinan itu dilaksanakan.
Kemudian harapan-harapannya sehubungan dengan persahabatan kita ini, ia berucap :
“Semoga saja persahabatan yang kita rintis ini dapat berlangsung terus, sampai kita menjadi
kakek-kakek dan nenek-nenek (bagi putri tentunya), sehingga tali persahabatan kita
tetaplah ada.” Amin…! Amin Amin Ya Robbal ‘Alamin (B).
aku bersua dengannya yang ke ….. coretan tegas memorynya
tgl ………………….. di …………..
Sahabat kita ini bernama : IDA AYU ANOM SWANTARI.
Tempat segenap resepsinya di : Baledono IV RT 38, PURWOREJO, KEDU.
Ketemu sesama manusia tgl : 6 Agustus 1963 (LEO).
Dia punya hobby : Corespondence, stamp collect and postcard collect.
“Work hard for a better tomorrow.” Bravo ! that was a good principle ! Prayer
always for it ! OK ? Teman-teman, cewek di sisi kiri ini punya cita-cita ingin jadi
manusia yang sukses. Olehkarenanya ia punya tanggapan tentang waktu yang begini :
Dari pagi lari ke sore, dari sore lari ke pagi. Begitu cepat berlalunya waktu, itulah
sebabnya ia tak mau dikejar oleh waktu, tapi waktulah yang harus ia kejar. Begitu.
Sedang mengenai putus asa, dia katakan bahwa hal itu menunjukkan sikap yang kurang
jantan sebagai manusia, seharusnya manusia tak perlu putus asa, namun terus
berusaha. Dan si “botak Kojak”-nya India yaitu Mahatma Gandhi itu ternyata menjadi
tokoh favourit dari kawan kita ini, disamping Bung Karno dan putra bungsunya : Guruh
Sukarno Putro. Penilaiannya tentang kedudukan manusia beragama dewasa ini menurut-
nya sudah cukup baik, rasa toleransi antar umat cukup besar. Na, mengenai cowok idaman
adalah yang supel, lincah dalam pergaulan tetapi juga harus yang sopan Papanya, ternyata
menjadi manusia idolanya. Kawan yang senang terhadap musik jazz dan yang berirama
romantik sentimentil tapi juga gemar film-film keras seperti kungfu ini memberi pendapat
tentang usia yang baik buat ber-RT yaitu pada usia 23-25 tahun bagi cewek, sedang kalau
cowok sip pada usia 28-30 tahun, tentang jatuh cinta dapatlah dimulai dengan terlebih
dahulu memperhatikan situasi dan kondisi. Oh ya, tentang definisi modern menurutnya
adalah kehidupan yang baru dan yang telah meninggalkan kefeodalan, baik dalam cara
berpikir maupun sistem pergaulan. Dan tanggapannya dengan hal itu cukup buat ikut
“hanyut” semasih berpegang pada peradaban, kebudayaan dan pribadi bangsa sendiri.
Kemudian tentang harapannya dengan persahabatan kita dia kasih suara hati begini :
“Semogalah persahabatan ini akan tertambat erat dalam hati kita semua,sepanjang jalan
hidup kita.” Semoga (R).
bertemu dg-nya lagi yg ke …. tergores ttd memorynya
tgl. ……………… di ……….
Teman kita yang ini punya sticker diri : RINNY LISTIANA.
Alamatnya + maminya juga di : Jln Pramuka 50, PURWOREJO, KEDU.
Usianya dihitung mulai tgl : 10 Oktober 1963 (LIBRA).
Bilangnya dia punya hobby : …. Ada deh !
RIRIN, adalah teguran akrabnya. Ketika terhadap teman ini dilontarkan
pertanyaan : apa sebenarnya modern itu ? Dia kasih jawaban demikian : “Bisa
menempatkan hak dan kewajiban pada tempatnya serta dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan. Dan modern itu penting sebenarnya, tapi jangan over
acting lho.” Ia yang menaruh sayang terhadap mama papanya ini ternyata juga
“jatuh idola” kepada Bung Karno. Kalau tokoh senimannya relatif saja, walau ia
senang dengan hasil-hasil seni seperti gamelan Jawa dan lagu-lagu pop Indonesia.
Pendapatnya tentang usia yang baik buat jatuh cinta dia kasih batasan yaitu pada
usia 18 tahun bagi cewek, 20 tahun buat cowok, sedang kalau untuk berumah tangga
baiknya pada usia 22 sd 25 tahun bagi cewek dan 25 sd 30 buat cowok. Saat yang
tidak menyenangkannya sebagai pelajar adalah jika ulangan dibagi dan nilainya jelek.
