Perpustakaan sebagai UMKM


 

 
(NASKAH YANG LEBIH LENGKAP LAGI BISA DISIMAK DALAM ENTRI: PERPUSTAKAAN SEBAGAI UMKM EDISI REVISI LEBIH BLAK-BLAK-AN, TERMUAT DALAM BLOG INI) 
   
(Demi untuk merawat idealisme-organik*, telah 263 pucuk surat terkirim  setidaknya kepada 20 tokoh.  Baru tiga tokoh nasional yang berkenan merespon, yakni Bapak Prof. DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed dan Ibu DR. Martha Tilaar serta Bapak Dahlan Iskan. Kisah sekedar perjuangan sederhana dan kecil-kecilan, bermodalkan nol rupiah dan hobi membaca sebagai cangkulnya ini pun berujung seperti tertuang sebagai berikut).  

Sebaiknya jangan  baca kisah ini dulu ya, jika belum ada waktu luang.Ini adalah  versi  pendek dari kisah aslinya  yang begitu  panjang.  Dan mohon tolong, kisah alakadarnya ini enaknya diberi judul apa ya? Silakan jika “buku”ini akan di-print dan kemudian dibaca-baca sambil tiduran………………

PERPUSTAKAAN SEBAGAI UMKM  
1. Setelah proposal “Sanggar Bacaan NanCita” berkali-kali ditolak, dengan modal pinjaman  berangkatlah saya menjadi TKI di Taiwan (1998).  

2. Jauh sebelum pulang ke Indonesia, semua modal pinjaman telah lunas, dan saat pulang ke tanah air ada uang 55 juta rupiah.    Kemudian yang 30 juta rupiah untuk membeli rumah di Wonosobo.       Yang 10 juta rupiah untuk biaya menikah dengan gadis  Wonosobo. (Rumah itu saya persembahkan buat istri ibarat sebagai “taj mahal”……). Dan yang 15 juta rupiah lagi untuk modal mendirikan Sanggar Bacaan NanCita di Temanggung pada tanggal 30 Oktober 2000  termasuk untuk kontrak kios dan rumah tinggal. Tak ada teman tidak ada saudara, di Temanggung saat itu saya benar-benar babad alas. 

3. Kehidupan sehari-hari dan sanggar bacaan (perpustakaan) berjalan lancar.  Alhamdulillah, tidak punya hutang kepada siapapun. Hidup terasa ringan dan bungah.   Merdeka, 4 tahun pertama setelah menjadi pengantin baru (bara malam perdana alias pengalaman pertamanya pun indah dan inspiratif-kreatif  banget, ya berlangsung di “taj mahal” itu…he he he).  Tahun  2003   membuka  cabang  di Purworejo,  dan  cabang  di Parakan (N-CeDe) dibuka tahun 2004.    
                                                                        
4. Tahun 2004 rumah tinggal yang saya kontrak mau  dijual oleh  pemiliknya  dengan harga   110 juta rupiah.  Saat itu uang di tabungan cuma 30 juta rupiah.  Karena sanggar bacaan sudah berjalan mantap, anggotanya bertambah terus, anak-istri juga kerasan dengan lingkungan, maka saya berupaya untuk membeli rumah itu. Tak ada jalan lain kecuali menempuh pengalaman pertama yaitu dengan menghubungi beberapa bank, tentu dengan menyodorkan performa finansial Sanggar Bacaan NanCita yang sangat sehat.   


                                                              
5. Akhirnya  Bank Surya Yudha  bersedia   memberikan  pinjaman  sebesar   85  juta rupiah   dengan angsuran 5,5 juta rupiah per bulan.  Sertifikat  rumah yang semula saya kontrak itu pun beralih ke nama saya.   

6. Hampir 2  tahun angsuran  saya bayar  tanpa  pernah  terlambat. Kemudian  karena ada peluang untuk membuka cabang sanggar bacaan lagi, maka kemudian saya melakukan“restrukturisasi” pinjaman. Dua bank saya hubungi yakni BRI dan CIMB NIAGA Temanggung.   Keduanya bersedia men-take over  pinjaman saya dari Bank Surya Yudha.  Saya pilih BRI sebab yang ditawarkan adalah skema pinjaman yang fleksibel, yaitu rekening koran.   Pinjaman tahun pertama 100 juta, tahun berikutnya ditambah menjadi 120 juta rupiah (padahal enggak minta tambah je..).  

7. Berdirilah cabang berikutnya di Jampiroso Selatan (N-CeBe).   Segalanya berjalan lancar.   Hidup terasa ringan dan gembira.  Sampailah saya merasa sudah tiba waktunya untuk mewujudkan gagasan-
gagasan yang sudah muncul sejak di bangku SMA dan makin kuat saat berkuliah, yakni :   
  
A. Penggairahan minat menulis berdasarkan KEARIFAN LOKAL (sejak SMA, saya sudahaktif dengan kegiatan ini = Serupa dengan ide Rimba Puisi Temanggung). 

B. Membangun Jejaring Perpustakaan Desa-Kota yang sejak kuliah sudah saya perjuangkan (setiap ada orang desa datang ke perpustakaan saya, saya selalu terlecut dengan gagasan ini).  

C. Penggiatan ekonomi warga dengan DANURBA, gagasan ini akan merangkul seluruh warga tanpa kecuali, keluarga kalangan bawah yang tidak tersentuh oleh bank pun akan bisa terbantu pula (setiap ada tetangga yang ke rumah mau pinjam uang, saya pasti terlecut dengan gagasan ini).      

8. Semula DANURBA akan saya wujudkan dengan mengombinasikan antara jasa sanggar bacaan dan jimpitan warga.   Tetapi karena tidak semua warga RT suka membaca, maka kemudian ingin saya alihkan  dengan “komoditas”  yang semua  orang  membutuhkan, yaitu PULSA telepon seluler.   

9. Pada awalnya istri saya yang ikut berbisnis pulsa dengan mengikuti sebuah agen pulsa handphone yang memiliki cabang di berbagai kota.  Anggotanya ribuan dari berbagai profesi : guru, polisi, pedagang, dokter, pegawai bank, tentara, pengacara, akuntan, wartawan, dll. Setiap memulai pertemuan anggota, sering dihantar dengan acara mujahadahan,  durasinya  cukup   lama  yang dipimpin oleh kyai  dan  santri-santri dari sebuah pondok pesantren.  Agen pulsa tersebut sudah 7 tahun beroperasi, juga memiliki acara talkshow tiap Jumat petang di sebuah stasiun televisi swasta.   
                            
10. Selain berbisnis  pulsa, agen  pulsa  itu juga  membuka  program investasi.  Namun tidak serta merta saya ikut berinvestasi.   Selama SETAHUN  saya  mengamati bisnis ini, sambil ikut jual pulsa saja yang ternyata laris:  

a. Sedangkan istri ikut investasi sebesar 7,5 juta rupiah, dan setahun modal kembali. 
b. Kemudian setelah  SATU TAHUN ikut jualan pulsa, saya ikut pula berinvestasi sebesar 30 juta rupiah, dan dalam setahun modal kembali juga.                                                                   
c. Keinginan  untuk  mewujudkan  gagasan-gagasan   kemasyarakatan  semakin   besar, maka kemudian saya ikut berinvestasi sekitar 100 juta rupiah.  Sementara itu jualan pulsa saya semakin laris saja.   
  

           
                             
                                                                 
11. Hampir selama 2 tahun saya bergabung dengan agen pulsa itu.  Hanya sebulan sekali saya ke kantor pusat agen pulsa tersebut di Wonosobo.  Sebab pekerjaan utama saya sehari-hari adalah menjaga perpustakaan.                                                        

12. Tetapi lama kelamaan bayangan bisa mewujudkan segenap gagasan yang sudah lama saya impikan, menjadi meredup seiring goyahnya performa agen pulsa   tersebut yang di Wonosobo sangat terkenal.    

13.Akhirnya agen pulsa itu ambruk pada bulan Desember 2010 antara lain karena terjadi konflik manajemen.  Ada 2 pimpinan agen pulsa itu yang hengkang kemudian mendirikan usaha sejenis di lain kota dengan membawa gerbong anggota loyalis masing-masing. Selain itu ditambah pula dengan adanya kecenderungan makin banyaknya anggota yang lebih suka berinvestasi saja daripada menjual pulsa.  Skema Ponzi/Bernard Madoff pun kian nampak berlaku.  (Waktu itu lembaga OJK yang antara lain bertugas mengawasi aktifitas penghimpunan dana masyarakat, belum ada sebab baru diluncurkan  pada tahun 2013).  Investasi saya pun lenyap hingga kini.  Maka cukup limbunglah kondisi finansial saya.

14. (Sesaat setelah agen pulsa itu roboh, beberapa anggota yang dekat dengan manajemen berinisiatif mempertahankan perusahaan.  Mereka berlatar belakang IT, akuntan, pengacara, dll. Upaya tersebut pada awalnya bisa lancar dilaksanakan, tetapi cuma berlangsung sebentar alias ambruk lagi).  Bagi saya terjun dalam bisnis tersebut adalah resiko, bisa pula dikarenakan kekurangcermatan menganalisa prospek atau bahkan karena kebodohan.  Saya beranggapan, ya sudah.  Maka saya tidak tertarik untuk ikut-ikutan mengejar aset perusahaan tersebut.  Sebab aset perusahaan itu berpotensi menjadi harta yang diragukan kepemilikannya.  Aset  itu sesungguhnya adalah HAK BAGI SEMUA ANGGOTA tanpa kecuali.  Jadi  yang “berhasil” merebut aset perusahaan, sebenarnya mereka dapat dikatakan juga telah memakan harta anggota lain yang tidak mempunyai akses langsung ke manajemen.  Terjadi unsur ketidakadilan dalam hal ini.  Tidak adil terhadap mereka orang-orang kecil  termasuk  yang    stress  dan   meninggal   dunia karena memikirkan investasi yang hilang, dan terbelit hutang-hutang yang menumpuk. Saya sering menjadi tempat curhat para korban agen pulsa tersebut. Usul saya, segera hibahkan saja harta yang diambil/dirampas dari aset agen pulsa itu kepada fakir miskin atau yatim piatu agar tidak bercampur   dengan   harta   yang   bersih.  Mungkin  beberapa   anggota merasa hidupnya telah   selamat karena investasi di agen pulsa itu bisa kembali dengan mengambil aset-aset  perusahaan olehsebab mereka mempunyai kekuasaan untuk itu.  Tapi nanti Di Sana belum tentu selamat lho.  Hal ini saya sampaikan sekedar sebagai  sumbangsih pemikiran yang semoga bisa menyelamatkan dunia-akherat buat para korbanagen pulsa itu.  Apalagi hingga kini pun kasus agen pulsa tersebut  belum diselesaikan secara hukum positip.  Kami sungguh heran, kasus investasi bodong yang lain berhasil diadili, kenapa kasus agen pulsa yang itu tidak?  Siapa yang melindungi??!!

                                                                        
15. Berbisnis pulsa gagal, namun segenap perpustakaan sayalah yang kemudian MENJADI PENYELAMAT, karena  omzetnya tetap bagus.  Hasilnya masih cukup untuk survival bagi istri, 2 anak dan saat itu ada 5 karyawan.                                                               

                                                                        

                                                 (artikel perjuanganku saat kuliah)

16. Perpustakaan saya tetap ramai.  Tetapi karena modal investasi di bisnis pulsa itu saya ambilkan dari bank, maka penghasilan perpustakaan lebih banyak dipakai untuk membayar angsuran pinjaman. Perpustakaan ibarat menjadi “sapi perah” untuk membayar pinjaman.   

17. Ditambah anak kedua saya lahir secara cesar, kebutuhan hidup pun menjadi membengkak. Selain bertujuan untuk membiayai perwujudan gagasan dan menutup pinjaman pada bank, keikutsertaan dalam bisnis pulsa saat itu sebenarnya juga ingin mencari tambahan biaya untuk pengobatan ayah  saya yang  sudah lama sekali terkena stroke. Dan juga untuk adik saya yang sakit di bagian saraf kepalanya (akibat narkoba).  Sudah sekuat tenaga saya merawat dan membiayai ayah dan adik yang nomor tiga itu, hingga keduanya meninggal dunia menyusul adik bungsu saya yang  sebelumnya  menjadi  korban  kecelakaan  lalu lintas  saat dia kelas 2 SMA.  Karena  memikirkan nasib adik kandung saya itulah, ibu saya menjadi tertekan sekali.  Masih terbayang saat ibu dibantu selang-selang pernafasan di rumah sakit sampai akhirnya beliau meninggalkan saya……..
                                                                    
18. Maka perhiasan emas hasil kerja di Taiwan, lalu saya gadaikan.  Kartu kredit yang tadinya tidak pernah saya pakai, saya gunakan untuk belanja buku.  BPKB kendaraan pun masuk BMT Tamzis. Juga menggadaikan polis asuransi !!  Yang saya punyai saat itu rasanya tinggal DOA dan GAGASAN saja !!!    (Saya pun tidak mempunyai hutang kepada pribadi/seseorang atau di warung tetangga, dan pinjaman kepada berbagai lembaga keuangan tersebut tentu dengan menyertakan jaminan, saat itu 
saya sampai memiliki pinjaman di 6 lembaga keuangan sekaligus. Otomatis tagihannya pun beruntun alias terus-menerus).                           

     
                                                               

19. Alhamdulillah, perpustakaan saya tetap eksis walaupun perjuangan mewujudkan segenap gagasan kemasyarakatan menjadi tertunda.  Sebenarnya saat itu saya benar-benar  merasa  capai  dan  sudah bosan  banget  menjadi  nasabah (kredit) bank.  Bank hanya akan selalu memandang bahwa  orang baik itu  adalah nasabah yang  kemampuan  bayarnya bagus (khas kredo yang diimani oleh instrumen kapitalisme). Bukan    karena  bagus   gagasan-gagasannya  !! Di negeri ini kepemilikan gagasan (kreatifitas) belum begitu bankable. Ingin sekali saya bisa berkomunikasi dengan seseorang atau lembaga yang cara membuat kebijakannya berdasarkan gagasan-gagasan. Beberapa saat setelah agen pulsa itu ambruk itulah, kemudian pelan-pelan  saya mem-breakdown segenap gagasan ke dalam tulisan secara tertata. Jadi yang saya punyai bukan cadangan uang, namun CADANGAN GAGASAN.  Sebelumnya  gagasan-gagasan  tersebut  hanya saya simpan dalam benak  atau   berupa 
coretan-coretan cakar ayam di berbagai notes.  Semula  saya berpikiran : begitu modal dari keuntungan berbisnis pulsa saya dapatkan, segenap gagasan (antara lain membangun perpustakaan yang representatif) akan langsung saya eksekusi untuk diwujudkan !!      
                   
                                                                        

 20. Ketika berposisi sebagai penjual pulsa yang sangat laris, pulsa  yang paling  sering dibeli sehingga saya merasa nyaman dalam melayani pembeli adalah kartu AS dan SIMPATI,  sebab jarang sekali  mengalami trouble alias  lancar-lancar saja  transaksinya. Maka ketika segenap gagasan sudah selesai saya tulis, operator yang paling melekat dalam benak saya adalah TELKOMSEL. Sehingga saya merasa "signifikan" untuk menyampaikan  konsep gagasan itu kepada TELKOMSEL.   Dan saat itu alamat kantor yang saya temukan adalah PT TELKOM. Maka surat tulisan tangan berisi gagasan yang  ingin  saya  perjuangkan itu pun, saya  kirimkan  teruntuk Dirut  PT TELKOM  sebagai induk dari PT  TELKOMSEL. Beberapa waktu  kemudian  surat  saya  tersebut  mendapat  tanggapan (copy surat dimuat dalam buku Surat untuk Sang Profesor).  Sedangkan  surat untuk berbagai tokoh yang lain sebagian besar belum dibalas, kecuali surat-surat kepada Bapak HAR Tilaar dan Ibu Martha Tilaar. Sedangkan Bapak Dahlan Iskan sempat mengirim email.             

 21. Walaupun  tengah tertekan secara ekonomi, hasrat untuk terus bergagasan tetap tidak terbendung. Hingga akhirnya saya bisa berkomunikasi pula dengan seorang ahli pendidikan kondang sekaligus Guru Besar UNJ yakni Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf Tilaar, M.Sc.Ed (Pak Alex).   Saya sering menyampaikan ide-ide lewat surat-surat yang saya tulis tangan, sebab saat itu  belum mampu memperbaiki printer komputer saya.  Tak ada rotan akar pun jadi, begitulah.   Pak Alex pun menanggapi surat-surat saya dengan sangat baik melalui SMS-SMS. Saya juga menyampaikan gagasan  MINI BIOGRAFI.  Pak Alex dan istrinya, Ibu Martha Tilaar, seorang pengusaha nasional terkenal, juga menyetujui gagasan saya tersebut.  Buku berjudul Dengan Cinta Membongkar Talenta (Sinergi Kehidupan Prof. DR. HAR Tilaar, Msc.Ed dengan DR HC Martha Tilaar) berhasil saya  susun.   Guna menyusun buku tersebut pun, pernah untuk beli kertas, ongkos ketik dan mengirim naskah kepada Pak Alex, saya sampai pinjam uang tabungan anak  saya  yang  saat itu tengah getol-getolnya  menabung karena ingin membeli laptop (terima kasih Fandy, anakku). Hingga penyusunan buku itu selesai pun, Pak Alex dan Bu Martha  Tilaar sama sekali tidak tahu kalau saya sedang tertimpa kegagalan bisnis pulsa.   Saya memang tidak cerita. Saya memisahkan antara “kerja intelektual” dengan “nasib ekonomik”, sekaligus ingin menguji sedikit kebisaan saya di bidang literasi.                       

            Demikian kronologis nasib yang saya alami.   Mungkin saya terlalu bersemangat ingin mewujudkan ide DANURBA, penggairahan minat menulis dan jejaring perpustakaan desa-kota.   Ketika  mengira  ada  peluang  untuk   merealisasikan  ide-ide  tersebut,  justru  kesialan  yang tergenggam.  Sebenarnya jika saja agen pulsa itu bisa eksis bertahan selama SATU TAHUN LAGI semenjak investasi saya tanamkan, kiranya kala itu segenap gagasan tersebut bisa terwujudkan.    


   
                            "PERJUANGAN DAN SEMANGAT BISA CAPAI DAN PADAM,
                             SEDANGKAN GAGASAN SELALU INGIN BERLARI KENCANG, 
                             SENANTIASA BERKEHENDAK MENEMBUS PERINTANG" 

Selain sejumlah gagasan “terbengkelai”, efek lain dari robohnya agen pulsa itu adalah :   

A. Sebelum ikut berbisnis pulsa, saya bisa rutin belanja buku. SEMINGGU SEKALI PASTI DATANG BUKU-BUKU BARU terutama terbitan Elexmedia, M&C, Level dan GPU.  Saat itu setelah tertimpa kegagalan bisnis pulsa, belanja bukunya hanya bisa sebulan atau dua bulan sekali, 
bahkan lebih (ini pun kadang-kadang memakai kartu kredit).   
            