“Sedih deh”, begitu tandasnya tentang itu. Sedangkan sebagai manusia saat yang tidak
mengenakkannya ialah andaikata keinginan-keinginannya tidak tercapai. Kawan yang
senang membaca buku yang mengungkapkan seluk-beluk wanita ini ternyata juga
gemar film jenis detektif, disamping drama remaja. Mengenai cowok favouritnya ialah
yang bisa cocok dengan hatinya. Sedang prinsip hidup dia punya yang begini :
“Kalau ingin hidup jangan putus asa dan kalau putus asa janganlah hidup.”
Itulah sebabnya ia menyatakan bahwa putus asa itu adalah suatu penyakit yang selalu
menggoda dalam perjuangan hidup. Dan “petuah”-nya tentang waktu dia bilang bahwa
dalam segala hal kita harus dapat mengingat dan mengatur waktu dengan baik.
Ketika diminta pendapatnya kira-kira bagaimana kedudukan dirinya dalam masyarakat
lingkungannya, ia katakan bahwa mereka yang benci padanya akan menjelek-jelekkan,
dan yang senang memujanya segede gunung. Dan keinginannya dengan persahabatan
kita dia berharap semoga saja dapat terjalin terus sampai nanti kita jadi nenek-nenek
kakek-kakek. “Oke ?!” Oke ! (A).
terjumpa dg-nya yang ke …… coretan memorynya
tgl. …………….... di ………..
Tulis saja : RIFA NAWANGSIH.
Dia ini punya cermin di : Jl. Sibak No. 20, PURWOREJO, KEDU, JATENG.
Didorong ke dunia tgl : 6 Desember 1963 (SAGITARIUS).
Hobby dia : Eat and sleep.
IPAN atau IPA, sapaan preman dari cewek ini. Dan kawan-kawan, dengan
sedikit ber-hadist dia bilang : “Putus asa adalah dosa besar.” Apa cita-citamu ?
“Jadi orang berguna bagi keluarga, agama dan juga manten yang serasi.” Seperti
apa cowok idamanmu ? “Yang bertanggungjawab, ngganteng, IQ tinggi, satu agama
dan dapat diajak di dalam kesenangan maupun kesengsaraan.” Itulah sejenak
“interview” dengan kawan kita yang senang sama musik jazz, kroncong pop dan
country. Dan tentang film dia pilih yang drama keluarga Indonesia, juga ia senang
sama majalah “GADIS” serta novel yang asik dan bermutu. Diminta pendapatnya
tentang modern dia katakan bahwa modern (orangnya) adalah yang cukup ilmunya dan
mau mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri maupun orang lain. Dan
menurutnya modern tersebut perlu sekali, sebab jangan sampai kita ketinggalan dari
yang lain mengenai apa saja. Dan pendapat dia tentang usia untuk jatuh cinta dapat
dijalani pada usia 21 tahun dan sudah bekerja, sedang kalau buat nikah sudah pantas
pada umur 25 tahun bagi putri, dan 30 tahun buat putra. Jika sudah nggak punya
keinginan (nglokro) dan saat males buat “agresif”, adalah merupakan saat yang tidak
menyenangkan baginya. Mengenai prinsip hidup dia punya yang begini :pantang
mundur, terus beribadah, selalu berbakti terhadap orang tua (Insya Allah).
Kawan, gadis yang beridola terhadap Bung Karno, Hatta, Reagan dan Lady Di serta
seniman Bing Slamet, Abdullah dan Bagong K ini menyebut orang tuanya sebagai
“Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. “Ah, banyak yang munafik, namun masih ada juga
yang bisa dipercaya”, begitu kilahnya tentang manusia dan agamanya. Dan
harapannya dengan persahabatan kita, dia berkeinginan demikian :“Janganlah hanya
banyak teori-teori melulu, yang penting kenyataannya, tau !” (aduh,jangan beringas
gitu, non). “Dan hargailah pendapat orang lain ! Serta janganlah meremehkan
seseorang !!” !Se!mo!gaa!!! (A).
si dia aku jumpa lagi yg ke…. goresan memorynya
tgl………. di …………
Seperti apakah profil saya kala SMA? Simak buku ini selengkapnya !!
(Tiga pelajar SMA bernama Agus, Eko, Aqim)
Selain Sekedar Riwayat dan Kredo Literasi, Kan Kukenang Dalam-Dalam serta Perpustakaan
Sebagai UMKM karya Eko Nurwindarto yang lain :
*Perpustakaan sebagai UMKM.
*Celoteh Orang Pinggiran (kumpulan puisi dan artikel).
* Rimba Puisi (Antar Kota) = bisa dihilirisasi secara faktual (bersifat how to). * Dana Nurani Bermasyarakat (DANURBA) = bisa dihilirisasi secara faktual
(bersifat how to).
* Bunga Rampai Opini Mahasiswa: Presiden-Kepala Desa.
* Dengan Cinta Membongkar Talenta
(biografi Prof. Dr. HAR Tilaar, M.Sc.Ed dan DR. Martha Tilaar).
* Surat untuk Sang Profesor edisi “bajakan”.
(perjalanan berkelanjutan memperjuangkan gagasan).
*Surat untuk Sang Profesor edisi asli tulisan tangan.
* Surat-Surat kepada Tokoh (plus Surat Cinta era Kantor Pos).
* Mobil Surga (kumpulan cerpen).
*Kumpulan Sajak PARKIR (ditulis saat SMA kelas 1).
*PUISI-PUISI RADIO DALAM LIPATAN SURAT (Korespon-
densi-Memorik dengan pengelola program sastra KOPISISA).
NB: Sekedar Riwayat dan Kredo Literasi sesungguhnya
memuat aksi hilirisasi minat baca dan menulis.
“Jika Anda mempunyai gagasan, segera perjuangkan !!
Berhasil ataupun gagal, setidaknya telah menempuh sebuah
keberanian. Namun bagaimana akan bisa meninikmati
KEINDAHAN KEGAGALAN dan KEMEWAHAN
KEBERANIAN bila takut memperjuangkan gagasan"
(semua "quote" berdasarkan pengalaman nyata EkoNanCita)
(Brand NanCita telah tertaut ke dalam nama 2 anak saya. Sehingga selalu memacu
adrenalin untuk melipatgandakan daya-kreasi perjuangan)
(TK PERTIWI, SDN "12", SMPN 2, SMAN 2 TEMANGGUNG)
(PAUD Rumpun Melati Tepungsari, TK PERTIWI, SDN 1 JAMPIROSO TEMANGGUNG)
“Tentu saja kalian belum tahu bahwa hidup ini sesungguhnya bisa dibacamelalui pantai. Ketegangan yang dibawa ombak sering disambut dengankebahagiaan penuh teriak. Terima kasih atas pengertianmu selama ini ya,Nak. Selanjutnya pengin ke pantai mana lagi, nih? Yuk, kita kejarVictory, Go!!” (memori piknik bareng warga se RT)
Ketika si bungsu Hanna berulang tahun yang ke 2 seperti dalam foto ini, masih ada acara sederhana yang bisa diselenggarakan meskipun hanya dalam intern keluarga. Namun pada saat ia berulang tahun yang ke 6, 4 Nopember 2016, sungguh saya dibuat kaget-tercenung oleh ulahnya !! Tanpa sepengetahuan saya, ia mengundang sendiri teman-temannya. Ia tulis undangan sendiri, ia juga yang menyebarkannya. Sebelumnya ia memang meminta agar saya membuat undangan ultah seperti lazimnya. Ia menangis saat saya jawab : undangannya besok-besok aja ya, NA ! (karena memang tidak mampu mendanai acaranya, saat itu pas berada dalam posisi menerima peringatan ke 3 penyitaan rumah dari bank). Cuma dibelikan roti sederhana untuk dinikmati bareng ayah, ibu, kakak dan Bude.Tangisnya itu hanya sebentar saja, dan saya lihat kemudian ia suntuk menulis-nulis. Hari ultah-nya memang belum pernah dirayakan bareng teman-temannya, sedangkan ia sering mendapat undangan jika teman-temannya berulang tahun. Maka pada hari H, datanglah teman-temannya : mereka berdandan dan bawa kado pula !! Kaget banget saya !! Hanna juga ganti “baju pesta” sendiri. Saat itu ibunya sedang pergi, dan ketika pulang kami sungguh tertegun oleh ulah si bungsu kami yang sudah bisa main catur itu. Dan telah pula menamatkan Dora Emon, Monika, Jimmy Lima, Magical Doremi, Ciko Bento, Kobochan, dll. (IQRO’ juga baca tentu). Ketika mandi pun ia sering sambil membaca buku……..byurrrrr!!
(Teks versi pendek ini juga dimuat dalam buku CELOTEH ORANG PINGGIRAN, RIMBA PUISI ANTAR KOTA, Kumpulan Cerpen MOBIL SURGA dan buku-buku lainnya lagi, sedangkan EDISI LENGKAP buku Perpustakaan sebagai UMKM bisa didapatkan di TOKO KONDANG Temanggung)
Eko Nurwindarto 2018
Brojolan Timur 185 Rt 05 Rw 05 Temanggung JATENG ekkonw@gmail.com/WA-sms: 081328747838/FB:Nancita BaruTemanggung
ekonancita.blogspot.com/ Rek BRI: 3668-01-027977-53-4
(Bergagasan NJO !!)