B.  Semula saya ingin membangun satu perpustakaan lagi (berarti ke 5) yang lebih  representatif. Sebab perpustakaan sebelumnya (NanCita lama), sudah kehabisan ruang.  Penuh sesak dengan tumpukan buku-buku.  Dengan membangun tempat  baru, maka media  untuk memajang buku-buku (rak etalase) menjadi luas.  Niscaya pengunjung pun akan bisa “memindai” buku-buku dengan lebih mudah, nyaman dan puas.   Rencananya  di  lokasi perpustakaan   yang   baru  itu  akan   menambah lagi  koleksi  buku-buku biografi, kepemimpinan, resep masakan, manajemen, psikologi, ketrampilan praktis, ensiklopedia, juga buku anak-anak kreatif.   Lokasi tanah untuk mendirikan cabang baru itu pun sudah saya beli jauh sebelum tertimpa kegagalan bisnis pulsa, dan saat itu terpaksa mangkrak dalam waktu yang cukup lama.       

C. Pada waktu itu saya juga punya 5 lembar polis asuransi : Harta 88, Rejeki Yunior, Medisave Yunior, Fortuna Extra dan Permata Hati. Ketika semua   polis   tersebut   jatuh tempo, baru kali itulah saya tersendat dalam membayar preminya. Eman-eman sekali rasanya, apalagi ada yang sudah hampir 10 tahun saya ikuti.      

D. Uang investasi hilang, hutang bertambah, total angsuran hingga 6,5 juta rupiah perbulan. Sejak awal tahun 2011, saya bertahan dengan mengandalkan perpustakaan yang sudah saya kelola selama 17 tahun dengan baik.  Kehidupan saya pun menjadi sangat minimalis.  Mengerjakan kegiatan domestik saya jalani.   Tiap pagi mencuci, menjemur pakaian, momong balita, bersih-bersih rumah, istri   belanja   dan  memasak  (sebab  tak lagi  punya  asisten rumah tangga).   Rekreasi  hampir  tidak pernah.   Pukul 9.30 pagi berangkat kerja ke perpustakaan,  pulang pukul 9 malam.   
   
E. Dengan  “prestasi”  lancar  mengangsur  pinjaman  di  berbagai  lembaga  keuangan itulah kemudian  saya  menghubungi  Bank BNI.  Take over  tersebut  saya  lakukan selain untuk mempertahankan usaha, juga karena ingin berganti dari produk  pinjaman rekening koran (di BRI) ke angsuran biasa. Dan pada tanggal 15 Juli 2013, kredit 5 tahun dari BNI turun sebesar 150 juta rupiah. 
Selanjutnya kewajiban saya  mengangsur  ke  BNI  sebesar  4,2 juta  rupiah  perbulan, ditambah kartu kredit BRI,  PEGADAIAN dan Tamzis, total sekitar 6,5 juta rupiah perbulan. Praktis penghasilan saya selalu habis untuk membayar pos-pos angsuran tersebut (usaha dan hidup saya pun menjadi super defensif).     
    
F. Menjelang lebaran tahun 2014 adalah masa yang paling “genting” secara ekonomi. Selama 8 tahun pegang kartu kredit, baru bulan puasa tahun 2014 itulah kartu kredit saya pergunakan untuk pertama kalinya guna “membeli” sembako, terutama beras dan  minyak  goreng  di toko swalayan.  Sebelum itu  kartu  kredit  tersebut kadang saya pakai  hanya untuk  belanja  buku-buku, itupun  apabila  pas keadaan  darurat.  Ketika pertama kali hendak menggunakan kartu kredit di toko swalayan, hati sempat deg-degan juga kalau-kalau mesin penggeseknya sedang error.   Jika hal itu benar terjadi tentu bisa terserang rasa malu dong, sebab tidak pegang uang tunai sementara barang belanjaan sudah dihitung oleh kasir!  Ketika lebaran saat itu baju-baju anak-anak dan istri belum ada anggaran untuk membelikan. Pada saat si bungsu Hanna pertama kali ikut kegiatan mengaji sore di masjid, jilbabnya pun masih mengenakan yang lama.   Sampai ada temannya yang ngaruh-ngaruhi, kok tiap hari jilbab yang dipakai Hanna tidak pernah ganti?  Apalagi permintaan si sulung Fandy berupa laptop untuk keperluan  sekolah, sangat tak terjangkau!! Tidak ada cukup uang cash di tangan, harus  nunggu  prepegan  perpustakaan  dulu   yang  menjelang lebaran biasanya memang  ramai. (Saat lebaran itu kartu kredit menjadi andalan untuk “meraup” sembako di segenap toko swalayan, sehingga menjadi jarang sekali membeli sembako di warung tetangga. Berarti kartu kredit telah menjauhkan “silaturahim ekonomik” dengan lingkungan !!)   
                                                                        
                           
                               
                                                     (artikel perjuanganku ketika kuliah)

G. Dalam tercenung tiba-tiba muncul pemikiran, saya kan punyusaha 3 sanggar bacaan yang tetap eksis dan sehat walau kurang lebih 7 bulan, bahkan pernah hingga 24  bulan tidak belanja buku-buku baru seperti biasa di Yogya.  (Inilah unikum berwirausaha di bidang perpustakaan. Walau lama tidak kulakan barang, roda bisnis tetap bisa jalan. Ajaib!!).  BI checking saya juga bagus. Maka saya kemudian menghubungi “Bank X” bermaksud hendak mengajukan permohonan alih produk pinjaman, dari KUR ke KPR.   Namun ternyata tidak bisa.   Tiba-tiba saja suatu hari tanpa diundang datang berkunjung seorang pegawai Bank  Jateng yang menawarkan produk pinjaman. Saya pun tergerak mengajukan  pinjaman.   Semua persyaratan saya penuhi, bank tersebut pun tertarik setelah mengecek performa usaha perpustakaan dan BI checking saya. Berkas-berkas pun   didaftarkan dalam  antrian  pengajuan  kredit   yang   kata  pegawai  bank  tersebut    mengular panjang berhubung menjelang lebaran.   Dan karena antrian terlalu panjang itulah, saya berkehendak mem-pending pengajuan kredit ke Bank Jateng tersebut.  Maka kembali saya menghubungi “Bank X”.   Kali ini yang saya ajukan adalah  penambahan  plafon KUR.   Pejabat (selevel pimpinan) yang terkait dengan urusan kredit bank  tersebut saya hubungi, dan beliau menyatakan bisa disetujui.   Kemudian saya diminta menambahkan berkas-berkas, dan posisinya katanya antri pula.   Permohonan  saya tersebut  dinyatakan  deal, dan  diminta  menunggu  setelah hari  raya  lebaran.  Namun  setelah menunggu  cukup lama, ternyata permohonan  penambahan plafon KUR tersebut ditolak (?!!!).   Kemudian kembali saya menghubungi Bank Jateng.  Namun katanya antrian masih panjang juga.  
Singkat cerita akhirnya pengajuan kredit  165 juta  di Bank  Jateng  cair  pada tanggal   7 Oktober 2014.   Berarti 3 kali take over  bank telah  saya lalui (BPR, 2 bank nasional dan bank daerah).  Saat itu belum semua pinjaman teratasi memang, dari total angsuran perbulan 6,5 juta rupiah hanya turun sedikit menjadi 6 juta rupiah.      

    
AWAL JANUARI 2011:  KORBAN BOWO JENGGOT (BJ) BANYAK YANG STRES, SAYA 
MALAH  DAPAT KREDIT BANK  BERKAT PERFORMA PERPUSTAKAAN 
                                                    
Teringat pada saat itu ribuan korban bisnis pulsa BOWO JENGGOT Wonosobo yang resah termasuk saya saat tahu usaha itu kolaps.  Banyak cerita menyedihkan: para PNS yang gajinya minus, banyak yang kemudian jual rumah, mobil, dll, para penjual warungan yang gulung tikar, guru ngaji yang terpukul berat, bahkan sampai ada anggota BJ yang meninggal dunia memikirkan uangnya yang hilang, dan kisah-kisah mengenaskan yang lain. Saat itu uang saya juga hilang, namun  masih mendapatkan kepercayaan bisa beroleh  kredit dari bank karena manajemen perpustakaan swasta saya yang tetap bagus.  Take over yang saya tempuh itu pun  bertujuan guna mencari bunga dan angsuran yang lebih ringan. Praktis saya belum pernah beroleh dana segar yang bisa dipakai untuk membuat langkah bangkit yang signifikan. Hanya semacam gali lubang tutup lubang. Dan perpustakaanlah yang kemudian menjadi “sapi perahnya” memang dengan BI checking yang senantiasa terawat dengan baik. 

"Jangan gamang,  konversikan saja setiap problema yang datang menjadi tabungan pengetahuan"





(Ada satu episode kisah yang pernah saya khawatirkan dan kemudian benar-benar saya alami beberapa hari sebelum kredit tersebut cair.  Saat itu saya sudah antre di kasir  sebuah  toko  swalayan. Barang-barang  pun  sudah  dipak  dalam kardus, dan   ketika kartu kredit digesekkan di mesin terbaca : SALDO TIDAK CUKUP.  Tentu saja saya kaget-kaget malu. Ketika barang-barang belanjaan sedang dibungkus, saya tengok ke belakang  terlihat ada yang ngantre. Seketika itu saya pun mohon pamit ngacir pada kasir.  Tak sempat menengok ke belakang, entah apa batin mereka yang ngantri di belakang saya itu….).  Pada saat itu rekening telpon rumah dan Speedy juga belum bisa saya bayar,dll.  Namun sering sekali saya beroleh keajaiban.  Yaitu tiap saya tidak punya cukup uang untuk membeli sembako, dll, tiba-tiba saja hari itu perpustakaan mendadak ramai, sehingga kebutuhan pokok tersebut bisa terbeli….  

(Trima kasih teman-teman NanCita-lover, kalian baik banget !!).  Sering pula tiba-tiba ada anggota lama yang datang : Masih ingat saya, Mas?!!  Saya mau bayar utang saat sekolah dulu……..(Hal seperti ini terakhir terjadi pada tanggal 8 Agustus 2016 yang lalu: Seseorang datang ke NanCita dan bilang ingin mengembalikan buku yang menurut pengakuannya ia  pinjam sejak 10 tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku SD. Salut, sebuah tanggung jawab yang sangat hebat!!   Bakal keren banget hidupmu). Sesungguhnya saya selalu berdoa buat seluruh anggota NanCita, semoga perkawanan kita terkenang senantiasa, canda tawa bahagia yang pernah terbina jangan sampai lekang oleh mas !!  


  
KETIKA ITU SAYA BERUPAYA AGAR MEMPEROLEH KAIL, SEHINGGA PERPUSTAKAAN 
SAYA BISA SEHAT KEMBALI.  DAN KEINGINAN MASYARAKAT TERHADAP BUKU-BUKU BARU, MENJADI LANCAR LAGI.   SETELAH MANAJEMEN PERPUSTAKAAN BISA SEHAT KEMBALI, INGIN SEKALI SEGERA BISA MEWUJUDKAN IMPIAN LAMA SEPERTI YANG SAYA ALAMI KETIKA SMA.  YAKNI    SEBAGIAN HASIL  PERPUSTAKAAN   AKAN 
SAYA PAKAI UNTUK MENSPONSORI LOMBA-LOMBA  MENULIS  LOKAL YANG   DIKELOLA   SECARA MASIF, TERLEMBAGA  DAN  BERKELANJUTAN. SERING SEKALI SAYA MENYAKSIKAN PARA PELAJAR YANG DISURUH OLEH GURU MEREKA UNTUK MEMBUAT TUGAS-TUGAS PENULISAN, DATANG KE PERPUSTAKAAN SAYA DAN…….MEREKA MEMBAJAK TULISAN ORANG LAIN BEGITU SAJA !!  DI SEGENAP SEKOLAH, SESUNGGUHNYA IMAJINASI MEMANG TELAH MATI !!   PARA PESERTA DIDIK CENDERUNG HANYA DIAJAR UNTUK MENJADI “PEKERJA KERAS” (KHAS CIRI-CIRI PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG), BELUM DIDIDIK AGAR JUGA MENJADI
“PEMIKIR KERAS”.  PADAHAL BETAPA STRATEGISNYA KEKUATAN IMAJINASI BAGI
HIDUP SESEORANG !!  Saya sungguh gemas dengan ide-ide dan praktik-praktik literasi yang begitu-begitu saja (terlanda bosanisasi yang akut).  
                                                                  
                
(Dengan  prosedur  resmi,  seorang   pejabat  teras   sebuah  BUMN dari Jakarta yang  juga didampingi oleh 2 orang pejabat di tingkat cabang BUMN tersebut  pernah datang ke Sanggar Bacaan NanCita.  Semula bermaksud hendak memberikan CSR, namun setelah  BUMN itu melakukan RUPS, mendadak  terjadi  perubahan kebijakan.  CSR  yang   sempat diutarakan di ruang tamu rumah saya, Brojolan Timur  Temanggung tersebut, dan sempat membungahkan hati saya, ternyata batal !!).
                        

         Sudah 17 tahun usia Sanggar Bacaan NanCita yang sepenuhnya mandiri alias belum pernah beroleh bantuan buku dari pihak manapun. Pengelolaannya memang murni seperti halnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Saya memang sangat bertekad untuk memasukkan pendekatan 
bisnis dalam  mengelola perpustakaan.  Sudah lama sekali saya tertarik dengan dunia literasi dan kewirausahaan. Dan terbukti bisa, setidaknya selama 17 tahun ini bahkan seraya menghadapi gempa finansial segala.  Modal pendirian perpustakaan itu pun saya cari dengan menjadi TKI di Taiwan.  

                     “Untuk  menjadi pandai  dan  beriman  itu  telah   banyak  didirikan 
                       lembaga dan prasarana pembelajarannya, namun tidak demikian untuk 
                       menjadi kreatif. Padahal sesungguhnya kreatifitas itu akan bisa 
                       meninggikan derajat kepandaian serta keimanan seseorang”
  
              
                                                                                                

       Pendekatan bisnis itu bertujuan: 
a. Agar belanja penyediaan dan pembaharuan  buku-buku bisa dilakukan secara mandiri. 
b. Agar  bisa menggaji pengelola/karyawan. 
c. Agar bisa menghidupi keluarga sehingga bisa fokus berjuang di bidang literasi.                                                                                                                             
      Sebenarnya NanCita pun ingin mengejawantahkan jargon populer yaitu triumvirat ORIENTASI, MISI dan VISI.  
1. Visi NanCita           = mencerdaskan kehidupan bangsa. 
2. Misi NanCita          = mengembangkan minat baca. 
3. Orientasi NanCita = mencari laba  he  he  he…(toko buku aja boleh ambil untung, masak perpustakaan nggak boleh, kan core business-nya sama). 

     Meskipun dikelola dengan pendekatan bisnis, perpustakaan NanCita tetap berkomitmen dalam menempuh jalur perjuangan literasi pada umumnya.  Bahkan saya berpendapat bahwa perpustakaan itu tidak hanya bertugas menyediakan buku-buku ansich.  Namun  seyogyanya juga bisa mengadakan kegiatan-kegiatan  serta menerbitkan karya atau buku-buku sendiri. Dan pengelolanya jangan sampai seperti ayam  mati di lumbung padi  (saban hari dihidangkan karya-karya pemikiran, namun dia sendiri tidak memproduksi apa-apa).  Selama ini kami pun telah membuktikannya.  Ada beberapa buku karya para anggota yang telah diterbitkan.  Sedangkan karya anggota yang lain masih ngantri. Belum lagi gagasan-gagasan literasi yang termaktub dalam berbagai buku kami !!
      Selain menyewakan dan menjual, ada pula buku-buku yang kami pinjamkan secara gratis. Senang rasanya bisa menyediakan buku-buku YANG SELALU BARU kepada  warga berbagai usia dan profesi. Para pedagang pasar, polisi, perawat, dokter RSU,  guru-guru,  pegawai bank, penjaga toko, karyawan pabrik, dll, mereka rutin bertandang ke Sanggar Bacaan NanCita. Para orangtua pun banyak yang mengajak anak-anaknya berkunjung ke perpustakaan dengan wajah ceria.    Walaupun kecil-kecilan, sejak dulu saya memang ingin selalu berupaya di bidang yang berkaitan dengan KEWIRAUSAHAAN dan KEPENDIDIKAN.           
       Dan melalui media perpustakaan itulah, saya juga ingin membiasakan warga untuk berkumpul (terbentuklah semacam “melting pot literasi”).  Bisa pula menjadi think tank, berdiskusi sambil mencari informasi dan referensi demi makin mantapnya penyelenggaraan   gagasan-gagasan  dari siapapun. Misal salah satunya adalah ide DANURBA, sebuah  gagasan  yang  bermaksud MERAWAT KEPEDULIAN SOSIAL tanpa memandang kelas sosial.  Dengan DANURBA , kita bisa saling peduli TANPA SENGAJA TANPA TERASA sambil tetap  bisa sibuk dengan profesi dan ambisi kita masing-masing sehingga KAS RT kita akan terus meningkat.  DANURBA meminjamkan dana tanpa bunga, tanpa provisi, tanpa biaya administrasi, tanpa jaminan, tanpa notaris !!  Jelas bukan kapitalis, sesungguhnya DANURBA adalah “lembaga keuangan” yang berwatak pancasilais. Siapa tahu kelak DANURBA bisa bersaing/bersanding dengan Bank Grameen (Bangladesh) dan Saemaul Geumgo (Korsel) he he he…. DANURBA tergagas jauh sebelum saya mengenal kedua lembaga keuangan itu.  Dan banyak pembeda yang ekstrim, antara lain jika Bank Grameen dan Saemaul 
Geumgo menerapkan sistem bunga atau biaya administrasi, DANURBA sama sekali tanpa kedua beban itu !!   



                “Dalam menempuh hidup ini kiranya tidaklah cukup bila hanya dengan  
                  melangkah, namun  juga  melompatlah.  Perkara kemudian  terjatuh, 
                  segera bangun kemudian boleh pelahan  melangkahlah.  Jika dirasa
                  bekal  sudah  cukup, melompatlah  lagi. Bilamana  masih  jatuh juga
                  yang penting jangan sampai berguru kepada keledai !!”        

                              
                                                                        

(DANURBA bukanlah murni inklusi finansial, namun merupakan wujud kepedulian sosial yang dikelola mirip inklusi finansial dan berpotensi mengurangi kesenjangan atau angka Indeks Gini di sebuah komunitas sosial atau wilayah).                                                                                                                                        
            Kepedulian sosial ala DANURBA seperti itu niscaya akan bisa BERLANGSUNG SEPANJANG MASA selama lembaga RT masih eksis.  Dengan kuatnya kondisi keuangan di tiap-tiap RT, kiranya kemudian akan bisa memberikan bantuan kepedulian  kepada sesama warga dimanapun  yang sedang tertimpa  musibah banjir,  gempa  bumi, kebakaran,  kabut asap,  tanah     longsor, dll.  Selain itu tentu saja seluruh anggota warga RT bersangkutan pun akan memiliki “lembaga keuangan”  serupa  inklusi  finansial  yang  akan  terus  dinamis  beroperasi.  Bahkan hingga bisa diwariskan kepada anak-cucu nanti……………. Tagline DANURBA adalah MENABUNG DAN PEDULI DI SEPANJANG KONSUMSI.   
         