*idealisme-organik= Sebuah cita-cita yang tidak hanya berada dialam utopia saja, namun
ada rancangan implementatifnya bahkan lengkap dengan roadmap
perjuangan guna mewujudkan cita-cita itu. Konsep ini diilhami oleh
ujaran “senjata mainan vs senjata organik.” Senjata mainan menembak
musuh secara bayangan, senjata organik menembak musuh secara
beneran. Nah, idealisme-organik juga bertujuan menembak musuh
nyata yakni berupa kebodohan, kemiskinan dan sejenisnya, he he he…
Membaca
adalah Kebanggaan dalam Berperadaban
Sang Waktu yang Selalu Menjadi Pemenang
(buat teman-teman NanCita)
Bagi yang Masih TK atau SD Ketika NanCita BUKA
(18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sudah berusia antara 22 – 29 tahun)
Kalau tidak diantar mamamu
adikmu pun kau gandeng serta ke Nancita
dan dengan wajah tanpa dosa
adik lesung pipitmu itu pipis di situ, kaupun tersipu
“Nggak apa-apa”, kataku
setelah kau dan adikmu pulang
kubasuh lantai itu dengan koran
sambil berdebar-debar : “semoga esok
tidak buang air besar !!”
Bagi yang Masih SMP saat NanCita HADIR
(18 Tahun yang lalu : sekarang teman-teman pun sudah berusia sekitar 32 tahun)
Berombongan kau dan kawan-kawan datang
riuh rendah celotehmu seperti pasar malam
“Mas, cewek itu siapa?,” celetukmu saat kuhitung recehan
“Titip salam ya…”
kau pun merebut buku anggota, sebuah nama terbaca
hei !!, mimpi guna-guna apa kau semalam?!
kok tiba-tiba timbul keberanian: dalam tempo seminggu
cewek itu
telah mendampingimu
kemudian deras kau pinjam buku-buku
judulnya pun disama-samakan dengan selera baca cewek itu
Berebut buku-buku baru
adalah sepenggal cerita masa remaja
lebih dari sekedar kekasih, buku itu
kau tunggu dengan setia
jika buku baru itu sudah ada
bahagiamu tak terkira
kekasih pergi bahkan raib atau nyungsep di got
tak mengapa !!
Masih bercelana pendek kau ke NanCita 18 tahun yang lalu
kini anakmu yang juga bercelana pendek
kau ajak memburu buku-buku
seperti celana, sang waktu terasa pendek ternyata
gampang berlalu
dan tiba-tiba menyajikan kehidupan yang berbeda
namun ada yang abadi dan sama
yakni kenangan bersama NanCita
Bagi yang Masih SMA ketika NanCita LAHIR
(18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sedang dikaruniai usia sekitar 35 tahun)
Kau titipkan buket bunga warna-warni padaku
namun sebagai mak comblang sungguh berat aku harus mengatakan
sebab gadis yang kau taksir itu
memintamu untuk menyimpan saja cintamu di laci meja
ia hanya ingin membaca buku
dan berdiskusi seru
sebagai kawan berpikir, selayaknya teman berbincang
selalu begitu permintaannya padaku
Betapa setia kau dan dia ke NanCita selalu berdua
sepulang sekolah
menyapaku menanyakan judul buku
padahal aku tahu
sesungguhnya kau hanya ingin transit di pojok situ
menggeser buku di kolong meja dengan pantatmu
kemudian pinjam satu buku : bayarnya besok ya, Mas ?!!
Pada mulanya betapa setia kau dan dia ke NanCita selalu berdua
sepulang sekolah
pada semester tiga kau tetap berdua ke NanCita
tetapi dengan cewek yang berbeda
dan gadismu yang dulu tak lagi terlihat batang hidungnya
tentu kemudian tak mengambil buku baru pesanannya
juga lama ia tak menyewa jadinya, mungkin dirundung duka-kecewa
(sungguh tidak kemudian aku bilang: wah aku rugi jadinya!! )
Jika suatu ketika kau lihat ia senyum-senyum sendirian di jalanan
tolong sapa dia, dan bimbing ke NanCita
akan kureparasi jantung-jiwanya
supaya dia kembali bisa segera mereguk bahagia
Cinta memang tidak bisa dilogika
dua bulan kemudian mantanmu itu
telah berdua lagi dengan cowok yang lebih perkasa
dan minta ganti nomor anggota NanCita tanda masa lalu yang masih terbaca, dimohon sirna
pinjam bukunya pun lebih banyak dibanding semula
layak diikutkan kiranya jika ada casting sinetron baru
dengan judul : Suamiku Bukan Teman SMA-ku
meski demikian ada pula yang berhasil membina
rumah tangga dengan teman sekelas atau bareng adik kelas
ada pula yang CLBK, tapi lho….kok sejenak saja
(berkali-kali aku menyaksikan “sinetron” seperti itu
putus ganti…putus ganti yang sering terjadi
yang putus nyambung, tak sampai sebilangan jari tangan kiri
dan aku masih mengingat nama-namamu
kuingin sampaikan doa dan harapan:
Semoga itu hanya sebongkah kisah saat SMA saja
artinya kini ketika telah beranak dua atau tiga: kau kudu setia !!)