                              “Jadilah pembaca hebat dan berjuanglah secara sederhana, 
                                niscaya hasil yang didapat akan istimewa”     

                     
                                                                    

                        
(Di tengah kian bertebarnya toko-toko modern hingga ke sudut-sudut kota.  Dan marak-nya semangat entrepreneurship  terutama di bidang kuliner dan fashion, semoga perpustakaan saya bisa kian eksis guna menemani segenap  warga yang selain  sibuk makan-makan serta berbelanja, juga SUKA MEMBACA khususnya  di Kota  Temanggung. Dan konsep perpustakaan serupa pun kiranya bisa diadopsi oleh siapapun di kota-kota lain. Saya bermimpi alangkah ideal jika di tiap kota ada sebuah perpustakaan swasta yang dikelola sebagai UMKM !! Secara manajerial mandiri, bisa membayar karyawan, dll, dan terutama pengadaan koleksi buku-bukunya ditopang dari penghasilan perpustakaan itu sendiri, bukan meminta uluran tangan dari donatur buku atau siapapun!! Kemudian dalam aktifitas-kreatifnya barulah bersinergi dengan pemangku kepentingan dan wirausahawan kota setempat, misalnya bisa berbentuk sponsorship masif. Kiranya ini adalah sebuah platform strategis terkait upaya pengembangan budaya literasi yang TERLEMBAGA serta BERKELANJUTAN.  Sebuah terobosan gitu lhoh…!!).    
                                                                                                                                     
        
                                                                                                                                      
     (Setiap saya  berada di Toko Buku Gramedia atau  toko buku yang lain,  pikiran  saya sering  
     terusik. Toko buku yang core business-nya  idealisme itu kok bisa  eksis dan bahkan mampu  
     melakukan diversifikasi dan ekspansi,ya?  O, ternyata toko buku itu  mengelola lembaganya    
     dengan pendekatan bisnis. Seperti halnya toko buku, sesungguhnya lembaga perpustakaan
     ber-core business yang sama juga. Toko buku  menyediakan buku-buku,  perpustakaan
     juga menyediakan buku-buku. Namun selama ini pada umumnya perpustakaan  memang
     tidak dikelola dengan pendekatan bisnis. Sehingga salah satu cirinya/akibatnya  pembaharuan
     koleksi bukunya menjadi lamban sebab menunggu uluran tangan dari para donatur. Buku- 
     buku yang diterima pun sering berupa buku bekas.  Saya kerap mendapat keluhan seperti
     itu dari  para pengelola perpustakaan maupun pemustakanya.  Rata-rata perpustakaan warga  
     pun didirikan berdasarkan idealisme saja.  Hal seperti itu baik-baik juga sih.  Namun biasanya 
     jika pengelolanya kemudian beroleh pekerjaan di tempat lain, maka perpustakaan yang 
     dulu ketika mendirikannya dengan membuat proposal-heboh dan disodorkan ke sana ke 
     mari itu akan ditinggalkan begitu saja.  Perpustakaan itu sekedar sebagai transit pengabdi- 
     an semata. Secara administratif selalu sibuk, terutama bila akan ada penilaian lomba).

                                                                        


            
                     “Hidup itu seperti saat naik bus yang penuh penumpang dan Anda hanya 
                       bisa berdiri. Nikmati saja bus yang sedang berjalan walau pengap, 
                       kadang oleng dan padat masalah. Jangan iri kepada yang beroleh tempat 
                       duduk serta bisa nyenyak tertidur. Sebab cita-cita semua penumpang 
                       sesungguhnya sama, yakni : selamat sampai tujuan !!”  


                                                                EKSEKUSI     
Akhirnya tibalah saat eksekusi !!  Saya hitung selama sekitar 13 tahun  menjadi nasabah (kredit) bank, bunga  yang saya  bayarkan dan laba usaha  kok sudah  banyak sekali !!  ( kayaknya bisa  untuk membeli  mobil  kelas medium lebih dari satu ataupun berkarung-karung krupuk serta  berpiring-piring entho cothot……..……DAN BISA PULA UNTUK BELANJA BEJIBUN BUKU-BUKU BARU !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!).             

                      
                 Berkali-kali berada di jurang keterdesakan. Seperti  suatu ketika terpaksa laptop anak saya masuk pegadaian karena bank menanyakan tagihan di akhir bulan (laptop yang akhirnya terbeli juga 
dengan ketekunan menabung anak saya). Seiring dengan itu kontrak lokasi perpustakaan (N-CeBe dan N-CeDe) secara berbarengan tidak boleh diperpanjang karena akan dipakai pemiliknya. Iuran komite sekolah anak belum terbayarkan, dan bahkan stok beras tak genap satu takaran, dll dll…….Pernah pula mendapat surat peringatan dari sebuah bank. Silakan bayangkan bagaimana “suasana deg-degan hidup kami” pada periode sejak menerima Surat Peringatan Pertama hingga Surat Peringatan ke 3, berikut ini kutipannya : 

*Apabila sampai dengan batas waktu 20 (dua puluh) hari kalender, ternyata  Saudara belum juga melakukan pembayaran seluruh tunggakan atau pelunasan kredit, maka Bank sudah dapat melakukan Eksekusi  Jaminan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), dapatdisampaikan  hal tersebut mengakibatkan : 
                                                              
1. Pengurusan lelang jaminan diserahkan ke Pihak 3 yaitu BalaiLelang Swasta untuk selanjutnya diteruskan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) selaku Pejabat Lelang.  

2. Bukan hanya nama baik Saudara dipertaruhkan tetapi juga beban biaya semakin bertambah dengan adanya penanganan pengurusan/pelaksanaan lelang melalui Balai Lelang Swasta dan Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). 
Demikian surat peringatan ke 3 ini disampaikan untuk menjadi perhatianSaudara.   

*Konskuensi dari peringatan ke 3 tersebut adalah akan dipasangnya tulisan :  RUMAH INI DIJUAL DIBAWAH PENGAWASAN BANK.  Dan pegawai bank mengatakan bahwa tulisan tersebut telah disiapkan!!  Dua kali saya ditunjuki tulisan itu oleh pegawai  bank.  Satu kali di saat mereka berkunjung  ke NanCita, satunya lagi ketika saya berada di ruangan bank itu. Pegawai bank pun ramah-ramah namun tetap bikin mak tratap jantung juga setiap berkunjung ke rumah (terutama istri saya). Dan ketika sampai pada tanggal  batas  waktunya, pegawai  bank mengatakan bahwa rumah yang ada Sanggar Bacaan Nancita  itu harus dijual !! (Pada saat itu untuk  membeli gas 3 kg pun saya sedang  tidak  punya cukup  uang, tertegun  saya  ketika  melihat di tabung gas itu terbaca : HANYA 
UNTUK MASYARAKAT MISKIN…… Setelah itu anak sulung saya makan siang dan minta sambal kesukaannya,  syukurlah saya mampu membelikan di warung  satu sachet sambal seharga 1500 rupiah. Ketika rencana penjualan rumah saya disampaikan oleh pegawai bank, saat itu anak bungsu saya tengah bergembira dan betah bermain bersama teman-temannya di ruang tamu !! Berikutnya suatu pagi anak sulung saya sakit. Dan saya hanya bisa membelikan amplop 500 rp dapat dua buah. Yang sebuah untuk memasukkan surat ijin karena ia tak bisa masuk sekolah. Siangnya pegawai bank 
datang dan hendak memasang tulisan RUMAH INI DIJUAL DIBAWAH PENGAWASAN BANK. Saya lihat sendiri tulisan itu warnanya merah membara!! (sesungguhnya telah beberapa kali pegawai bank berniat hendak memasang tulisan tersebut di rumah saya, bikin sport jantung bro!!)….Seketika 
terbayang keceriaan anak-anak yang bakal hilang……… Kemarinnya si bungsu meminta dibelikan saus pedas manis, ia sedang asyik makan krupuk.  Dan raut wajahnya nampak kecewa ketika saya bilang “belinya nanti ya”, saat itu saya memang tak punya cukup uang. Hari berikutnya dengkulnya 
terkena knalpot sepeda motor hingga melepuh, jalannya terpincang-pincang. Seiring itu lampu penerangan kamar pun mati dan baterai jam dinding habis.  Ditambah odol tinggal sedulit serta pisau cukur tumpul sudah berhari-hari, tetap terpaksa untuk nggaruk jenggot, dagu rasanya sakiiit…dan geli-geli kasar…serta  menimbulkan  suara: mak grauk grauk!!                                                           Penghuni rumah sebelah adalah penjual nasi goreng Madura.   Jika   mereka tengah  memasak, aroma bumbunya sampai masuk ke rumah saya, duh…sedapnya  merangsang selera.  Tapi    untuk membelinya ya terpaksa pikir-pikir, karena  sabun mandi anak    sering telat kebeli. Maka   cukuplah aroma bumbu nasi  goreng yang terbawa angin itu saya hirup sebagai “lauk-pauk” imajinatif…..Suatu ketika ingin membelikan mie ayam untuk istri dan anak pun, hanya  terhenti atau tercekat di air liur. Dan…… saya  kembali tertegun saat anak sulung bilang bahwa pak gurunya  mendata siapa saja siswa yang sudah  punya laptop.  Tentu saja  anak saya menjawab punya karena memang punya, namun laptopnya itu berbulan-bulan masih sekolah di pegadaian !!).  


                    *Kalau  mencari  pembeli rumah  saya itu  lebih mudah  karena  banyak peminat,   
                     apalagi yang menjual  pihak bank.  Namun  yang saya upayakan adalah mencari 
                     orang yang berkenan saya ajak untuk menyelamatkan perpustakaan.  Nah, yang 
                     begini  ini  sungguh  tidak  gampang.  Sepenuhnya  sadar  bahwa ada  visi yang 
                     saya panggul, sementara selalu orientasi yang senantiasa ditawarkan. 


*Ketika bank memberi deadline pemasangan tulisan penyitaan, segera playon-lah saya ibaratnya hingga ke berbagai penjuru angin.  Ke sana kemari tak peduli rasa lelah, waktu siang malam dan jarak tempuh.  Guna  mencari  dana   segera !!  Ada yang saya tunggui hingga berjam-jam di depan rumahnya (karena yang bersangkutan sedang pergi), dan begitu bisa ketemu jawabannya kagak bisa. Ada yang memberi banyak advis, ya dana itu sama saja tidak tersedia. Pernah ingin mengajukan pinjaman 250 juta, tapi bunganya 10 % perbulan.  Gubrakk !!   Temanggung memang berduka, semoga di masa datang komoditas kopi mampu menggantikannya. Dan aneka kisah terkait upaya mencari dana telah saya  tempuh. Coba teman-teman bayangkan betapa galau perasaan saya ketika itu tiba-tiba mendapat sms dari bank sedramatis ini:    

               “Nyuwun dipenuhi kekurangan setoran  10 juta, posisi rumah sudah
                 terdaftar proses lelang, kalau masuk setoran 10 juta hari ini bisa dibatal-
                 kan lelangnya. Matur nuwun”                                    
                                                                        
                                                                         (Tgl 9 Desember 2016 14:45:47)  

               “Sampai hari ini Pak Eko…Saya ditunggu konfirmasinya sama tim lelang 
                 kantor pusat”
                                                                        
                                                                          (Tgl 9 Desember 2016  14:50:56)    

                   
                         (Syukurlah hp ini tidak ikut-ikutan berdebar hingga keypad-nya menjadi  
                          serentak-rontok misalnya akibat mendapat  tagihan keras dari bank !!)
                                                 
*Sebelumnya sudah saya bayar sebesar 35 juta.  Langsung saat itu saya melesat cepat “serasa terbang” menuju ke kantor bank itu.  Sesampai di sana, bank sudah tutup !! Seketika terbit pikiran : habis sudah hidup kami dan NanCita di Temanggung !!! Apalagi teringat ketika pegawai bank bilang bahwa jika TULISAN PENJUALAN itu sudah dipasang di rumah saya, pasti akan segera ada yang mau beli. Pegawai bank juga menyatakan siap menjualkan dengan akan menyebar foto rumah.  Dia katakan para makelar yang biasa membeli rumah yang sudah dalam pengawasan bank pun tentu bakal ada pula.  Saat itu jantung saya rasanya sudah berceceran di teras kantor bank itu!!  Bila rumah benar-benar disita bank, istri saya memang sudah mengajak untuk pulang ke desa saja.  Padahal  di sana  juga  belum ada hunian yang layak.  Yang saya pikirkan adalah bagaimana dengan kondisi psikologis kedua anak kami?  Mereka akan kehilangan kebahagiaan secara tiba-tiba.  Kehilangan teman-teman, kehilangan rumah, dan masa depan yang tak pasti, sebab saya harus mulai dari nol lagi !! Saya tak bisa bayangkan jawaban akurat apa yang harus saya berikan terutama kepada anak bungsu saya yang masih TK dan sedang getol-getolnya suka membaca  jika  di rumah kami sampai dipasang tulisan : DIJUAL DALAM PENGAWASAN BANK.  Sikap kritisnya sedang pesat-pesatnya tumbuh sehingga kami sering kewalahan memberikan jawaban. Bisa-bisa dia akan bertubi-tubi bertanya: kenapa rumah kok bisa dijual, yang biasa dijual itu kan es krim, donat, permin dan roti coklat? Apalagi rumah teman bermainnya sehari-hari, justru sedang dibangun !!                                                                                                               
                    
*Beruntung ada satpam yang berkenan menghubungkan saya dengan pegawai   bank terkait yang sudah berada di mobil hendak pulang. Saat itu saya baru membawa 5 juta rupiah terakhir. Alhamdulillah, pegawai bank yang bersegera pulang itu masih memberi kesempatan pada saya       setelah  berkonsultasi  dengan  kantor  pusat.  Saya  diberi  waktu 2 hari  lagi untuk  menutup       kekurangannya. Kebetulan 2 hari itu adalah hari libur (Minggu dan Senin pas Maulid Nabi). Jika   tidak pas  hari  libur  mungkin  saya  tidak  punya  cukup  waktu  lagi untuk mendapatkan “dana       penyelamat” itu. Rumah pasti akan dilelang !! Praktis dalam waktu kira-kira dua mingguan uang   sekitar  50 juta rupiah  baru bisa  saya peroleh.  Kemudahan ini saya dapatkan bisa jadi karena         sebelumnya saya memang tidak mengambil opsi meminjam pada pribadi. Terhadap bank pun    saya senantiasa beriktikad baik. Belum pernah sekalipun menghindar jika sewaktu-waktu pegawai bank 
berkunjung ke rumah.  Bila diminta ke kantor bank itupun, saya pasti datang.   

 
PHOBIA WAKTU
Namun demikian kami sering juga terserang rasa phobia terhadap waktu.  Pegawai bank itu biasanya datang secara tiba-tiba. Sehingga eskalasi debaran jantung kami setiap harinya meningkat seiring fajar yang menyingsing. Ketika sudah masuk jam 8 pagi (ini jam kantor), maka detik itulah kami “bertidak harap-harap cemas” akan kedatangan pegawai bank. Jika jarum jam sudah menunjuk angka 4 sore, debaran jantung kami pun mereda.  Besok sport jantung itu dimulai lagi, setiap pagi hingga sore terlanda deg-degan harian jadinya!! Bahkan seperti beruntun, sebab pengunjung yang mau ke perpustakaan pun, kadang saya kira pegawai bank yang datang. Dada sering banget terserang rasa Mak nyass!! Mak tratap!!! Maka malam hari adalah waktu yang paling nyaman menikmati hidup dikarenakan pegawai bank tak mungkin datang. Juga Sabtu sore dan Hari Minggu.  Saat itulah saya bisa bahagia bercengkerama dengan anak istri seperti di surga dunia. Bila malam tiba, saya pandangi istri kok bagai bidadari……ini juga hal yang mendebarkan jantung. Kemudian terpacu gelegak adrenalin untuk meramu dan menuntaskan romantisme foreplay yang panjang serta kreatif.  Kamipun sering sekali sama-sama atau bareng-bareng menjadi pemenang !!  (sehingga  esok paginya akan tetap kuat dalam  menghadapi pegawai bank yang datang). Terngiang pegawai bank yang bilang “kami datang    kepada nasabah yang masih bisa DIBINA”, sedangkan tim lain akan datang kepada nasabah yang layak DIBINASAKAN.” Bercanda atau serius kalimat itu diucapkan, bayangkanlah : tetap mendalam, bukan?!  Hal itu saya terima pada saat phobia tanggal tiba, yakni di akhir bulan. 


JANTUNG OLAHRAGAWAN DAN PENJUDI  
Ada pendapat pro-kontra yang menyebut bahwa para olahragawan dan penjudi berpotensi memiliki jantung yang kuat.  Hidup kedua “profesi” itu memang selalu dihadapkan kepada persoalan  menang atau kalah.  Mereka  senantiasa  akrab  dengan  rasa  berdebar  yang  sangat    mengguncang jantung. Saya bukan olahragawan, paling hanya suka jogging di seputaran  Temanggung.  Juga bukan penjudi bahkan sepanjang hidup belum pernah mempertaruhkan uang sepeser pun.  Kalau  harus terlibat dalam aksi  spekulatif paling ya tebak-menebak dengan istri seputaran siapa atau partai apa yang akan menang dalam pilkada dan pemilu!! Namun    serangan debaran jantung yang hebat saya alami pula. Yakni selain terkait dengan bank, juga pada saat anak saya sakit dan tak pegang cukup uang olehsebab sudah saya setorkan ke bank. Keadaan itu sering terjadi entah yang sakit si sulung atau si bungsu. Dengan uang seadanya saya  pun  sudah siap mengajaknya berobat ke klinik yang obatnya generik.  Namun selalu terulang   terjadi, anak saya lebih sering tidak mau bila diajak berobat.  Ia memilih tidur, dan ketika bangun kelihatan sudah sembuh.  Bahkan si bungsu Hanna yang asupan ASI-nya kuat (saya pun sering “mengalah”….), suatu ketika harus opname, perlengkapan ke rumah sakit pun sudah siap.  Namun ia tak mau, dan akhirnya memilih tidur.  Saat bangun, sudah sembuh. Jika anak sakit sungguh menimbulkan double deg-degan.  Pertama, khawatir bila sakitnya tak sembuh-sembuh.  Kedua, cemas andai tak mampu membayar pengobatan. Ada satu pengalaman ketika anak saya berobat di dokter spesialis.  Saya tidak tahu tarif terkininya berhubung sudah lama tidak periksa. Uang di laci perpus saya ambil begitu saja entah berapa jumlahnya. Usai diperiksa tibalah saya menanyakan tarifnya.  Gubrak !!, saya kira cuma kisaran 100 ribu-an yang lembarannya sudah saya siapkan, jebul Pak Dokter bilang 300 ribu !!  Tangan pun seketika saya gerilyakan ke segenap saku celana guna merogoh uang recehan yang tadi saya ambil dari laci perpustakaan.  Kikuk banget jadinya sebab terdiri dari ribuan-ribuan dan ada yang sudah kumal.  “Maaf ya, Dok, uangnya recehan.”  Dan dengan telak Pak Dokter pun tangkas menjawab: ”Nggak apa-apa kebetulan nanti buat beli sayuran di bakul blanjan !!” Mendengar jawaban dari Pak Dokter itu di jantung saya serasa ada desiran rasa lega-lega getir gitu….Sesampai di rumah anak saya tersebut tidak mau meminum obat yang diberikan, sudah sembuh. (Pendapat ini juga pro-kontra enggak ya, tetapi saya memihak yang pro, bahwa kesehatan jantung itu sangat erat kaitannya dengan teraihnya kejantanan sehingga istri bisa membelalak-bahagia terpuaskan !!  Tapi satu kali saya gagal melambung-legakan jiwa istri. Malam itu bukan hanya bagai gerimis namun  sudah  semirip hujan lebat  kerinduan  menyergap. Tidak  lagi ibarat  mesin  diesel yang   panasnya elahan merambat. Bukan pula seperti kereta cepat ya
mendadak sampai.  Tetap dengan foreplay yang terukur senti demi senti, tetap dengan cinta yang teruji puisi demi puisi.  Tetapi istri tetap tanpa reaksi!! Sebab ia lebih berkonsentrasi mendengarkan radio-hp yang sedang menyiarkan pengajian dengan tema: resiko punya hutang!! Saya tentu tidak boleh bilang sialan, cuma membatin: Pak Kyai, kok tema pengajiannya tidak membahas sunah rosul tentang keutamaan malam Selasa atau malam Jumat to?  Dan dikarenakan temanya tidak kontekstual itulah, malam itu tak teruar imaji sensual, tiada terdengar nafas tersengal. Dan ketika istri mancal, saya pun terpaksa hanya memeluk bantal………………). 


“LINGKARAN SETAN” SEMBAKO  
Garis pada sebuah lingkaran tentu harus selalu bersambungan.  Sebab jika garis itu dipatahkan lantas dibelokkan pasti namanya bukan lagi lingkaran.  Ketika mencukupi kebutuhan akan sembako itulah saya seperti diombang-ambing oleh pusaran lingkaran. Lingkaran setan!!  “Lega rasanya jika berhasil membeli sabun cuci piring.  Namun kemudian deg-degan juga ketika saya lihat stock gula pasir sudah menipis. Tempat beras pun memberi aba-aba untuk segera diisi.  Belum lagi terdengar peringatan bahwa kecap dan garam tinggal setuangan. Berdebar kencang rasanya  saat  melihat  isi  dirigen minyak  goreng  tinggal  sedikit.  Bila mampu  beli yang satu,  leganya  luar  biasa  bagaikan orgasme!! Sementara  jika  mikirkan  yang lain  selalu bikin deg-degan karena berada dalam posisi untuk diantri harus juga dibeli”.  Berselang-seling dalam mencukupi kebutuhan pokok itu sering saya alami. Tak putus-putus dan garis itu tetap harus terus disambungkan sebetapapun itu adalah garis “lingkaran setan”.  Sebab bilamana tiba-tiba garis itu terputus, namanya bukan lagi lingkaran, tetapi adalah jurang kemiskinan!!    


                           “Entah  itu  kesedihan  atau kebahagiaan pasti  akan tertinggal di 
                             belakang sana.  Terpenting yang akan datang besok itu kesedihan      
                             ataukah kebahagiaan.  Nah, hal itu tergantung hari ini”       

                                                                                                                                                                    
SETELAH BAYAR BANK, UANG TINGGAL 0 RUPIAH DAN EPISODE HANNA TERSERANG CANGKRANGEN 
Hanna, anak bungsu saya yang masih TK senang sekali karena sekolahnya mau mengadakan acara outbound di Batalyon Armed 3/105 Tarik Naga Paksa Magelang. Kalender pun sering ia tengok, seperti menghitung hari menunggu tanggal pelaksanaan acara itu.  “Baju Hanna dan teman-teman 
akan dibasahi dalam outbound itu, Yah,” ucapnya dengan ekspresi bahagia banget mengutip keterangan ibu gurunya.  Ia tampak antusias sekali dan terlihat tak sabar ingin segera mengikuti acara itu.  Apalagi ia baru saja sembuh dari sakit sariawan di bibirnya. Berlubang merah-parah !!  Dengan susah payah beaya outbound sebesar 80 ribu rupiah pun telah saya bayarkan.  “Yah, Hanna kepilih drumband !!,” celetuknya saat ia saya jemput di gerbang sekolah.  Dalam perjalanan pulang selain bersemangat  menceritakan tentang terpilihnya dalam tim lomba drumband, ia lambungkan juga imajinasinya menyambut acara outbound yang bakal seru dan akan diselenggarakan esok harinya.  Ia sampaikan pula segenap perlengkapan yang harus dibawa.  Sesampai di  rumah ibunya pun sugap mulai mempersiapkan  semuanya: ada sandal, ada handuk, ada baju ganti, dll.  Namun sepulang sekolah itu saya lihat  Hanna kok nglentruk di kursi, wajahnya tampak kuyu.  Saya pikir hanya kelelahan sehabis latihan drumband tadi.  Tiba-tiba ia nyeletuk:”Yah, apa Hanna kena cangkrangen?” sambil ia tunjukkan di tubuhnya muncul bintik-bintik merah berair.  Ia tahu cangkrangen (cacar air) itu sebab ada kurang lebih 5 teman sekelasnya terkena.  Saya amati, benar belaka Hanna memang terserang cangkrangen!!    Semula ia masih bersemangat untuk ikut outbound esok harinya.  Tetapi lama-kelamaan bintik-bintik merah itu bertambah dan tubuhnya pun lemas, dan hanya bisa tiduran ? "Lalu bagaimana Yah, outbound-nya?!,” ujarnya dengan nada penuh khawatir. Ia merasa bahwa kegiatan outbound yang telah lama ia impikan bakal gagal diikuti.  Saya pun bergegas mencari obat, siapa tahu masih ada peluang baginya untuk mengikuti kegiatan yang ramai disambut teman-temannya, dan ia sangat ingin menjadi bagian dari kegembiraan itu.  Tanya sana-sini, ada pula tetangga yang mengusulkan pengobatan tradisional.  Saat itu di saku hanya ada uang 8 ribu rupiah.  Saya pun pergi ke apotek dengan berdebar-debar, sebab belum tahu pasti harga salep yang hendak saya beli.  Dan….serasa dapat untung besar saya!! Harga salep itu 4200 rupiah.  Sebenarnya saat itu saya simpan uang jutaan rupiah, namun harus saya setorkan untuk bayar angsuran ke bank sebab sudah akhir bulan.  Sisa untuk beli salep itupun saya gabungkan untuk menggenapi angsuran itu. Setelah saya setorkan ke bank, saya benar-benar tidak punya uang sama sekali. Isi dompet 0 RUPIAH alias tidak berisi!!  Untung sebelumnya saya sudah beli beras 1 kg sehingga tersisa 8 ribu itu.  Getir rasanya pada saat  Hanna sakit dan gagal ikut outbound, ia  pengin  banget  dibelikan  criping pisang  
kesukaannya,  namun saya  tak  mampu membelikannya… Dan..…gantian kakaknya yang SMA, Neofandy, terserang sakit panas sehingga tak masuk sekolah.  Di tengah-tengah itu istri saya juga sakit.  Jemarinya tertusuk duri ikan nila hingga bengkak.  3 tahun sebelumnya ia terkena sakit yang sama gara-gara nila.  Dan ikan nila itu adalah kesukaan saya.  Dari kecil saya memang hanya suka ikan, tak begitu suka daging. Kebetulan juga karena miskin sehingga daging tak terbeli.   Ikan gereh 
yang ditutulkan minyak jlantah, wah enak sekali. Alhamdulillah, pelahan-lahan ketiga belahan jiwa saya itu pun sembuh dari sakitnya. Istri saya memerlukan ke dokter, kedua anak saya  seperti  biasa dibanyakin  tidurnya.   Dari  segenap  kejadian  yang  beruntun, kadang saya  berpikir: apakah  bagi orang yang  suka literasi, sesungguhnya  kemiskinan dan  penderitaan itu   adalah merupakan investasi?!! (Investasi psikologis, investasi memoris dan investasi inspirasi…..he  he  he).  

NB: Ketika masih memiliki pinjaman pada bank, cenderung terjadi eneng-enengan (tarik-mena- 
       rik) alokasi dana. Biaya pendidikan anak terpaksa ditunda demi  lebih mengutamakan ang- 
       suran pada bank.  Bahkan anak yang sakit pun harus mengalah oleh kewajiban pada bank. 
       Apalagi jika bank sudah bilang : awas lho bisa terjadi sita jaminan !!

(*Pada kurun ini di hp jadul saya kok sering masuk pulsa siluman kadang 50rb atau 20rb? Dari siapa ya sedangkan saat itu kisah saya ini belum ter-publish?  Saya pikir  pastilah bukan hadiah dari operator.  Sebab “hadiah” dari operator biasanya berbunyi: Selamat andamendapat mobil,   segera hubungi call center kami!!   Kepada si  pengirim   pulsa  yang   tentu   tak  mau  diketahui   identitasnya, terima kasih ya pulsanya sangat membantu saya....*Bayangkan sampai pada   sandal   jepit pun saya irit-irit.  Sudah menjadi kelaziman bahwa sandal jepit kaki kananlah yang lebih sering 
duluan putus.  Istri saya sering ngumpulin sandal kaki bagian kiri. Jadi saat itu sandal jepit untuk di dalam rumah yang saya pakai bagian kiri semua !! Bila putus ya gantinya sandal kiri lagi, kan koleksinya kiri semua. Dan yang putus itu selalu sandal kiri yang saya pakai di kaki kanan!! Nah, tiba-tiba tali sandal itu putus lagi, sedangkan  stok sandal  kiri  sudah  habis.  Terpaksalah dengan “berlinangan air mata” saya membeli sepasang sandal baru….(eman-eman banget rasanya, sebab seharusnya bisa untuk membeli saus pedas manis kesukaan anak saya). *Sebuah pengalaman nggrantes (pilu) pun saya alami. Yaitu ketika pada suatu hari saya melihat berkarung-karung beras tengah diturunkan dari sebuah truk besar di depan toko beras.  Saat itu  satu kilo beras pun sungguh saya tak mampu membelinya, sebab di dompet tinggal punya uang 2000 rupiah terdiri dari 4 keping recehan 500-an !! Rasanya saya tidak pernah terlanda perasaan iri pada mereka yang mempunyai rumah bagus atau mobil mewah, cuma kali itu saya sempat terpapar sekelebat rasa iri kepada yang mampu membeli beras!!  Tapi seketika  terhibur juga karena tiba-tiba muncul pemikiran bahwa yang bisa membeli  beras  itu  belum  tentu  mempunyai  gagasan  kemasyarakatan, demikian  juga yang berumah mewah dan bermobil bagus…he he.  *Rumah memang kemudian bisa diselamatkan   dari penyitaan bank.  Tetapi saya harus segera mengembalikan dana talangan itu (lepas dari kejaran bank, lalu dikepung oleh yang lain lagi!!)  *Ditambah uang gedung dan SPP sekolah kedua anak saya juga belum mampu membayarnya.  *Bila hujan rumah kami bocor air  meluncur ke mana-mana sampai lambah-lambah istilah Jawanya. *Televisi tabung satu-satunya pun gambarnya kurang jelas, kepala penyiar/bintang tv-nya blabur, running tex-nya sulit dibaca.…..*Anak bungsu saya yang masih TK sering bilang ingin agar tubuhnya  bisa lebih tinggi   lagi dengan ingin minum susu Boneeto kesukaannya, namun berulangkali saya tak punya cukup  uang guna membeli….*Jika terompet pedagang  Sari Roti terdengar atau  yang  lainnya lewat di  depan rumah, saya berdebar-debar sekali. Khawatir jika tiba-tiba anak saya minta dibelikan,  sementara saat itu tak ada cukup dana. *Ketika ia ingin minta uang kecil untuk ditabung di dompet kesayangannya pun pas tak  ada uang. *Saat liburan sekolah keinginannya main ke alun-alun seperti teman-temannya juga tak kesampaian, ia ingin  naik kereta api mini atau makan batagor !!   Maafkan ayah ya, Nak.   *Suatu hari ketika memberikan uang kepada peminta-minta dari balik punggungnya, saya lihat ia tengah menghitung lembaran-lembaran uang yang  jumlahnya jelas lebih banyak dari yang saya miliki !!). 
NB: Dan masih banyak tak terhitung kisah yang belum termuat dalam buku ini hingga rasanya tak tega untuk menuliskan semua, lagian  saya juga tidak terbiasa berlarat-larat serta tidak berminat dengan narasi yang mellow-mellow. Sorry banget  pula ketika itu saya sengaja tidak aktif di FB, harap maklum demi ngirit kuota.                                  
                                                               
                                                              
*Terngiang jauh sebelum episode yang cukup dramatis itu saya alami, situasi genting yang membikin istri  saya  sangat down (maafkan saya Hesti.… jantungmu sering terasa terteror dan rasa itu merambat hingga ke rahim serta perutmu, kau merasa jahitan operasi cesar 2 anak kita menjadi terganggu). Saat itu ada 2 orang pegawai bank yang berkunjung ke rumah dan  salah satunya melontarkan kata-kata yang hingga kini serasa   masih mendengung di ruang tamu  :”Ya sudah, surat lelang rumah dipercepat !!”  Pegawai bank tersebut kemudian juga menyampaikan jadwal rumah saya segera dimasukkan balai lelang.   Benar-benar  hampir terjadi tragedi terhadap  rumah yang saya beli dari hasil “buku-buku” itu !!  Rumah  sejuk seluas 400 m2 lebih tempat saya bercengkerama dengan anak-anak. Anak bungsu saya juga sedang senang-senangnya main sepeda di halaman bersama  teman-teman  sebayanya.  Rumah tempat dimana saya biasa memadu  kasih-membara dengan istri (kadang siang, lebih  banyak malam !!).   Rumah  yang   terletak  di dalam  kota, dan  di halamannya   tumbuh  pohon  mangga, jeruk, pisang raja goreng, sukun, pepaya, jambu, nangka, sawo, ketela pohon, lombok, tomat, ubi jalar, serai, pandan, kunir, kemangi, camcao, kencur, lidah  buaya  dan tanaman obat yang lain, dan buahnya sering kami bagi-bagikan buat para tetangga.                                                                                                   
             Selepas mendapat ancaman itu selain seketika terbayang masa depan anak-anak saya     yang sedang senang-senangnya bersekolah (pas tahun ajaran baru), saya juga teringat teman-teman NanCita. Sedikit banyak selama ini NanCita telah menemani  serta  membahagiakan  teman-teman. Saya gr bahwa  teman-teman    tentulah selalu mendoakan NanCita include saya sekeluarga.  Terima kasih tak terhingga banget YOYO “Redjo” dan semua teman yang tidak dapat saya sebut satu persatu !! Saya pun selalu mendoakan dimana pun teman-teman tumbuh dan berjuang.  Sesuai tagline-nya : NanCita Menemani Pertumbuhan Generasi.  

            Ketika itu yang senantiasa  terbayang  adalah  NanCita harus tetap eksis, sudah 17 tahun       usianya, istri dan anak-anak tetap bisa bercengkerama di rumah itu serta teman-teman NanCita tetap punya tempat berkunjung dan berdiskusi sambil wajahnya merona bahagia !! Yang tengah merantau pun, jika pulang kampung bisa bernostalgia bareng NanCita….                                                                                                                                                                                           
             Sering  saya  berada  dalam  kontradiksi  perasaan :  hati saya  tertekan   karena   mikirin       tagihan bank, sementara sering saya lihat kebahagiaan yang dipancarkan  oleh  anggota     perpustakaan yang berkunjung karena mendapati   buku-buku  yang  mereka  inginkan                                                                                                                         
           Tetapi syukurlah  pikiran  saya  masih  bisa  diajak  berbincang tentang aneka tema oleh teman-teman.  Bahkan juga suara  jiwa   masih bisa terpanggil ketika ada yang curhat tentang aneka 
problema kehidupan. Minimal memberi dorongan semangat, terutama bagi yang memiliki tekad-meluap hendak berjuang.  HOBI MEMBACA  ternyata mampu  membuat garis demarkasi antar persoalan walau bertubi-tubi serangan datang.  Dan selalu   tersedia  pilihan  solusi untuk     memecahkan problem pribadi, dan bahkan juga persoalan orang lain…!  Antisipasif dan tahan banting !!        
                                                                                                                                                                                  
RENUNGAN “PERBANKAN”
Kenapa ya solusi yang ditawarkan bank kepada nasabahnya yang mengalami gagal bayar selalu disuruh JUAL ASET !? (solusi khas perbankan, pertimbangannya jalan pintas bukan berdasarkan kreatifitas).  Kok tidak dilihat dulu “spesifikasi konten usaha” nasabah itu, seberapa jauh nilai manfaatnya buat masyarakat sekeliling.  Usaha perpustakaan misalnya (he he he…).   Kan bisa didukung dengan pos CSR? (Eh, CSR itu sebenarnya ada nggak,sih,  padahal neraca  tahunan bank biasanya laba gede lho?). Saya kira banyak  usaha  yang langsung kejet-kejet gulung tikar dan terkapar ketika digertak dengan: jual aset untuk   menutup pinjaman !!  Kelak ada nggak ya layanan perbankan yang bisa menyentuh jantung manajemen dari usaha nasabahnya?  Sehingga nasabah (terutama yang berskala kecil) tidak diberi PINJAMAN semata lalu DITAGIH saja, namun ada pendampingan riil yang berkelanjutan. Jangan kayak bank plecit. Begitu gagal bayar lantas dikejar hingga ke lubang semut sekalipun, sesuai dengan “marwah” bank plecit (plecit  adalah  bahasa  Jawa yang  artinya  dikejar-kejar).  Berarti  nanti  pegawai  bank   akan  menguasai prinsip BEP usaha dan jalur hulu-hilir secara praktik sesuai dengan bidang usaha  nasabahnya yang dikucuri kredit.   Maka kiranya tingkat peristiwa gulung  tikar para pelaku usaha akan bisa ditekan oleh karena masih diberi semacam buying time yang terpantau dan terukur.  Jika ada nasabah yang wan prestasi, sebenarnya yang paling   banyak memikul penyebabnya itu siapa ya : si nasabah itu, situasi ekonomi atau analis bank?  (Saya terkesan sekali dengan ucapan seorang teman: “entah jabatannya keren sebagai branch manager, chief of auditor atau founding officer misalnya, dan dengan penampilan perlente sekalipun, gedung kantornya pun megah dan tinggi, sesungguhnya secara “duniawi” pekerjaannya sama saja dengan  pegawai  bank  plecit  yaitu  gaweane motangke duwit atau  istilahnya mlecit.” Teman  saya itu seorang pegawai bank, penampilannya juga keren, wangi, motornyapun bagus. Ia   bercerita pula pengalaman ketika terpaksa harus mlecit alias mengejar-ngejar nasabahnya yang wan prestasi.  Ia hebat, jujur !! Semoga pekerjaannya itu mampu membahagiakan serta menyelamatkan hidup dunia-akhiratnya).                                                                                                                           
                                
Catatan:  
             Usulan bagus dari pegawai bank untuk menjual aset berupa rumah, saya terima sebagai usulan semata alias ogah-ogahan saya laksanakan.  Sayang banget rasanya bila sampai kehilangan rumah semata-mata karena  pinjaman pada bank. No problem jika kehilangan rumah itu disebabkan untuk membangun gedung atau guna biaya anak-anak bersekolah. Rasanya lebih keren!!  Rumah Wonosobo yang terbeli selepas memeras keringat sebagai TKI, rumah yang serupa “taj mahal” dimana romantika pengantin baru berlangsung di situ.  Dan rumah Temanggung yang merupakan hasil NanCita alias  terbeli  dari  kewirausahaan  di  bidang buku-buku. Bidang yang sangat saya sukai sejak dilahirkan !!  “Rumah NanCita” itu juga  sebagai “rumah candi” buat ke 2 anak saya tempat dimana mereka lahir dan dibesarkan.    Berkat keajaiban dari Gusti Alloh-lah 2 rumah tersebut bisa dipertahankan. Yang juga saya pikirkan jika rumah sampai tersita oleh bank adalah kondisi psikologis dua anak saya.  Mereka tentu akan tertimpa gunung-kecewa, belantara-malu, lautan-minder dan badai-amarah bercampur menjadi satu.  Kehilangan teman-teman sekeliling, kehilangan ruang-ruang kesayangan, kehilangan kepercayaan kepada orangtuanya!!  Embrio kebahagiaan mereka yang sedang tumbuh serasa dirampas tiba-tiba!!!    