Seharusnya tanda tinta merah di buku anggota itu
segera kuhapuskan
tetapi aku sering gelagapan ketika kemudian ada yang datang
bertahun-tahun kemudian
membereskan semua hutang sewa buku
ada pula yang bilangnya membeli
namun belum terbayar hingga kini,
maka semua tanda merah
ada yang temaram, banyak pula yang benderang
belum kuhapuskan
hingga sekarang
(jangan khawatir sang waktu akan menolongmu)
Buku-buku yang belum dikembalikan pun
masih dinanti agar enteng hidupmu nanti
daripada terserak dikolong ranjang dan gudang
lebih mending dibaca oleh yang setia menanti
jangan malu jangan ragu : titipkan buku itu atau paketkan
dan kita jalin kembali silaturahim
seperti dulu lagi di sepanjang musim
(kadang ada yang di tengah jalan bertemu denganku
ia terkaget malu
belum mengembalikan buku
dan tergopoh-gopoh mencari alibi
untuk segera ngacir dari pandanganku)
bulan Agustus 2016 yang lalu ada yang datang
hendak mengembalikan buku yang ia bilang
meminjamnya 10 tahun lalu ketika masih SD
tanggung jawabmu sungguh hebat, kawan !!
Kantong plastik besar kau bawa
ada pula keranjang, tas jumbo dan bagor raksasa
mungkin sarung bapakmu kau angkut juga
saat NanCita berulang tahun, tarif sewa pun 100 rupiah
sudah tradisi yang bikin hati bungah meriah
dan juga menjadi bukti bahwa hasrat baca tinggi,
kemampuan sewa rendah
apalagi minat membeli
Dengan wajah ditekuk kau melaporkan
bahwa buku disita pas jam pelajaran
tidak apa-apa kukatakan
harus kita beri permakluman
sebab kita memang bukan bangsa Jepang atau Eropa
yang sangat maju budaya bacanya
apapun dibaca, termasuk telah mereka baca jua seisi dunia
sehingga mereka (yuk, tepuk tangan !!) menjadi negara maju luar biasa
Bagi yang Sudah MAHASISWA saat NanCita DATANG
(18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sedang asyik dengan usia sekitar 41 tahun)
Kuberjumpa dengan dirimu di kantor itu
ekspresimu masih muda selalu
tergurat kebahagiaan ketika muda
selalu diguyuri bahagia oleh buku-buku NanCita
Yang kujumpai di alun-alun sana
ternyata istrimu beda dengan gadis yang sering kau gandeng dulu
aku ingat saat rintik hujan kala itu
mampir di NanCita menunggu waktu
belum sempat memilih buku, cintamu pun datang buru-buru
wesss…. kau dibonceng
ternyata juga secepat itu cintamu berlalu
Bagi yang Sudah Menjadi ORANGTUA saat NanCita ADA
(18 Tahun yang lalu : kini teman-teman sedang menikmati usia sekitar 51 tahun)
Juga suka bukukah anak-anak dan cucu?
dengan suka buku sejak muda semoga tidak terserang demensia
gawat jika pas jalan berdua, mendadak lupa istri tercecer di mana
genting pabila sedang mengendara, tiba-tiba serasa terbang mengudara
Kini saatnya menggiring anak-cucu ke NanCita
sambil mengenang tapak-tapak kenangan
seraya menguji otak sendiri
apakah berpotensi menjadi pikun berkepanjangan
sesungguhnya buku itu adalah serupa pil anti aging juga
yang bereaksi secara abadi berkelanjutan
Betapa terlanda gundah saat menjelang tidur tiba
buru-buru kau datang ke NanCita
dua tiga lembar halaman dibaca
matapun mengatup segera
tanpa buku tak bisa tidur ternyata
selalu terjaga
dan demi sayangmu pada mama,
kau pilihkan buku-buku kesayangannya
tak lupa novel sejarah buat papamu juga
Ada pula ibu-ibu yang pinjam buku
untuk dibaca sambil mendampingi anak tercinta yang suntuk belajar menyimak soal-soal fisika
si anak merasa nyaman dengan pendampingan
sebetapapun berbeda bacaan
(seorang bapak pun selalu datang menjelang anaknya ujian
si anak tak bisa konsentrasi belajar
jika tak di-refresh dengan bacaan
setamat SMA ia diterima di STAN)
Kuingat selalu kala itu
kehamilan istriku menjelang bukaan satu
belum ada perkembangan bukaan yang signifikan
anak pertama yang kunanti luarbiasa mendebarkan
tiba-tiba sore itu ada lelaki SD yang ngompol
di depan meja NanCita
sesaat kemudian kabar tiba
istriku masuk rumah sakit bertaruh nyawa
semandiri mungkin kudampingi
berjam-jam tak pasti, pasien lain mengherani
mana sanak saudari
dan pada saatnya anak lanangku
menangis membahana
dia hadir di dunia !!