               Pada saatnya tekanan finansial bisa terurai oleh anggota NanCita, saudara dan teman kuliah. Dan finishing touch-nya dengan sangat manis digocek oleh teman kuliah M.Romadlon JR (ia putra Temanggung asli bekerja di Pemda, dan setelah kurang lebih 30 tahun berpisah semenjak kuliah, baru kira-kira sebulan sebelumnya kami bertemu kembali, tiba-tiba ia nongol di perpustakaan saya, namun pada saat pertemuan kembali itu saya sama sekali tidak terbersit niat untuk menceriterakan nasib yang tengah saya alami).
              Selain itu cita-cita mendirikan gedung perpustakaan yang sudah lama saya impikan pun
tercapai juga atas dukungan dari Bapak HAR Tilaar dan Ibu    Martha Tilaar.  Bangunan perpustakaan yang berlogo Sari Ayu Martha Tilaar   tersebut, silakan Anda klik atau lihat di akun facebook NancitaBaru Temanggung.    Rasanya  mustahil  akan  beroleh  dukungan   jika saya tidak mempunyai kecintaan  kepada dunia literasi (semenjak dini).     Para anggota pun senang luar biasa. Merasa nyaman dalam memilih buku-buku dan mendiskusikannya.  Kami menghaturkan banyak terima kasih tak terhingga kepada Pak HAR Tilaar beserta Ibu Martha Tilaar. GBU selalu.  

       
                              “Seperti halnya kekayaan dan kebahagiaan, sesungguhnya  dalam    
                                kemiskinan dan penderitaan itu terkandung bejibun inspirasi”     
                                                                                                                                 
                         
                                   

_______________________________________________________________________
Breaking News 1 !!  
Ketika tengah asyik menyusun naskah ini, tiba-tiba saya mendapat email dari Bapak Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Grup isinya sebagai berikut:  

      "Mas Eko, begitu kembali dari Beijing tadi saya lihat ada kiriman dari Anda. Saya buka isinya buku-buku karya Anda.  Senang sekali saya menerimanya. Apakah buku yang sama sudah  diberikan juga ke  perpustakaan SMA Anda  dulu?  Buku itu sangat berharga.  Termasuk untuk mereka.  Biar menjadi inspirasi."  

Salam,  
Dahlan Iskan.   
______________________________________________________________________________                                                                                                                                                     
Breaking News 2 !!

28 April 2017 peristiwa yang mendebarkan terulang.  Yaitu bank hendak menyita rumah saya lagi !! Pukul 9 pagi dua pegawai bank datang, dan saat itu saya tak ada uang buat bayar angsuran. Pegawai bank mengatakan jika pukul 15.00 tak ada setoran, pemasangan tulisan penyitaan rumah akan dilakukan. Situasi tegang pun datang. Dan beberapa waktu sebelumnya saya telah dipertemukan oleh saudara “satu mbah buyut” yang semenjak lahir belum pernah berjumpa.  Tiba-tiba saya ingat dia, maka segera saya kontaklah dia.  Plong, Alhamdulillah ia memberikan solusi. Ancaman penyitaan rumah itu pun lewat.  Tidak seperti yang pertama, ancaman penyitaan yang kedua ini teratasi demikian cepat. Terima kasih tiada  henti saya sampaikan kepada Mas Edy Siswantoro yang telah menyelamatkan kami.  Juga kepada Mbak
Henny serta Tini yang turut mensupport aksi penyelamatan tersebut. Makasih  makasih makasih tiada henti.  
_______________________________________________________________________

         
               "Kemiskinan dan penderitaan itu sesungguhnya adalah lumbung inspirasi 
                 yang hanya merepotkan secara ekonomi.  Jika banyak memiliki inspirasi, 
                 kemiskinan dan penderitaan itu menjadi tidak berasa"                    

             
                                                                                                                                              
                          
1. Matur nembah nuwun Gusti Alloh beragam keajaiban telah kami terima, juga tiada henti  Kau  tuntun   perjuangan   berliku-liku   dari  desa  yang  bermodalkan  doa, gagasan  dan  berangkat dari    bekal NOL RUPIAH dan HOBI MEMBACA SEBAGAI CANGKUL-nya ini.

2. Terima kasih ayah dan ibu, sepasang hero-ku  selamanya.  Ayah yang selalu menyediakan aneka bacaan sedari kecil, dan ibu yang suka membaca. 

3. Terima kasih istri dan kedua anakku atas segenap kesabaran dan pengertiannya. Hesti, Fandy, Hanna, kalian adalah hidupku yang luar biasa. 

4. Terima kasih memori SMA, thank’s masa KKN Undip, terima kasih puisi !!           
      
5. Terima kasih kepada energi dan "hobi bergagasan" yang telah menghantarkan 263 pucuk surat, juga telepon, faksimili dan tak terhitung sms dan email. Surat-surat terutama untuk  20 tokoh  selama sekitar 5 tahun  meskipun  hingga  kini surat-surat gagasan tersebut, mungkin karena kesibukan para tokoh,  sebagian besar belum sempat dibalas.    
  
6. Terima kasih kepada keluarga Wonosobo serta Purworejo dan teman-teman kuliah: M.Romadlon JR (sorry banget De’e telah kuganggu en thanks   berat atas Al Imran 26-27-nya ya).  

7. Terima kasih kepada Mas Edy Siswantoro (bekerja di Pemda Magelang).                                                               
8. Matur nuwun banget juga saya ucapkan kepada Mas Nawadir dan istri, Mbak Peni “Nastiti”, penyaji mega-solusi.  Subuh itu kita sholat di masjid masa kecil kita setelah sekian lama sekali tak saling jumpa.  Selanjutnya Gusti Alloh menghantarkan keajaiban lagi kepada saya.... 

9. Terima kasih kepada Perpustakaan UNDIP, di situlah saya bisa berkenalan akrab dengan  Sigmund Freud, Paulo Freire, Alvin Toffler, David Berry, Boeke, Ivan Illich, Machiavelli, Plato, Socrates, Talcott Parson, Soedjatmoko, Kuntjaraningrat,dll.                  
  
10. Terima kasih tak terhingga sepanjang masa kepada Bapak Prof. Dr. HAR Tilaar, Msc. Ed serta Ibu Dr. Martha Tilaar, eksekutor “gagasan idealistik” saya.  Terkenang saat dipanggil ke rumah beliau berdua di Patra Kuningan Jakarta, selain terjadi perbincangan seru, juga dihidangkan soto yang kuahnya enak sekali. Hotel dan pesawat dibayari, disangoni lagi. Dan ketika diundang dalam sebuah acara yang diselenggarakan di ROEMAH MARTHA TILAAR (RMT) Gombong, Kebumen terhidang sebuah bangunan heritage yang dirawat dan dikelola sebegitu rupa sehingga tetap eksis menempuh lorong-lorong jaman.  Terbersit inspirasi, semoga kelak NanCita pun akan mampu menjadi RUMAH LITERASI yang juga akan menembus aneka medan waktu !!  Semoga.     
  
11. Dan…….terima kasih abadi selamanya pula saya haturkan kepada Bapak Dahlan Iskan yang telah berkenan merespon email saya yang sungguh sangat makin membangkitkan semangat saya untuk terus berjuang !!
                                 
                                                                   
(Naskah ini saya email-kan kepada Bapak Dahlan Iskan tanggal 10 Desember 2016 pukul 06.42, dan beliau membalas pukul 08.42): 
                                                                         
“Luar biasa kisah Anda ini.  Anda hebat sekali. Saat membacanya saya berdebar-debar karena khawatir kesulitan-kesulitan yang bertubi-tubi itu tidak ada jalan keluar. Saya menahan nafas membacanya.  Akhirnya saya bisa menarik nafas panjang.  Lega.  Happy ending.  Saya ikut berterima kasih pada keluarga Martha Tilaar.  Luar biasa.  Semoga pelajaran mahal itu bisa menjadi tonggak ke depan”  

Salam, 
Dahlan Iskan  
_______________________________________________________________________

NB: Foto-foto perjuangan yang terkait dengan segenap teks di atas bisa disimak via NOTES akun facebook  Nancita Baru Temanggung dalam tajuk KKN-ku Yang Sangat Kucinta (makin memperkuat ide pendirian NanCita) dan  Semburat Darah di Taiwan (berburu modal demi NanCita). 
_______________________________________________________________________
             
KALAU SAJA LAZIM INGIN RASANYA MASUK KE KUBUR AYAH-IBU 

Kalau saja lazim ingin rasanya masuk ke kubur ayah-ibu untuk erat memeluk beliau-berdua dan menghaturkan bertubi-tubi ucapan terima kasih karena telah mengenalkan buku sejak saya belia. Ayah yang rutin membawakan aneka macam bacaan, dan ibu yang telaten mengejakan huruf-hurufnya.  “Ayah, kelak gendong aku ke surgamu ya, tentu bersama ibu.  Ingin banget aku membaca buku-buku di situ bareng kedua adik yang kini telah bersamamu.  Bercanda seperti dulu ketika masih di dunia…….”  

Tanpa cinta kepada buku sejak kecil mustahil rasanya saya bisa berkali-kali melewati lubang jarum kehidupan.  Dan yang terkini bayangkanlah:  

1. Bulan Desember 2016 rumah selamat dari penyitaan bank. 
2. Hanya sejenak bernafas lega, bulan-bulan berikutnya badai tekanan finansial datang lagi.  Sebab penyelamatan tersebut dengan menggunakan dana talangan yang harus segera dikembalikan.  Saya seperti dikepung tagihan dari berbagai penjuru mata angin.  Termasuk angsuran  bank, pegadaian, koperasi, tagihan  listrik  2  bulan, kontrakan kios, SPP anak, uang  komite  sekolah dan sederet item sembako harian yang serasa berkejar-kejaran !!  Kadang saya tercenung-ngungun : mereka yang menagih itu pasti masih diberi kemampuan membeli beras, gas, dan lain-lain.  Tidak seperti  saya saat itu  yang hanya untuk  membeli  beras  barang 1 atau 2 kilogram saja, sungguh sangat berat !! Terpaksa mendahulukan untuk bayar bank, makan kami pun ya seadanya.  Boro-boro ke restoran yang tidak pernah  kami  lakukan, bisa  membeli  mie  ayam  atau  siomay  saja   sudah merupakan kemewahan dan hal seperti itu pun super jarang beli. Berlibur ke alun-alun saja sulit kesampaian. Apalagi ke Bali, sungguh mimpi !  Ke Eiffel atau Menara Pisa Itali, mabuk kali !! 

3. Terkenang saat terlanda kepungan tagihan paling dahsyat yang bisa mengirim saya ke titik nadir. Rasanya sudah mentok !!  Setiap saat degup jantung saya dan istri intervalnya makin rapat, intensitasnya lebih berat, dan sangat eskalatif !!  Laptop milik anak juga belum bisa mengambil. Serasa ada pisau tajam yang mengiris dada setiap anak saya bertanya : kapan laptopnya bisa diambil,Yah?  Dan sepeda motor yang biasa dipakai sekolah anak pun dititipkan kepada yang meminjami dana, terpaksalah anak saya jalan kaki ke sekolah (maafkan ayah ya, Nak….).  Emas-emas milik istri pun dilelang pegadaian. (Sorry banget ya Hesti…..namun bukankah sering kau katakan ingin hijrah  dari sistem bunga asuransi, pegadaian dan bank? Ingatkah kau dan apa pendapatmu dengan ucapan seorang pengusaha terkenal Temanggung yang beliau sampaikan di depan kita kala itu: “Sesungguhnya tidak ada orang bisa bahagia karena hutang bank”). Sebenarnya saya  ingin  protes  dengan  pendapatnya  itu: ada  kok  orang  bisa bahagia luar biasa karena hutang bank, yaitu jika bisa melunasinya he he he…..Terus terang saya sering terlanda rasa malu pada Tuhan sehabis berdoa begini: ”Ya Tuhan, tolonglah lunasi hutang-hutang saya”.  Lho, lha wong yang hutang itu saya, kok Tuhan diminta melunasinya, terkesan seperti mendikte Tuhan, begitu batin saya.  Maka redaksional doa itu kemudian saya ubah: ”Ya, Tuhan, tolonglah segarkan dan kreatifkan selalu akal pikiran saya agar bisa mengatasi hutang-hutang ”.  Nah, ini baru doa aplikatif, bukan doa imperatif!!  (Setuju bro?!!).

Mustahil rasanya saya akan beroleh TITIK BALIK dan semangat bertahan serta tekad berjuang jika ayah dan ibu sejak dini tidak mencintai saya dengan menyediakan buku-buku.  Dalam buku selain bisa kita tangguk sumur inspirasi dan gerak antisipasi, sekaligus juga untuk memperkokoh tiang pancang futurisasi !! Itulah sebabnya Kalau Saja Lazim Ingin Rasanya Masuk ke Kubur Ayah-Ibu untuk memeluk mereka mungkin dengan tangis yang takkan bisa saya tahan………………. 
(Setelah itu keluar lagi dari kubur ayah-ibu guna melanjutkan kehidupan dunia antara lain menyediakan buku-buku untuk teman-teman NanCita.  Juga ngobrol seperti biasanya, ada anggota cantik yang curhat hingga keluar air mata, berdiskusi seru,  mengeksekusi gagasan-gagasan dan aksi-aksi literasi lainnya.   Tanah warisan yang ayah-ibu tinggalkan pun semoga akan bisa makin melejitkan perjuangan di bidang literasi.  Dan pahalanya semoga pula akan  bisa dinikmati oleh yang pernah tinggal di tanah/rumah  itu beserta anak keturunannya.  Keajaiban selalu milik Gusti Alloh Ta’la).                                                     

                                                                        

      
                  “Selamat atas Kumpulan Puisi dan Artikel ‘CELOTEH ORANG PINGGIRAN’ 
                    Semoga bisa memotivasi rakyat gemar membaca.” 
                                                                                (Prof.DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed) 

                   “Eko, anda punya bakat besar sebagai penulis. Kredo Literasi sungguh  
                    luar biasa.  Apa sdr Eko menulis novel?”  
                                                                               (Prof.DR. HAR Tilaar, M.Sc.Ed)                                
                                  
  NB:Kisah ala  kadarnya  ini  saya  susun  sesungguhnya memang bukan
         ditujukan   untuk   menjadi   sebuah   buku,  sebab  saya  bukanlah 
         seorang   penulis.  Seorang  penulis  biasanya akan  senantiasa berjuang                                                untuk menulis  buku  berikutnya   lagi  setelah  ia  merampungkan
         sebuah   buku !!    Sedangkan seorang penggagas ia  tidak akan  
         pernah  berhenti  untuk  terus-menerus  bergagasan dan  berjuang 
         mewujudkan  gagasannya itu. Bahkan “direwangi” hingga berdarah-        
         darah sekalipun …!!! Seorang penggagas yang tak sengaja menulis
         buku, ia pasti akan selalu terangsang oleh hasrat hilirisasi.   

                                          

(Sesungguhnya saya tidak pernah berniat menjadi penulis. Lebih suka bergagasan, kemudian berjuang mewujudkannya. Dengan “filosofi sebagian-sebagian” ingin mengajak siapapun untuk berkhidmat dalam pengembangan dunia literasi. Sebagian menjadi penulis, sebagian menjadi pembaca, sebagian menjadi editor, sebagian menjadi penerbit, sebagian menjadi penjual buku, sebagian menjadi pembeli buku, sebagian menjadi penyewa buku, sebagian menjadi peminjam buku, dan syukur-syukur sebagian yang lain berkenan menjadi pewujud isi buku.  Dan kesemua pelaku literasi tersebut saling bersinergi demi kejayaan bersama).



                       Bergagasan itu sama dengan memelihara harapan 
                meskipun berkali-kali menemui kegagalan.  
                Justru dengan kegagalan itu harapan bisa kembali      
                dibangkitkan dari kuburan sementaranya.  
                                                                               
                                                     
                  Ayo menulis surat-surat gagasan   
                    dan cinta membaca !!    

Karena dengan membaca, pikiran akan menjadi lincah, jantan dan kuat.  
Sehingga tidak saja tahan banting, namun juga tetap santun dan 
antisipasif ketika menghadapi persoalan-persoalan rumit, berkelok-kelok 
dan berat
Karena dengan membaca, aneka gagasan akan senantiasa datang, tertangkap 
dan tergenggam.
Karena dengan membaca, hidup serasa tak bisa berhenti menawarkan 
harapan kebahagiaan. 
KARENA DENGAN MEMBACA KITA AKAN BISA MENGEDIT NASIB,  
MENGELOLA PROBLEMA DAN MEMBUAT SKALA PRIORITAS 
KETIKA HENDAK MENGEKSEKUSI SOLUSI.  Tenan iki bro !!
                       
Selalulah membaca, sambil tetap menikmati tren hobi terkini :  
makan-makan, nyandang, nonton, bersolek, berfoto dan dolan-dolan !! 
Yuk, kita dirikan semacam AKADEMI MEMBACA  sebagai melting pot literasi.

Bergagasan terus, Njo dan tuangkan dalam surat-surat!! Korsel saja perlu  
persiapan 20 tahun guna meledakkan gelombang hallyu yang bikin dunia 
tercengang dan terpaku-pana.  Dan kita hanya bisa klepek-klepek terangsang  
tapi tanpa orgasme!! John Hanke juga butuh waktu 20 tahun untuk menciptakan 
Pokemon Go !! (meski game ini kini sudah tiarap, diganti Om Telolet Om 
yang juga sudah meredup-tiarap seperti nasib Anthurium dan Batu Akik…
kita tunggu GAGASAN-KONSPIRATIF dan INSTAN apalagi yang akan mem-
booming kita??!!).                                                      

                        

 

                           "Gagasan tidak seperti janji yang bisa diingkari. 
                   Gagasan bukan untuk pencitraan diri.
                   Gagasan harus terukur agar bisa diuji sehingga 
                   tidak  terjerembab  hanya   menjadi  ilusi,
                   omong  kosong atau halusinasi"
                                       


 


Sebagai pemuja  literasi  sejak  dini dan kayaknya semenjak  SMA  sudah  sadar-semiotika, ingin rasanya bisa menempuh piramida literasi seperti ini :  

1. Bisa meminjamkan buku, 
2. Bisa menyewakan buku,                                        
3. Bisa menjual buku, 
4. Bisa menulis buku,                                                                                                                    
5. Bisa menerbitkan buku, dan   
6. BISA MEWUJUDKAN ISI BUKU (HILIRISASI), yang ke 6 ini adalah pencapaian aktualisasi diri (meminjam teori Abraham Maslow).
                   