Kini dan atau Sekian Tahun yang lalu Ketika Teman-Teman Berusia
Berapapun, dan NanCita Menempuh 18 Tahun dalam MENEMANI PERTUMBUHAN GENERASI
Kuberdoa senantiasa
semoga kalian menjadi pejabat, orang ternama
atau apapun asal baik bagi bangsa
dan jika tak lagi teringat NanCita ya nggak apa-apa
tetapi apakah bisa kau lupa
kebahagiaan atau mungkin idealisme
yang pernah tereguk dari sana?
Ada yang sedang meniti harapan menyemai cita-cita
di UK, Jepang, Amerika, Jerman dan KANDANGAN
mau ke sana juga? Ketika remaja sering-seringlah ke Nancita
membaca apa saja memelihara otak kiri dan otak kanan
bersua kawan-kawan menyejukkan hati dan pikiran
Atau berbincang denganku
dengan tema yang perlu atau tak perlu
betapa sering anggota cantik duduk pasrah di depan mata
ku menahan diri untuk tidak jatuh cinta
bukan karena aku sudah beranak dua
Mereka ceritakan duri kisah hidupnya
ada yang terayun-ayun di tepian jurang harapan
di bawah sana tersedia batu-batu darah
ia pun tak berani melangkah
Ada pula yang gigih ingin ke negeri manca
dimintanya aku jangan bilang siapa-siapa
ia ingin menaklukkan gelombang
ia ingin memperkokoh pendirian
Dari anggota cantik, dan juga dari yang jantan
telah kugenggam liku-kehidupan
“sudah ya, Mas, aku pulang”, pamitnya usai berbincang
dan kadang tidak pinjam satu buku pun
mungkin lupa usai beban pikirannya tercurahkan
tiada mengapa kawan
siapa tahu kelak kisahmu kutuliskan
kususun menjadi novel
dan akan kusewakan !!
Ingatkah kawan ketika masa sekolah
pinjam buku terpaksa ngutang
ada yang sedikit dan sebentar saja
ada pula yang hingga bertumpuk-tumpuk
hampir setinggi Sindoro-Sumbing di sana
namun setelah masa kuliah tiba
pinjam buku selalu bayar kontan
apalagi setelah bekerja
buku-buku pun dibeli dan tak lagi menyewa
(selain pinjam ada yang suka beli sebagai koleksi
bonus sampul dan dapat diskon pasti
hingga kini harta karun itu masih terawat rapi
ada juga yang bilang sudah dijual kepada teman
dan bathi !! )
Jika kau diminta gurumu membuat resensi
segera kau datang ke NanCita dengan terburu sekali
tetapi kenapa ya yang diresensi
kok selalu buku itu lagi buku itu lagi
dari generasi ke generasi,
meresensi buku itu menjadi mudah rupanya
bagi yang sudah menjadi member NanCita,
tidak demikian bagi yang menjadi anggota dadakan
bahkan ada yang bukunya belum dikembalikan
hingga sekarang
Sepanjang mengamati gerak-gerik kalian
dalam menggauli bacaan
terlukis tiga karakter penikmat bacaan.
Ada yang hanya karena ingin tahu
seperti apa to perpustakaan itu?
yang begini paling sekali dua kali pinjam
dan seterusnya tak lagi pernah datang
recehannya mending buat beli pulsa
atau jajanan ber-benzoat, ber-sakarin, ber-formalin.
Ada pula yang ingin baca karena ikut-ikutan teman
yang begini tergolong frigid-literasi
harus selalu dirangsang dengan cara yang menawan
sehingga kemudian suatu ketika berani datang sendirian
meminjam bacaan, dan kemudian ia bilang :
“Membaca ternyata bisa bikin orgasme-intelektual ya,Mas !!”
(akupun mesem hingga ke relung pedalaman jiwa).
Karakter ketiga adalah yang sudah tergolong kutubuku
Maniak-kalimat pecandu-diksi dan pemuja-narasi
yang begini ini tak lagi perlu diwaspadai
segalanya lancar belaka tanpa kendala
buku-buku akan mereka jaga seperti merawat dirinya
halaman-halaman yang mereka pinjam tak ada yang dilipat
pokoknya hebat, dalam mengembalikan buku waktunya pun selalu tepat
namun dari bibir-bibir mereka seperti ada rekaman kata-kata
yang selalu diputar di depanku tanpa ragu : “Ada yang baru !? “
Segebung buku yang kau pinjam lama tak dipulangkan
“satu kelas baca semua, Mas !! “ serumu sambil
mengangkut buku-buku yang baru
“beres pokoknya, Mas “
sedangkan anggota yang lain bilang sialan
sambil menggerutu,
justru ini kesempatan bagiku untuk menawarkan buku-buku
yang semula ia tak mau karena aku bilang :
“pinjam buku ini saja dulu sambil menunggu buku yang itu!”
(mohon bersabar, buku judul itu memang hanya ada satu
meski yang pinjam anggota ke 1000,
justru dengan cara itu NanCita bisa eksis dari waktu ke waktu
pakar manajemen pun tentu akan berseru : itu strategi jitu !!
tetapi hati para pembaca jadi kelu, tahu !!!
apalagi buku itu di-rolling pula di cabang NanCita lainnya
dan belum tentu kembalinya tepat waktu
ampuuuuun…., please jangan serapahi aku !!
hal itu memang tak sekedar strategi
namun lebih merupakan momentum sekaligus modus
Bagi yang pernah diam-diam mengambil bacaan
dan sengaja tidak dicatatkan
memulangkannya esok atau lusa demi baca gratisan
atau masih dengan diam-diam menyimpan bacaan itu
alias belum dipulangkan hingga sekarang
semoga “aksi semacam itu” sekali saja kau lakukan
juga yang dulu pernah menyobek,
menggunting atau mencoret-coret bacaan
artinya jika kini kau telah menjadi apapun
dan terutama bila dikaruniai berkah jabatan
yang dalam mengembannya dengan mengangkat sumpah
semoga “aksi semacam itu kala itu”
jangan diulang agar hidup dunia-akherat menjadi mudah
Dengan penuh rahasia kau pesan-beli sebuah buku
harus sudah ada pada saatnya, katamu
akan diberikan buat ulangtahun si dia
biar benak kami satu selera, ujar-janjimu
sepasang kekasih yang sama-sama suka membaca
akan lebih gampang mengatasi problema
dan nyambung jika membincangkan dunia
(bertahun-tahun kemudian buku itu entah di mana
sebab ternyata kau tak jadi menikah dengannya
pengakuan itu kutahu baru saja
saat kau berkunjung ke NanCita
bareng suamimu yang bukan dia !)
Barisan wajah-wajah stress tiba-tiba menggeruduk datang
ribut bertanya buku ini buku itu seperti tak sabaran
usai ujian kalian selalu kehausan
serupa barusan ditahan di Nusakambangan
ingin segera menyikat bacaan-bacaan
ingin merawat perasaan dan jiwa
ingin menyejukkan pikiran
biar seimbang
sebelum muncul godaan bunuh diri
dari atas jembatan
Dengan raut pucat pasi
kau laporkan buku yang hilang
buku yang masuk mesin cucian
buku yang digigit-remuk waung jantan
buku-buku yang terjatuh berceceran di jalanan
buku-buku yang raib dipinjam teman
ku tak minta namun kau berkenan mengganti segera
ku salut dengan tanggungjawabmu
kepribadianmu membikin rindu
(cuma kadang aku tercengang
jika buku-buku yang kau kembalikan
dibungkus dengan tas kresek bekas bungkus gorengan
sampul buku menjadi licin seperti plosotan di kolam renang
lalat yang hinggap pun bakal terpeleset-terpelanting
bisa jadi nyawa lalat itu langsung melayang)
Seringkali di NanCita terjadi reuni
memang tanpa pesta dan panitia
begitu bersua segera cipika-cipiki
terbentang sang waktu
tergelar tak terhitung perjalanan cerita
kadang luas dunia menjadi sejengkal saja
(guru dan murid pun sering bersua di NanCita
dan saling berceloteh tentang manusia
lengkap dengan bumbu-bumbu pahit-pedasnya)
Kini anggota NanCita telah tersebar di seantero dunia
terbukti yang dari Ausi, Paman Sam, Jerman, UK, Jepang,
Taiwan, Korea suka kirim salam
belum lagi yang berlayar di mana saja
mereka memberi kabar dan mengirim foto
kudiberi oleh-oleh coklat, mug dan gantungan kunci
(yang belum memberi kutunggu setiap hari)
apalagi yang di sudut-sudut nusantara
dari Aceh hingga Papua
rata-rata anak Temanggung juga
ada pula mereka para perantau yang pernah bekerja di sini
dan bila liburan dan kemudian bertandang : Hai NanCita !
kembali menemukan keteduhan lama : buku kita !!