   
   
   


                                       
                                                                
                                                 
                                               
                  Bergelut dengan das sein dan das sollen, akhirnya menjadi seorang ayah juga

                
(Saya mendamba para tokoh bersedia mendengar suara rakyat kecil yang statusnya nothing sekalipun. Seperti yang saya alami.  Betapa sepasang tokoh nasional sekaliber Bapak HAR Tilaar dan Ibu Martha Tilaar, juga Bapak Dahlan Iskan, berkenan  menyimak gagasan-gagasan saya.    Padahal notabene saya hanyalah rakyat sangat kecil.  Tak berhierarki, belum sarjana, tak berpartai namun di setiap pemilu pasti nyoblos, tak berorganisasi, tak berbirokrasi, tak berkomunitas, hanya ber-KTP organisasi negara Indonesia !!  Di luar sana tentu amat banyak rakyat kecil yang juga bergagasan dan ingin disumbangkan kepada negeri tercinta ini, namun belum menemukan katalisator.  Ayo para tokoh, mohon dengarkan kami !! walau kami tidak ikut ubyang-ubyung berpolitik, nir glenak-glenik berorganisasi dan nonsens ceriwis berkomunitas!!).  


APAKAH TEMAN-TEMAN INGIN JUGA MELIHAT BAGAIMANA ISI, BENTUK DAN GAYA 
BAHASA SURAT-SURAT YANG SAYA KIRIMKAN KEPADA PARA TOKOH ?               
               
Simak bentuk surat tersebut yang termuat dalam buku yang saya iklankan berikut ini, he he he……                                                                      
KISAH DI ATAS SELENGKAPNYA SANGAT TERKAIT DENGAN SELURUH TEKS YANG 
TERMUAT DALAM BUKU INI:      
                                                       

                                                
                                                                                   

             
Berikut ini cuplikan  DAFTAR ISI dari buku  
                                                                    SEKEDAR RIWAYAT DAN KREDO LITERASI 

BAB 1. SEKEDAR RIWAYAT DAN KREDO LITERASI………………………………………    
             PELAJAR TELADAN ABAL-ABALKAH ?...................................................................   
             MISKIN ATAU KAYA YANG PENTING BERLITERASI, DAN NYARIS 
             MENJADI MONYET YANG BERCINTA……………………………………………
             SMA ADALAH MASA BERDARAH-DARAH DALAM BERSASTRA…………………
             BERPIKIR DENGAN BAHASA DAN BERKOMUNIKASI MENGGUNAKAN BAHASA, 
             DIMANA BEDANYA?.....................................................................................................
             PILIH MANA : BERDOA LANGSUNG BERUSAHA ATAU BERDOA, BERGAGASAN  
             SEKALIGUS BERUSAHA………………………………………………………...........    
             PAKAR TTS…………………………………………………………………………….       
             ANJING KAMU…………………………………………………………………………      
             PERJALANAN LAPAR…………………………………………………   
             PAKAR SEX……………………………………………………………………………….     
             IMPORTIR VCD BIRU……………………………………………………………………       
             MESIN KETIK, SUMPAH DAN TIMUS……………………………………………………
             DISKURSUS ANTARA PENGGAGAS DAN PENULIS………………………………  
             KEMISKINAN DAN KREATIFITAS………………………………………………………
             OTAK LITERATIF DAN MEMORI YANG KUAT…………………………………………
             NARASI DAN KELAZIMAN PARA PENGUBAH KEMISKINAN……………… 
             HOBI MEMBACA DAN HILIRISASI PENGETAHUAN…………………………………… 
             KETIKA MENDIRIKAN NanCita…………………………………………………………
             VIRUS DERET HITUNG DAN DERETUKUR……………………………………  
             PUISI IDOL…………………………………………………………………………………   


             
BAB 2. LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………………
            SEKELUMIT PERJALANAN SAYA SETAMAT SMA……………………………………                  FOTO-FOTO SIKLUS……………………………………………………………………  
             HIDUP BERBAHAGIA DENGAN PERPUSTAKAAN…………………………………
             Ide Sanggar Bacaan NanCita  dan Upaya Memperjuangkannya……………………………     
            ARTIKEL-ARTIKEL………………………………………………………………..                                   • Pemuda Militer dalam Persepsi  Seorang Pemuda Sipil…………………………   
                • Homo Sapiene-Homo Faber : Homo Homini Lopus?.....................................................
                • Generasi Muda Pendidik dalam Konteks Regenerasi dan Kualitas  Anak Didik..................
                • SURAT PEMBACA……………………………………………………………………
                • Walau Temanggung Berjuta Walau………………………………………………………                                                                                                             
            SEGEBUNG NOSTALGIA MASA SMA ………………………………………………  
            Cuplikan Buku KAN KUKENANG DALAM-DALAM………………………………………
            Cuplikan Kumpulan Sajak Saat Kelas 1 SMA : PARKIR..........................................................  
            KOMPILASI SELINTAS GAGASAN……………………………………………………                              * PASAR MALAM PEMDA……………………………………………                                                * SUBSIDI CARTERAN WARGA..............................................................................
                     * WISMA  JARIAH.......................................................................................................   
                     * KAMPUNG LUKISAN...........................................................................................     
                     * MINI BIOGRAFI………………………………………………………   
  
            STOP PRESS : KOMPILASI CUPLIKAN BUKU......................................................... 
            • DANURBA…………………………………………………………………………..……      
              Marak, Rentenir Berkedok Koperasi………………………………     
              Bikin Menjerit, Warga Semprit Bank Plecit………………………………  
              Nyawa Melayang di Tangan Penagih Utang……………………        
            • RIMBA PUISI ANTAR KOTA………………………………………………………     
            • CELOTEH ORANG PINGGIRAN (Kumpulan Puisi dan Artikel).......................................
            • MOBIL SURGA (Kumpulan Cerpen)……………………………………     
            • KAN KUKENANG DALAM-DALAM (Memori Masa SMA)………………
            • SURAT UNTUK SANG PROFESOR, Perjalanan Berkelanjutan Memperjuangkan Gagasan
              (EDISI BAJAKAN)…………………………………………………………………     
           • SURAT UNTUK SANG PROFESOR, Perjalanan Berkelanjutan Memperjuangkan  
              Gagasan   (EDISI ASLI)…………................................................................…
            • DENGAN CINTA MEMBONGKAR TALENTA (Sinergi Kehidupan Prof. Dr. HAR                           Tilaar, M.Sc.Ed dengan DR HC Martha Tilaar)………………………   
               SURAT-SURAT KEPADA TOKOH……………………………………… 
               PRESIDEN-KEPALA DESA………………………………………………
               Kumpulan Sajak PARKIR………………………………………………………….    
               PUISI-PUISI RADIO DALAM LIPATAN SURAT…………………………………       
               BEGITU-BEGITU SAJA MAKA BEGINI: Out of the Box-kah.........................                   
               KUIS LEGENDA KOTA (Arsip)………………………………………………       
               BURSA GAGASAN (Arsip)……………………………………………………………     
               PROGRAM BERIKUTNYA SETELAH KUIS LEGENDA KOTA (Arsip)………   
               RIMBA PUISI TEMANGGUNG (Arsip)……………………………………………    
               BONUS : SEPUCUK DARI 229 PUCUK SURAT…………………………………………   
               INGIN KEMBALI KE KAMPUS…………………………………………


PADA AWAL PERGELUTAN DENGAN DUNIA LITERASI TERSUSUN PULA  SEBUAH BUKU BERJUDUL:
KAN KUKENANG DALAM-DALAM (memoar yang disusun saat duduk di bangku SMA).   
                       

(Buku kenangan SMA ini selain memuat 47 profil teman sekelas dengan beragam opini mereka, juga terpacak 26 buah puisi-memorik, 11 sketsa “cerpen-futuristik”, foto-foto di kelas, pantun, renungan serta TTS persahabatan, dan lain-lain. Buku ini lahir juga dikarenakan oleh keaktifan saya dalam kegiatan SASTRA RADIO kala itu.  Sesungguhnya buku sederhana yang memorable  dan serupa “masterpiece” ini senantiasa menjadi penghela saya untuk terus terlecut bergelut dalam dunia literasi. Saya pun selalu terpacu untuk mengajak rombongan anak-anak SMA yang sering datang di perpustakan saya agar tekun membaca dan menulis, juga siapapun mereka yang peduli kepada aksi bergagasan).    

     
                                                                                         
                  Judul  : HERMIN YULIANINGSIH. 
                  Berdomisili di : Jln. Kesatrian No. 13 PURWOREJO,KEDU, JATENG. 
                  Dilegalisir jadi bayi pada tgl : 26 Juli 1963 (LEO). 
                  Hobby sahabat ini al : Tidur, makan dan ndengarkanmusik yang nglangut-  
                                                      nglangut.    

                   “Yuliii….”, begitu jika ibunya  memanggil kawankita  ini. Gadis berpenampilan
                   serba  praktis  dan  tercatat sebagai  Sekretaris II kabinet  terakhir  kelas kita ini  
                   punya  idola tokoh Bung Karno. Dia  ini  berpendapat bahwa modern itu adalah   
                   segala  tingkah hidup yang  mengikuti  perkembangan zaman dengan kebudayaan   
                   tinggi, dan  hanya  diambil  hal-hal  baru yang dapat  memperbaiki  cara  hidup. 
                   Wah, ternyata  seraut  wajah di sini  ini  punya prinsip hidup yang  yahud, begini :  
                   “Bukan   kepuasan   atau  kemewahan   yang   kucari, namun kedamaian   dan   
                   kebahagiaan. Bukannya harta  yang  hendak  kutabung,tapi amal  budi untuk  
                   bekal  dalam aku kembali ke alamabadi.”  O, cowok yang berwibawa, tenang,  
                   sederhana dalam  penampilan , setia dan tanggung   jawab  serta  bijaksana  
                   kepribadiannya, ternyata menjadi idaman dari kawan kita ini.  Dan ia ingin sekali 
                   menjadi manusia yang berguna buat sesama.  Oh ya,dia  juga  punya  favourit  
                   terhadap aktris si mata biru Michelle Pfeiffer dan novelis La Rose serta ilustrator  
                   /kartunis majalah “GADIS” si Jon.  Masyarakat bisa kejam bila kita tidak dapat
                   menyesuaikan diri, namun sebaliknya juga bisa membuat kedamaian  apabila
                   terjalin pengertian dan  penyesuaian, begitu kesimpulan  atas  pandangannya 
                   terhadap dinamiknya masyarakat.  Dia juga bilang bahwa kehidupan di masa  
                   remajanya cukup menyenangkan, penuh akan pengalaman dan petualangan.  
                   Kawan yang senang terhadap musik jazz dan slow serta film detektif juga roman 
                   psychology ini ternyata sangat sayang pada bapak ibunya tercinta.  Mengenai  
                   saat- saat yang tidak menyenangkannya sebagai pelajar, kalau nilai hasil ulangan  
                   jelek dan tak siap dalam ulangan dan tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima   
                   pelajaran.  “Semoga persahabatan kita ini abadi, dan bila ada acara pertemuan saya  
                   harap teman-teman bisa mendatanginya, ya ?  Dan tak lupa jika ada diantara teman-  
                   teman yang mau itu tuh…. nikah, bagi-bagi undangannya ya ?”, begitu serangkai
                   pengharapannya (H+E).  

                   bersua muka lagi dengannya yang ke ..                         goresan lembut jemari kenangnya 
                   tertanggal ….. di …………   

                                     
                                                                               
            Cowok  ini bercap : NANANG WIDIHARTONO. 
            Parkirnya di : Jln. Dewi Sartika 7 A, PURWOREJO, KEDU,JATENG. 
            Catatan kelahiran : 30 Januari 1963 (AQUARIUS). 
            Dia punya hobby : Catur, baca buku pengetahuan, senam biasa  dan lari-lari pagi.  

            TONO, panggilannya.  Penguasa Daerah  Istimewa Yogyakarta yang  pernah   
            menjabat  sebagai  Wakil Presiden Sultan  Hamengkubuwono IX,  ternyata   
            menjadi   tokoh favourit  dari  kawan kita  ini,  disamping juga  BJ. Habibie.  
            Ketika   terhadapnya   dilontarkan pertanyaan  guna memancing  pendapatnya    
            tentang  putus  asa, dia katakan bahwa putus  asa  itu seharusnya  kita hindari dari   
            diri kita. Begitu.  Dan  waktu  diminta   pendapatnya sehubungan  dengan   
            gegapnya  modern  dewasa   ini,  dia kasih  opini  bahwa  modern itu  adalah   
            cara  berpikir bagaimana agar kita dapat menyesuaikan diri dengan   
            lingkungan. Sebagai  ilustrasinya, dia  sempat menyampaikan permisalan begini :          
           “Apa  perlunya  menghemat BBM ?, menurut dia “retorik”semacam itu adalah  
            merupakan hasil pemikiran orang modern.  Dan mengenai bidang musik, kawan  
            kita ini ternyata menggemari musik yang beraliran jazz dan rock.  Serta buku yang  
            berisi pendidikan ia senangi pula.  Sedang kalau film, dia pilih yang bertemakan          
            sejarah atau    perang.  Kawan kita ini mengakui kadang masih kurang dapat  
            menyadari akan pentingnya waktu.  Dan ketika diminta pendapatnya tentang kapan  
            sebaiknya buat jatuh cinta dia kasih batasan pada umur 20 sd 25 tahun, sedang  
            kalau untuk berumahtangga setelah dalam usia 25 sd 30 tahun.  Dan mengenai  
            cewek idaman dari kawan kita ini adalah yang sopan santun dan berpendidikan.   
            Kawan-kawan, sahabat kita ini punya cita-cita ingin jadi anggota ABRI (semoga  
            tercapai).  Dan harapan tentang persahabatan kita ini dia bilang demikian :”Kalau  
            perlu kita teruskan ke jenjang perkawinan.” (Tidak salah ketik ini lho!).  Dan  
            semoga saja perlu. (B). 

            ia ini aku sua lagi yg ke ….                                                    goresan memorynya  
            tgl ………. di …………                                                                                                                                                                                     
  
            Kawan kita ini bernama : SUMARYATI SRI ROHANI. 
            Istananya di : Cangkrep Lor, Gg. Sidosari, PURWOREJO, KEDU.  
            Tercatat sbg penghuni jagad : 16 Mei 1963 (TAURUS).  
            Dia punya hobby : Menyulam dan kruistik.  

            Boleh  panggil SRI, boleh   juga  MARYATI.  Kawan kita ini membagi waktu 
            dalam 3 jenjang  yakni: (1) waktu adalah ilmu, (2) waktu adalah tugas yang  terbeban,
            (3) waktu adalah mendidik anak-anak (ketika sebagai pelajar, sudah kerja dan kelak
            sebagai istri).  Tokoh emansipasi wanita Indonesia RA Kartini itu ternyata menjadi
            idola dari kawan kita ini, disamping Bung Karno  dan Soeharto. Juga seniman Chairil
            Anwar, Bimbo dan Swaramahardhika Group,ia senang pula.  Kalau musik dia pilih yang         
            sentimentil, buku novel yang  “detektif” termasuk kesenangannya juga. Teman-teman              
            berusaha itu adalah pangkal keberhasilan, disamping doa harus selalu dipanjatkan.                   
            Insya Allah   kegagalan takkan kita temui, namun keberhasilan yang kan tergenggam,  
            begitu serangkai kilahnya tentang prinsip.  “Putus asa itu tidak baik,ingat, kita diwajibkan
            berusaha, tetapi jika memang sudah suratannya terimalah saja karena nasib ada di tangan 
            Tuhan”, ujarnya tentang putus asa.  Oh ya, perihal modern ia juga punya pendapat :
            “Sesuatu yang baru yang selalu senada dengan perkembangan zaman, dan  mampu serta
            pantas untuk  dilaksanakan, itulah modern.”  Kawan ini kasih pendapat bahwa untuk
            jatuh cinta itu baiknya usia 17-18 tahun, sedang kalau berumah-tangga kapan saja asal 
            jodoh  datang buat hidup baru.  Ia mengakui bahwa saat yang tidak menyenangkannya  
            sebagai pelajar adalah bila raport dibagi dan ternyata ada angka merahnya, dan ketika 
           dimarahi/disinggung oleh ibu guru.  “Pokoknya tinggi deh.  Lihat aja besok kalau udah  
            kucapai.  Soalnya malu sih mau ngatakan.  Pokoknya teman-teman pasti dapat mengerti
            kelak kalau semuanya sudah kucapai.  Juga soalnya kini lagi kuperjuangkan sih,”  
            begitu janjinya tentang cita-citanya.  Dan kawan kita ini bilang dengan persahabatan kita :
            ”Aku mengharap kalian  semua tetap mengingatku hingga nanti.  Begitu pula
            aku akan  mengingatmu selalu.”   Ahoi – ahoi – oi.  Amin-amin Ya Robbal’Alamin (H).
  
            ia kusua lagi yang ke………….                                                   coretan memorynya
            tanggal…………..di………….
                                        
                                                                                                                                                               
                Kawan kita ini berletter : ATI HERNANI YULIANTI.   
                Punya taman di : Jl. Kliwonan I, PURWOREJO, KEDU, JATENG. 
                Disahkan jadi orok tgl : 3 Juli 1962 (CANCER). 
                Dia sukanya : Meninjau ke tempat-tempat yang ehm----ehm.  

                NANIK,  demikian  sapaan  sehari-harinya. Sahabat  kita inipunya prinsip hidup  
                begini :“Bangkit, Nekad namun Pasti.”  “Ck, ck …… Ooo,  ternyata   dia ini lebih akrab 
                dengan ayahnya sih,  pantas saja  prinsipnya  tegas.  Dan tentang modern  dia   berkilah   
                begini : “Di alam  modern dalam  bertingkah  dan  berpikir  hendaknya berdasarkan   
                pada  realita  dan  haruslah  mengukur  kemampuan,  jadi seandainya ada   seseorang  
                yang bertindak  hanyalah dengan meniru-niru  belaka, itu bukan nyamodern, tapi sok 
                modern.” Menurut gadis ini  pada masa  sekarang  orang tidak lagi konsekuen dengan
                agamanya. Mereka memeluk agama dan beribadah  juga mempelajari ajaran-ajaran 
                agama tapi sikap dan  tindak-tanduknya  tidak  sesuai dengan ajaran agama yang telah  
                mereka terima itu.  Dia yang pegang bendahari II kelas kita ini ternyata suka musik jazz  
                (instrumentalia).  Dan film/buku horor dan detektif, wah seneng juga dia.  Jika teman- 
               teman biasa putus asa, akan dicap banci olehnya.  Nach, tuh !  O ya,Ali Sadikin, jendral  
               yang andil dalam “Petisi 50” itu dan (ssst) ternyata menjadi tokoh idolanya.  Bagi yang 
               menganggap waktu itu tidak penting, disarankan oleh gadis ini, lebih baik tidak usah 
               hidup saja !  Mengenai cowok favouritnya adalah cowok yang tahu akan dosa, tahu  
               akan  kewajibannya dan bertanggungjawab.  Dan saat yang paling tidak menyenangkan 
               sebagai pelajar/manusia adalah jika keinginan-keinginannya gagal. Menurutnya usia  
                untuk jatuh cinta berapapun baik, asal berani menanggung resiko, tahu batas-batasnya 
               dan  haruslah selalu ingat akan batas-batas itu atas dasar ajaran agama.  Penilaian tentang  
                pergaulan masa remajanya : ya menyenangkan ya tidak menyenangkan.  Dan  
                harapannya dengan persahabatan kita, dia berucap demikian : “Semoga persahabatan 
                kita akan kekal abadi (amien).”  Dan sahabat yang sejati ialah sahabat dalam waktu 
                senang maupun susah.  OK ?  Oke, mbak ! (A+E). 

                bertemu dengannya lagi yg ke …                                                 tanda tangan kenangnya 
                tgl……… di ………… 
                                                                                                                  
                                                          
               “Secuil” raut di sisi ini punya merk : EDI YULIONO. 
                Kerajaannya di : Jl. Mayjen Sutoyo No. 47 PURWOREJO, KEDU, JATENG. 
                Diutus ke dunia tanggal : 28 Juli 1963 (LEO). 
                Hobby-hobbynya antara lain : Korespondensi, main bola dan makan enak.  