Seperti waktu
sesungguhnya buku tertebar di setiap langkah
semirip waktu
sebenarnya buku bisa dibaca di sembarang medan
bagaikan waktu
sejatinya buku akan menemani siapa saja
tergantung kita apakah ingin selalu memiliki harapan
apakah ingin senantiasa meraih kebahagiaan
apakah akan tiada henti menempuh perjuangan
karena dalam buku terhidang inspirasi
motivasi, bahkan sederet visi yang siap saji
bersama makanan entah itu buntil, rempeyek atau roti
bersama dandanan entah itu blus, t-shirt atau rompi
bersama lifestyle entah itu doran pancing, gadget atau mobil
dengan buku sang benak tidak akan mudah sesat pikir
kesemua itu adalah seperangkat keharusan
guna mempertahankan serta memaknai kehidupan
Sang waktulah yang akhirnya menjadi pemenang, kawan
tugas kita hanyalah menerima
apapun kenyataannya
apapun yang menimpa, yuk tetaplah bersaudara
apapun ceritanya, jangan bosan membacanya
karena di setiap kata-kata
selalu ada dunia baru yang harus disapa
juga masa lalu yang sangat renyah untuk dikenang
Sekian dulu kawan
meski sebuah cerita yang mengundang nostalgia
sesungguhnya bisa lebih panjang lagi bila dideretkan dan ditata
keceriaan, kehebohan dan bahkan duka lara kalian
telah menjelma harmoni nada, lengkap dengan partiturnya
sewaktu-waktu bisa mengalun dalam sebuah orkestrasi
bersama-sama kita menjadi dirigennya
niscaya kan kompak dan indah seperti warna pelangi
seperti nyawa-diksi dalam puisi
TERIMA KASIH KAWAN-KAWAN
TERIMA KASIH YANG TAKKAN KAMI LUPAKAN
TERIMA KASIH SEPANJANG JAMAN…………..
* Eko Nurwindarto Sanggar Bacaan NanCita Temanggung (teruntuk 30 Oktober 2018)
INTERMEZZO !!
BETAPA LEGA petugas dan juga tentu para anggota perpustakaan ini. Sungguh hebat si peminjam. Untung ia masih diberi usia, lunas sudah urusan dunianya……………...…
BETAPA LEGA sertifikat rumah di mana NanCita berada, Alhamdulillahkini sudah bisaterpegang setelah 13 tahun ber-estafet di 4 bank sejak pertama kalidibeli !! “Dik Sertifikat, tak usah ke mana-mana lagi ya!! Bobok manis aja di almariku. Sebentar akan kucarikan teman agar kau betah bercengkerama di situ!!!”
(NanCita tahun 2000-an)
(NanCita terkini)
“Spirit NanCita itu = Selalu Berdoa, Senantiasa Bergagasan dan Terus Berjuang”
👐 Kepada segenap alumnus serta member NanCita,
kami mengucapkan SELAMAT IDHUL FITRI 1439 H.
Jika (dan sudah tentu ada) kesalahan-kesalahan kami
sungguh mohon ampun kami.
Yang pernah terjalin semoga tetap abadi.
Yang belum tersusun mudah-mudahan segera terealisasi.
Yang tidak terpikirkan bisa terwujudkan
asalkan itu berupa kebaikan yang mendorong
lahirnya tak terhitung kebahagiaan.
Selamat bertemu dengan kenangan
di kampung halaman
seperti apapun kenangan itu
jangan ragu untuk segera berjabat tangan.
*Hormat dan salam taklim kami
Eko Nurwindarto Hestiningsih
Neofandy Aikan Nancitazen
Hanna Nancitanova Rifdah
RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita
................................
PARA
PEMBURU CINTA
Masih teringat jelas ketika pertama kali
saya berkenalan dengan seorang gadis bernama Hestiningsih. Kami: saya, Bowo, Aris dan Upri, mereka semua teman
satu kos saya, secara bersamaan berkenalan dengan dia di sebuah warung makan di kawasan Rinjani
Semarang. Pada awalnya kami berangkat bersama saat dolan ke kos-kosan Hesti
yang berjarak kurang lebih 200m dari kos-kosan kami. Namun berikutnya kami berkunjungnya dengan
tidak saling mengajak…… Jebul masing-masing
melakukan gerilya sendirian seperti berlomba dalam upaya mengambil hati
Hesti. Kemudian saya berinisiatif
membuat semacam sayembara di antara kami yakni: barang siapa yang paling duluan
bisa memperoleh pasfoto Hesti, dialah pemenangnya. Singkat cerita, setelah memberi kesempatan
kepada kawan-kawan unjuk kebolehan dalam berburu pasfoto, akhirnya pasfoto itu
berhasil saya dapatkan langsung dari Hesti !!
DARI SEMARANG, KAMI PUN
MERAJUT MASA DEPAN
(Dan
pasfoto itu saya dapatkan dengan melobi Hesti melalui hobinya. Dia suka membaca maka saya kirimi dia
buku-buku antara lain 3 buah novel Mira W edisi perdana ini. Dan di sampul
belakang novel itu saya selipkan sajak. Ke tiga novel ini sungguh memorable sekali. Hingga kini tetap
tersimpan dan menjadi koleksi Sanggar
Bacaan NanCita. Masih sering pula dipinjam oleh para anggota. Tiga buah
novel yang menjadi cikal-bakal dan “pondasi” pendirian perpustakaan)
...............................................
Bersambung ke entri AjariKamiMenulisCerpen (Kumcer MOBIL SURGA)
dalam BLOG ini juga.
Komentar
Posting Komentar