                Laki-laki di  samping  kiri ini, yang menyukai film jenis spionase  serta   musik  
                jazz dan  slow,  rupanya  merasa  tersentuh hatinya  jika melihat manusia yang  masih 
                ditimpa  kesusahan.  Kawan  ini sempat berpendapat  tentang  manusia dan agamanya  
                pada dewasa  ini  bahwa iman kebanyakan dari mereka banyak yang  telah luntur dari
                jiwanya, terbukti  dengan banyaknya  sekarang  ter jadi   pelanggaran-pelanggaran  
                hukum.  Tentang   pandangannya  terhadap   modern,  dia   berceloteh begini : “Modern 
                adalah segala  sesuatu yang  tidak  ketinggalan zaman dan cocok bagi pribadi  manusia.”  
                Dia yang menaruh  idola   terhadap tokoh   kharismatik Bung Karno   dan putranya, 
                Guruh, serta Bagong Kusudiardjo   ini ternyata juga sangat menyayangi kedua orang- 
                tuanya.  Dan rupanya saat-saat berkumpul dan bepergian bersama kawan-kawan,  
                seperti ke Tawangmangu itu, sangat berkesan dalam lembaran kehidupan remajanya.  
                O ya, dia ini juga “beridaman” tentang gadis, yakni gadis yang bersahaja dimana tampang 
                dan hatinya baik.  Sedang prinsip hidupnya : berusaha mendapatkan kebahagiaan lahir  
                maupun batin.  Dan tentang waktu baginya terasa berjalan sangat cepatnya, seolah tak ada 
                waktu longgar buat santai. “Putus asa tidak ada dalam kamus saya !”,kilahnya tentang  
                putus  asa, “bikin sesat jalan saja !”, lanjutnya.  Cita-citanya adalah menjadi manusia yang  
                disegani.  Ia yang sangat menyenangi buku-buku sastra berbau pendidikan ini berpendapat, 
                bahwa kalau sudah punya pegangan hidup, bolehlah perkawinan itu dilaksanakan.   
                Kemudian harapan-harapannya sehubungan dengan persahabatan kita ini, ia berucap :  
                “Semoga saja persahabatan yang kita rintis ini dapat berlangsung terus, sampai kita menjadi
                kakek-kakek dan nenek-nenek (bagi putri tentunya), sehingga tali persahabatan kita  
                tetaplah ada.”  Amin…! Amin Amin Ya Robbal ‘Alamin (B). 

                aku bersua dengannya yang ke …..                                           coretan tegas memorynya  
                tgl ………………….. di …………..                                                        

                                               
         
               Sahabat kita ini bernama : IDA AYU ANOM SWANTARI. 
               Tempat segenap resepsinya di : Baledono IV RT 38, PURWOREJO, KEDU. 
               Ketemu sesama manusia tgl : 6 Agustus 1963 (LEO). 
               Dia punya hobby : Corespondence, stamp collect and postcard collect.  

               “Work hard for a better tomorrow.”  Bravo !  that  was a good principle !  Prayer  
               always  for it !  OK ?  Teman-teman, cewek di sisi  kiri  ini  punya cita-cita  ingin  jadi 
               manusia  yang  sukses.  Olehkarenanya  ia punya   tanggapan tentang waktu  yang  begini :  
               Dari pagi lari  ke sore, dari sore lari ke pagi. Begitu  cepat  berlalunya  waktu, itulah  
               sebabnya  ia tak  mau  dikejar  oleh  waktu, tapi  waktulah  yang harus  ia kejar. Begitu.  
               Sedang   mengenai putus asa, dia katakan  bahwa hal  itu menunjukkan sikap yang kurang  
               jantan  sebagai  manusia, seharusnya manusia  tak  perlu  putus asa, namun    terus    
               berusaha. Dan  si “botak Kojak”-nya  India yaitu  Mahatma  Gandhi itu ternyata menjadi   
               tokoh  favourit dari kawan kita ini, disamping Bung Karno dan putra bungsunya : Guruh  
               Sukarno Putro.  Penilaiannya tentang kedudukan manusia beragama dewasa ini menurut-
               nya sudah cukup baik, rasa toleransi antar umat  cukup besar.  Na, mengenai cowok idaman 
               adalah yang supel, lincah dalam pergaulan tetapi juga harus yang sopan Papanya,  ternyata 
               menjadi manusia idolanya.  Kawan yang senang terhadap musik jazz dan yang berirama 
               romantik sentimentil tapi juga gemar film-film keras seperti kungfu ini memberi pendapat  
               tentang usia yang baik buat ber-RT yaitu pada usia 23-25 tahun bagi cewek, sedang kalau  
               cowok sip pada usia 28-30 tahun, tentang jatuh cinta dapatlah dimulai dengan terlebih 
               dahulu memperhatikan situasi dan kondisi. Oh ya, tentang definisi modern menurutnya  
               adalah kehidupan yang baru dan yang telah meninggalkan kefeodalan, baik dalam cara  
               berpikir  maupun sistem pergaulan.  Dan tanggapannya dengan hal itu cukup buat ikut  
               “hanyut”  semasih berpegang pada peradaban, kebudayaan dan pribadi bangsa sendiri.   
               Kemudian tentang harapannya dengan persahabatan kita dia kasih suara hati begini : 
               “Semogalah persahabatan ini akan tertambat erat dalam hati kita semua,sepanjang jalan  
               hidup kita.”  Semoga (R).

               bertemu dg-nya lagi yg ke ….                                                   tergores ttd memorynya 
               tgl. ……………… di ……….                                      

         

               Teman kita yang ini punya sticker diri : RINNY LISTIANA. 
               Alamatnya + maminya juga di : Jln Pramuka 50, PURWOREJO, KEDU. 
               Usianya dihitung mulai tgl : 10 Oktober 1963 (LIBRA). 
               Bilangnya dia punya hobby : …. Ada deh !  

               RIRIN,  adalah  teguran  akrabnya.   Ketika  terhadap teman ini dilontarkan  
               pertanyaan : apa sebenarnya modern itu ?   Dia kasih  jawaban  demikian :  “Bisa  
               menempatkan  hak  dan  kewajiban   pada  tempatnya   serta  dapat menyesuaikan   
              diri  dengan  keadaan.  Dan  modern  itu penting   sebenarnya,  tapi  jangan  over 
              acting lho.”  Ia yang  menaruh  sayang terhadap mama  papanya ini ternyata  juga  
              “jatuh idola” kepada  Bung Karno. Kalau  tokoh senimannya  relatif saja,  walau ia   
              senang  dengan hasil-hasil seni seperti gamelan Jawa dan  lagu-lagu pop Indonesia.  
              Pendapatnya tentang usia yang  baik buat jatuh cinta dia kasih batasan yaitu pada  
              usia 18 tahun bagi cewek, 20  tahun buat cowok, sedang kalau untuk berumah tangga  
              baiknya pada usia 22 sd 25 tahun bagi cewek dan 25 sd 30 buat cowok. Saat yang
              tidak menyenangkannya sebagai pelajar adalah jika ulangan dibagi dan nilainya jelek.  
              “Sedih deh”, begitu tandasnya tentang itu.  Sedangkan sebagai manusia saat yang tidak 
              mengenakkannya ialah andaikata keinginan-keinginannya tidak tercapai. Kawan yang  
              senang membaca buku yang mengungkapkan seluk-beluk wanita ini ternyata juga  
              gemar film jenis detektif, disamping drama remaja.  Mengenai cowok favouritnya ialah  
              yang bisa cocok dengan hatinya.  Sedang prinsip hidup dia punya yang begini :  
              “Kalau ingin hidup jangan putus asa dan kalau putus asa janganlah hidup.”   
              Itulah sebabnya ia menyatakan bahwa putus asa itu adalah suatu penyakit yang selalu 
              menggoda dalam perjuangan hidup.  Dan “petuah”-nya tentang waktu dia bilang bahwa  
              dalam segala hal kita harus dapat mengingat dan mengatur waktu dengan baik.  
              Ketika diminta pendapatnya kira-kira bagaimana kedudukan dirinya dalam masyarakat  
              lingkungannya, ia katakan bahwa mereka yang benci padanya akan menjelek-jelekkan,  
              dan yang senang memujanya segede gunung.  Dan keinginannya dengan persahabatan 
              kita  dia berharap semoga saja dapat terjalin terus sampai nanti kita jadi nenek-nenek 
              kakek-kakek.  “Oke ?!”  Oke ! (A). 

             terjumpa dg-nya yang ke ……                                                      coretan memorynya 
              tgl. …………….... di ………..  

                                                                     
                         
                Tulis saja : RIFA NAWANGSIH. 
                Dia ini punya cermin di : Jl. Sibak No. 20, PURWOREJO, KEDU, JATENG. 
                Didorong ke dunia tgl : 6 Desember 1963 (SAGITARIUS). 
                Hobby dia : Eat and sleep.  

                IPAN atau IPA, sapaan  preman dari  cewek  ini.  Dan kawan-kawan,   dengan  
                sedikit  ber-hadist dia bilang : “Putus   asa   adalah  dosa  besar.” Apa    cita-citamu ?   
               “Jadi orang  berguna   bagi  keluarga,  agama  dan  juga  manten  yang serasi.”  Seperti   
                apa   cowok   idamanmu ?  “Yang bertanggungjawab, ngganteng,  IQ tinggi, satu agama 
                dan dapat  diajak di  dalam  kesenangan   maupun  kesengsaraan.” Itulah   sejenak  
                “interview” dengan kawan  kita  yang senang sama musik jazz, kroncong  pop dan 
                country. Dan tentang film dia pilih yang  drama  keluarga  Indonesia, juga ia senang 
                sama   majalah “GADIS” serta  novel yang asik dan  bermutu.  Diminta pendapatnya  
                tentang  modern dia katakan bahwa modern (orangnya) adalah yang cukup ilmunya dan  
                mau mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri maupun orang lain. Dan  
                menurutnya modern tersebut perlu sekali, sebab jangan sampai kita ketinggalan dari  
                yang lain mengenai apa saja.  Dan pendapat dia tentang usia untuk jatuh cinta dapat  
                dijalani pada usia 21 tahun dan sudah bekerja, sedang kalau buat nikah sudah pantas  
                pada  umur 25 tahun bagi putri, dan 30 tahun buat putra.  Jika sudah nggak punya  
                keinginan  (nglokro) dan saat males buat “agresif”, adalah merupakan saat yang tidak  
                menyenangkan baginya.  Mengenai prinsip hidup dia punya yang begini :pantang 
                mundur, terus beribadah, selalu berbakti terhadap orang tua (Insya Allah).  
                Kawan, gadis yang beridola terhadap Bung Karno, Hatta, Reagan dan Lady Di serta
                seniman Bing Slamet, Abdullah dan Bagong K ini menyebut orang tuanya sebagai 
                “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.  “Ah, banyak yang munafik, namun masih ada juga  
                yang  bisa dipercaya”, begitu kilahnya tentang manusia dan agamanya. Dan 
                harapannya dengan persahabatan kita, dia berkeinginan demikian :“Janganlah hanya  
                banyak teori-teori melulu, yang penting kenyataannya, tau !”  (aduh,jangan beringas  
                gitu, non).  “Dan hargailah pendapat orang lain !  Serta janganlah meremehkan  
                seseorang !!”  !Se!mo!gaa!!! (A). 

               si dia aku jumpa lagi yg ke….                                                   goresan memorynya 
               tgl………. di …………    

                                 
                                                                                                             
                                                                                                        
                            Seperti apakah profil saya kala SMA?  Simak buku ini selengkapnya !!                                                                                                              
                                                   
                                       (Tiga pelajar SMA bernama Agus, Eko, Aqim)
 
                                                                                                                           
Selain  Sekedar Riwayat dan Kredo Literasi, Kan Kukenang Dalam-Dalam serta Perpustakaan 
Sebagai UMKM karya Eko Nurwindarto yang lain :  
  
              *Perpustakaan sebagai UMKM.
              *Celoteh Orang Pinggiran (kumpulan puisi dan artikel). 
              * Rimba Puisi (Antar Kota) = bisa dihilirisasi secara faktual (bersifat how to).                                   * Dana Nurani Bermasyarakat (DANURBA) =  bisa dihilirisasi secara faktual
               (bersifat how to).
              * Bunga Rampai Opini Mahasiswa: Presiden-Kepala Desa.
              * Dengan Cinta Membongkar Talenta  
                (biografi Prof. Dr. HAR Tilaar, M.Sc.Ed dan DR. Martha  Tilaar).           
              * Surat untuk Sang Profesor edisi “bajakan”.
                 (perjalanan berkelanjutan memperjuangkan gagasan).   
              *Surat untuk Sang Profesor edisi asli tulisan tangan.
              * Surat-Surat kepada Tokoh (plus Surat Cinta era Kantor Pos).
              * Mobil Surga (kumpulan cerpen). 
              *Kumpulan Sajak PARKIR (ditulis saat SMA kelas 1). 
              *PUISI-PUISI RADIO DALAM LIPATAN SURAT (Korespon-
               densi-Memorik dengan pengelola program sastra KOPISISA).
                 
             NB: Sekedar Riwayat dan Kredo Literasi sesungguhnya  
                    memuat aksi hilirisasi minat baca dan menulis. 
 
   

     “Jika Anda mempunyai gagasan, segera perjuangkan !!  
     Berhasil ataupun gagal, setidaknya telah menempuh sebuah
     keberanian.  Namun  bagaimana akan bisa meninikmati
     KEINDAHAN KEGAGALAN dan KEMEWAHAN 
     KEBERANIAN bila takut memperjuangkan gagasan"
                     (semua "quote" berdasarkan pengalaman nyata EkoNanCita)        
                           
     (Brand NanCita telah tertaut ke dalam nama 2 anak saya.  Sehingga selalu memacu    
        adrenalin untuk melipatgandakan daya-kreasi perjuangan)
    
                       
                                (TK PERTIWI, SDN "12", SMPN 2, SMAN 2 TEMANGGUNG)

       (PAUD Rumpun Melati Tepungsari, TK PERTIWI, SDN 1 JAMPIROSO TEMANGGUNG)
                                                                   

     
“Tentu saja kalian belum tahu bahwa hidup ini sesungguhnya bisa dibacamelalui pantai. Ketegangan yang dibawa ombak sering disambut dengankebahagiaan penuh teriak. Terima kasih atas pengertianmu selama ini ya,Nak.  Selanjutnya pengin ke pantai mana lagi, nih? Yuk, kita kejarVictory, Go!!” (memori piknik bareng warga se RT)
       
                                                   
                                                                                       
Ketika si bungsu Hanna berulang tahun yang ke 2 seperti dalam foto ini, masih ada acara sederhana yang bisa diselenggarakan meskipun hanya dalam intern keluarga.  Namun pada saat ia berulang tahun yang ke 6, 4 Nopember 2016, sungguh saya dibuat kaget-tercenung oleh ulahnya !! Tanpa sepengetahuan saya, ia mengundang sendiri teman-temannya.  Ia tulis undangan sendiri, ia juga yang menyebarkannya.  Sebelumnya ia memang meminta agar saya membuat undangan ultah seperti lazimnya.  Ia menangis saat saya jawab : undangannya besok-besok aja ya, NA ! (karena memang tidak mampu mendanai acaranya, saat itu pas berada  dalam posisi menerima peringatan ke 3 penyitaan rumah dari bank).  Cuma dibelikan roti sederhana untuk dinikmati bareng ayah, ibu, kakak dan Bude.Tangisnya itu hanya sebentar saja, dan saya lihat kemudian ia suntuk menulis-nulis. Hari ultah-nya memang belum pernah dirayakan bareng teman-temannya, sedangkan ia sering mendapat undangan jika teman-temannya berulang tahun. Maka pada hari H, datanglah teman-temannya : mereka berdandan dan bawa kado pula !!  Kaget banget saya !!  Hanna juga ganti “baju pesta” sendiri.  Saat itu ibunya sedang pergi, dan ketika pulang kami sungguh tertegun oleh ulah si bungsu kami yang sudah bisa main catur itu.  Dan telah pula menamatkan Dora Emon, Monika, Jimmy Lima, Magical Doremi, Ciko Bento, Kobochan, dll. (IQRO’ juga baca tentu).  Ketika mandi pun ia sering sambil membaca buku……..byurrrrr!!
                                                                        

(Teks versi pendek ini juga dimuat dalam buku CELOTEH ORANG PINGGIRAN, RIMBA PUISI ANTAR KOTA, Kumpulan Cerpen MOBIL SURGA dan buku-buku lainnya lagi, sedangkan EDISI LENGKAP buku Perpustakaan sebagai UMKM bisa didapatkan di TOKO KONDANG Temanggung) 

                   Eko Nurwindarto 2018 
                                    Brojolan Timur 185 Rt 05 Rw  05 Temanggung JATENG                                ekkonw@gmail.com/WA-sms: 081328747838/FB:Nancita BaruTemanggung  
                                      ekonancita.blogspot.com/ Rek BRI:  3668-01-027977-53-4                                                                                                
                                                                                                                    (Bergagasan NJO !!)    


 
   *idealisme-organik= Sebuah cita-cita yang tidak hanya  berada dialam utopia saja, namun  
                                     ada rancangan  implementatifnya bahkan lengkap  dengan  roadmap 
                                     perjuangan guna mewujudkan cita-cita itu.  Konsep ini  diilhami oleh  
                                     ujaran “senjata mainan vs senjata organik.” Senjata mainan menembak 
                                     musuh secara bayangan, senjata  organik  menembak  musuh  secara 
                                     beneran.  Nah, idealisme-organik juga  bertujuan  menembak  musuh  
                                     nyata yakni berupa kebodohan, kemiskinan dan sejenisnya, he he he…       
                           
                                                     
                Membaca  
        adalah Kebanggaan dalam Berperadaban                                                                               


            
                     Sang Waktu yang Selalu Menjadi Pemenang  
                           (buat teman-teman NanCita)  


                                    Bagi yang Masih TK atau SD Ketika NanCita  BUKA
              (18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sudah berusia antara 22 – 29 tahun) 

Kalau tidak diantar mamamu 
adikmu pun kau gandeng serta ke Nancita 
dan dengan wajah tanpa dosa 
adik lesung pipitmu itu pipis di situ, kaupun tersipu 
“Nggak apa-apa”, kataku  
                                                                                                                                                    
setelah kau dan adikmu pulang 
kubasuh lantai itu dengan koran 
sambil berdebar-debar : “semoga esok 
                                            tidak buang air besar !!” 


                                         Bagi yang Masih SMP saat  NanCita  HADIR
            (18 Tahun yang lalu : sekarang teman-teman pun sudah berusia sekitar 32 tahun)  

Berombongan kau dan kawan-kawan datang 
riuh rendah celotehmu seperti pasar malam 
“Mas, cewek itu siapa?,” celetukmu saat kuhitung recehan 
“Titip salam ya…”  
kau pun merebut buku anggota, sebuah nama terbaca 
hei !!, mimpi guna-guna apa kau semalam?! 
kok  tiba-tiba timbul keberanian: dalam tempo seminggu  
cewek itu
telah mendampingimu 
kemudian deras kau pinjam buku-buku 
judulnya pun disama-samakan dengan selera baca cewek itu 

Berebut buku-buku baru 
adalah sepenggal cerita masa remaja
lebih dari sekedar kekasih, buku itu 
kau tunggu dengan setia 
jika buku baru itu sudah ada 
bahagiamu tak terkira 
kekasih pergi bahkan raib atau nyungsep di got 
tak mengapa !! 

Masih bercelana pendek kau ke NanCita 18 tahun yang lalu 
kini anakmu yang juga bercelana pendek 
kau ajak memburu buku-buku 
seperti celana, sang waktu terasa pendek ternyata  
gampang berlalu  
dan tiba-tiba menyajikan kehidupan yang berbeda 
namun ada yang abadi dan sama 
yakni kenangan bersama NanCita 
                                                                                                                        
      
                                     Bagi yang Masih SMA ketika  NanCita  LAHIR
        (18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sedang dikaruniai usia sekitar 35 tahun) 

Kau titipkan buket bunga warna-warni padaku 
namun sebagai mak comblang  sungguh berat aku harus mengatakan 
sebab gadis yang kau taksir itu 
memintamu untuk menyimpan saja cintamu di laci meja    
ia hanya ingin membaca buku 
dan berdiskusi seru 
sebagai kawan berpikir, selayaknya teman berbincang
selalu begitu permintaannya padaku 

Betapa setia kau dan dia ke NanCita selalu berdua 
sepulang sekolah 
menyapaku menanyakan judul buku 
padahal aku tahu 
sesungguhnya kau hanya ingin transit di pojok situ 
menggeser buku di kolong meja dengan pantatmu 
kemudian pinjam satu buku : bayarnya besok ya, Mas ?!! 

Pada mulanya betapa setia kau dan dia ke NanCita selalu berdua 
sepulang sekolah 
pada semester tiga  kau tetap berdua  ke NanCita 
tetapi dengan cewek yang berbeda 
dan gadismu yang dulu tak lagi terlihat batang hidungnya  
tentu kemudian tak mengambil buku baru pesanannya  
juga lama ia tak menyewa jadinya, mungkin dirundung duka-kecewa
(sungguh tidak kemudian aku bilang: wah aku rugi jadinya!! )  
Jika suatu ketika kau lihat ia senyum-senyum sendirian di jalanan 
tolong sapa dia, dan bimbing ke NanCita  
akan kureparasi jantung-jiwanya
supaya dia kembali bisa segera mereguk bahagia 

Cinta memang tidak bisa dilogika 
dua bulan kemudian mantanmu itu 
telah berdua lagi dengan cowok yang lebih perkasa  
dan minta ganti nomor anggota NanCita                                                                                             tanda masa lalu yang masih terbaca, dimohon sirna
pinjam bukunya pun lebih banyak dibanding semula   
layak diikutkan kiranya jika ada casting  sinetron baru 
dengan judul : Suamiku Bukan Teman SMA-ku 
meski demikian ada pula yang berhasil membina 
rumah tangga dengan teman sekelas atau bareng adik kelas 
ada pula yang CLBK, tapi lho….kok sejenak saja

(berkali-kali aku menyaksikan “sinetron” seperti itu  
putus ganti…putus ganti yang sering terjadi 
yang putus nyambung, tak sampai sebilangan jari tangan kiri 
dan aku masih mengingat nama-namamu 
kuingin sampaikan doa dan harapan: 
Semoga itu hanya sebongkah kisah saat SMA saja
artinya kini ketika  telah beranak dua atau tiga: kau kudu setia !!)  

Seharusnya tanda tinta merah di buku anggota itu 
segera kuhapuskan  
tetapi aku sering gelagapan ketika kemudian ada yang datang 
bertahun-tahun kemudian  
membereskan semua hutang sewa buku 
ada pula yang bilangnya membeli 
namun belum terbayar hingga kini, 
maka semua tanda merah 
ada yang temaram, banyak pula yang benderang 
belum kuhapuskan  
hingga sekarang   
(jangan khawatir sang waktu akan menolongmu)

Buku-buku yang belum dikembalikan pun 
masih dinanti agar enteng hidupmu nanti 
daripada terserak dikolong ranjang dan gudang 
lebih mending dibaca oleh yang setia menanti 
jangan malu jangan ragu : titipkan buku itu atau paketkan  
dan kita jalin kembali silaturahim 
seperti dulu lagi di sepanjang musim
(kadang ada yang di tengah jalan bertemu denganku 
 ia terkaget malu 
 belum mengembalikan buku 
 dan tergopoh-gopoh mencari alibi  
 untuk segera ngacir dari pandanganku) 
 bulan Agustus 2016 yang lalu ada yang datang 
 hendak mengembalikan buku yang ia bilang
meminjamnya 10 tahun  lalu ketika masih SD 
tanggung jawabmu sungguh hebat, kawan !!

Kantong plastik besar kau bawa  
ada pula keranjang, tas jumbo dan bagor raksasa 
mungkin sarung bapakmu kau angkut juga 
saat NanCita berulang tahun, tarif sewa pun 100 rupiah 
sudah tradisi yang bikin hati bungah meriah 
dan juga menjadi bukti bahwa hasrat baca tinggi,  
kemampuan sewa rendah 
apalagi minat membeli 

Dengan wajah ditekuk kau melaporkan 
bahwa buku disita pas jam pelajaran 
tidak apa-apa kukatakan 
harus kita beri permakluman 
sebab kita memang bukan bangsa Jepang atau Eropa 
yang sangat maju budaya bacanya 
apapun dibaca, termasuk telah mereka baca jua seisi dunia 
sehingga mereka (yuk, tepuk tangan !!) menjadi negara maju luar biasa


                                   Bagi yang Sudah MAHASISWA saat  NanCita  DATANG
     (18 Tahun yang lalu : kini teman-teman pun sedang asyik dengan usia sekitar 41 tahun)    

Kuberjumpa dengan dirimu di kantor itu 
ekspresimu masih muda selalu 
tergurat kebahagiaan ketika muda  
selalu diguyuri bahagia oleh buku-buku NanCita                         
                        
Yang kujumpai di alun-alun sana 
ternyata istrimu beda dengan gadis yang sering kau gandeng dulu
aku ingat saat rintik  hujan kala itu 
mampir di NanCita menunggu waktu 
belum sempat memilih buku, cintamu pun datang buru-buru 
wesss…. kau dibonceng  
ternyata juga secepat itu cintamu berlalu


                                Bagi yang Sudah Menjadi ORANGTUA saat NanCita ADA
            (18 Tahun yang lalu : kini teman-teman  sedang menikmati usia sekitar 51 tahun)    

Juga suka bukukah anak-anak dan cucu? 
dengan suka buku sejak muda semoga tidak terserang demensia  
gawat jika pas jalan berdua, mendadak lupa istri tercecer di mana 
genting pabila sedang mengendara, tiba-tiba serasa terbang  mengudara 

Kini saatnya menggiring anak-cucu ke NanCita 
sambil mengenang tapak-tapak kenangan 
seraya menguji otak sendiri 
apakah berpotensi menjadi pikun berkepanjangan 
sesungguhnya buku itu adalah serupa pil anti aging  juga 
yang bereaksi secara abadi berkelanjutan 

Betapa terlanda gundah saat menjelang tidur tiba 
buru-buru kau datang ke NanCita 
dua tiga lembar halaman dibaca 
matapun mengatup segera 
tanpa buku tak bisa tidur ternyata  
selalu terjaga  
dan demi sayangmu pada mama, 
kau pilihkan buku-buku kesayangannya 
tak lupa novel sejarah buat papamu juga
Ada pula ibu-ibu yang pinjam buku 
untuk dibaca sambil mendampingi anak tercinta                                                                                 yang suntuk belajar menyimak soal-soal fisika    
si anak merasa nyaman dengan pendampingan 
sebetapapun berbeda bacaan  
(seorang bapak pun selalu datang menjelang anaknya ujian 
 si anak tak bisa konsentrasi belajar 
 jika tak di-refresh dengan bacaan 
 setamat SMA ia diterima di STAN)

Kuingat selalu kala itu 
kehamilan istriku menjelang  bukaan satu 
belum ada perkembangan bukaan yang signifikan 
anak pertama yang kunanti luarbiasa mendebarkan  
tiba-tiba sore itu ada lelaki SD yang ngompol 
di depan meja NanCita 
sesaat kemudian kabar tiba 
istriku masuk rumah sakit bertaruh nyawa 
semandiri mungkin kudampingi 
berjam-jam tak pasti, pasien lain mengherani 
mana sanak saudari 
dan pada saatnya anak lanangku 
menangis membahana 
dia hadir di dunia !!

Kini dan atau Sekian Tahun yang lalu Ketika Teman-Teman Berusia
Berapapun, dan NanCita Menempuh 18 Tahun dalam MENEMANI PERTUMBUHAN GENERASI  

Kuberdoa senantiasa 
semoga kalian menjadi pejabat, orang ternama 
atau apapun asal baik bagi bangsa 
dan jika tak lagi teringat NanCita  ya nggak apa-apa 
tetapi apakah bisa kau lupa  
kebahagiaan atau mungkin idealisme 
yang pernah tereguk dari sana?

Ada yang sedang meniti harapan menyemai cita-cita  
di UK, Jepang, Amerika, Jerman dan KANDANGAN
mau ke sana juga? Ketika remaja sering-seringlah ke Nancita             
membaca apa saja memelihara otak kiri dan otak kanan  
bersua kawan-kawan menyejukkan hati dan pikiran    
Atau berbincang denganku  
dengan tema yang perlu atau tak perlu 
betapa sering anggota cantik duduk pasrah di depan mata 
ku menahan diri untuk tidak jatuh cinta 
bukan karena aku sudah beranak dua 

Mereka ceritakan duri kisah hidupnya 
ada yang terayun-ayun di tepian jurang harapan 
di bawah sana tersedia batu-batu darah 
ia pun tak berani melangkah 

Ada pula yang gigih ingin ke negeri manca 
dimintanya aku jangan bilang siapa-siapa 
ia ingin menaklukkan gelombang 
ia ingin memperkokoh pendirian 

Dari anggota cantik, dan juga dari yang jantan 
telah kugenggam liku-kehidupan 
“sudah ya, Mas, aku pulang”, pamitnya usai berbincang 
dan kadang tidak pinjam satu buku pun
mungkin lupa usai beban pikirannya tercurahkan
tiada mengapa kawan 
siapa tahu kelak kisahmu kutuliskan 
kususun menjadi novel  
dan akan kusewakan !! 

Ingatkah kawan ketika masa sekolah 
pinjam buku terpaksa ngutang 
ada yang sedikit dan sebentar saja
ada pula yang hingga bertumpuk-tumpuk  
hampir setinggi Sindoro-Sumbing di sana
namun setelah masa kuliah tiba 
pinjam buku selalu bayar kontan 
apalagi setelah bekerja  
buku-buku pun dibeli dan tak lagi menyewa        
(selain pinjam ada yang suka beli sebagai koleksi 
 bonus sampul dan dapat diskon pasti    
 hingga kini harta karun itu masih terawat rapi 
 ada juga yang bilang sudah dijual kepada teman 
 dan bathi !! )  

Jika kau diminta gurumu membuat resensi 
segera kau datang ke NanCita dengan terburu sekali 
tetapi kenapa ya  yang diresensi 
kok selalu buku itu lagi buku itu lagi 
dari generasi ke generasi, 
meresensi buku itu menjadi mudah rupanya 
bagi yang sudah menjadi member NanCita,
tidak demikian bagi yang menjadi anggota  dadakan 
bahkan ada yang bukunya belum dikembalikan 
hingga sekarang

Sepanjang  mengamati gerak-gerik kalian 
dalam menggauli bacaan 
terlukis tiga karakter penikmat bacaan. 
Ada yang hanya karena ingin tahu 
seperti apa to perpustakaan itu? 
yang begini paling sekali dua kali pinjam 
dan seterusnya tak lagi pernah datang 
recehannya mending buat beli pulsa 
atau jajanan ber-benzoat, ber-sakarin, ber-formalin.  

Ada pula yang ingin baca karena ikut-ikutan teman 
yang begini tergolong frigid-literasi 
harus selalu dirangsang dengan cara yang menawan 
sehingga kemudian suatu ketika berani datang sendirian 
meminjam bacaan, dan kemudian ia bilang : 
“Membaca ternyata bisa bikin orgasme-intelektual ya,Mas !!” 
(akupun mesem hingga ke relung pedalaman jiwa).  

Karakter ketiga adalah yang sudah tergolong kutubuku 
Maniak-kalimat  pecandu-diksi  dan  pemuja-narasi 
yang begini ini tak lagi perlu diwaspadai                          
segalanya lancar belaka tanpa kendala
buku-buku akan mereka jaga seperti merawat dirinya 
halaman-halaman yang mereka pinjam tak ada yang dilipat  
pokoknya hebat, dalam mengembalikan buku waktunya pun selalu tepat   
namun dari bibir-bibir mereka seperti ada rekaman kata-kata 
yang selalu diputar di depanku tanpa ragu : “Ada yang baru !? “

Segebung buku yang kau pinjam lama tak dipulangkan 
“satu kelas baca semua, Mas !! “ serumu sambil 
mengangkut buku-buku yang baru
“beres pokoknya, Mas “
sedangkan anggota yang lain bilang sialan 
sambil menggerutu,
justru ini kesempatan bagiku untuk menawarkan buku-buku 
yang semula ia tak mau karena aku bilang : 
“pinjam buku ini saja dulu sambil menunggu buku yang itu!”  
(mohon bersabar, buku judul itu memang hanya ada satu 
 meski yang pinjam anggota ke 1000, 
 justru dengan cara itu NanCita bisa eksis dari waktu ke waktu 
 pakar manajemen pun tentu akan berseru : itu strategi jitu !! 
 tetapi hati para pembaca jadi kelu, tahu !!! 
 apalagi buku itu di-rolling  pula di cabang NanCita lainnya 
 dan belum tentu kembalinya tepat waktu 
 ampuuuuun…., please jangan serapahi aku !!  
hal itu memang tak sekedar strategi 
namun lebih merupakan momentum sekaligus modus

Bagi yang pernah diam-diam mengambil bacaan 
dan sengaja tidak dicatatkan   
memulangkannya esok atau lusa demi baca gratisan
atau  masih dengan diam-diam menyimpan bacaan itu 
alias belum dipulangkan hingga sekarang 
semoga “aksi semacam itu” sekali saja kau lakukan 
juga yang dulu pernah menyobek, 
menggunting atau mencoret-coret bacaan
artinya jika kini kau telah menjadi apapun 
dan terutama bila dikaruniai berkah jabatan                             
yang dalam mengembannya dengan mengangkat sumpah 
semoga “aksi semacam itu kala itu” 
jangan diulang agar hidup dunia-akherat menjadi mudah
                                                                        
Dengan penuh rahasia kau pesan-beli sebuah buku 
harus sudah ada pada saatnya, katamu  
akan diberikan buat ulangtahun si dia 
biar benak kami satu selera, ujar-janjimu 
sepasang kekasih yang sama-sama suka membaca 
akan lebih gampang mengatasi problema 
dan nyambung jika membincangkan dunia 
(bertahun-tahun kemudian buku itu entah di mana 
 sebab ternyata kau tak jadi menikah dengannya 
 pengakuan itu kutahu baru saja 
 saat kau berkunjung ke NanCita 
 bareng suamimu yang bukan dia !)   

Barisan wajah-wajah  stress tiba-tiba menggeruduk datang   
ribut bertanya buku ini buku itu seperti tak sabaran 
usai ujian kalian selalu kehausan 
serupa barusan ditahan di Nusakambangan 
ingin segera menyikat bacaan-bacaan 
ingin merawat perasaan dan jiwa 
ingin menyejukkan pikiran 
biar seimbang
sebelum muncul godaan  bunuh diri 
dari atas jembatan  

Dengan raut pucat pasi 
kau laporkan buku yang hilang 
buku yang masuk mesin cucian 
buku yang digigit-remuk waung  jantan 
buku-buku yang terjatuh berceceran di jalanan 
buku-buku yang raib dipinjam teman 
ku tak minta namun kau berkenan mengganti segera 
ku salut dengan tanggungjawabmu 
kepribadianmu membikin rindu  
                                                                        
(cuma kadang aku tercengang 
 jika buku-buku yang kau kembalikan 
 dibungkus dengan tas kresek bekas bungkus gorengan   
 sampul buku menjadi licin seperti plosotan di kolam renang 
 lalat yang hinggap pun bakal terpeleset-terpelanting
 bisa jadi nyawa lalat itu langsung melayang)
  
Seringkali di NanCita terjadi reuni 
memang tanpa pesta dan panitia 
begitu bersua segera cipika-cipiki 
terbentang sang waktu  
tergelar tak terhitung perjalanan cerita 
kadang luas dunia menjadi sejengkal saja 
(guru dan murid pun sering bersua di NanCita 
 dan saling berceloteh tentang manusia 
 lengkap dengan bumbu-bumbu pahit-pedasnya) 

Kini anggota NanCita telah tersebar di seantero dunia 
terbukti yang dari Ausi, Paman Sam, Jerman, UK, Jepang,  
Taiwan, Korea suka kirim salam
belum lagi yang berlayar di mana saja   
mereka memberi kabar dan mengirim foto
kudiberi oleh-oleh coklat, mug  dan gantungan kunci 
(yang belum memberi kutunggu setiap hari)
apalagi yang di sudut-sudut nusantara 
dari Aceh hingga Papua 
rata-rata anak Temanggung juga  
ada pula mereka para perantau yang pernah bekerja di sini
dan bila liburan dan kemudian bertandang : Hai NanCita !  
kembali menemukan keteduhan lama : buku kita !!  

Seperti waktu 
sesungguhnya buku tertebar  di setiap langkah 
semirip waktu 
sebenarnya buku bisa dibaca di sembarang medan 
bagaikan waktu 
sejatinya buku akan menemani siapa saja 
tergantung kita apakah ingin selalu memiliki harapan 
apakah ingin senantiasa meraih kebahagiaan 
apakah akan tiada henti menempuh perjuangan  
karena dalam buku terhidang inspirasi  
motivasi, bahkan sederet visi yang siap saji 
bersama makanan entah itu buntil, rempeyek atau roti 
bersama dandanan entah itu blus, t-shirt atau rompi 
bersama lifestyle  entah itu doran pancing, gadget  atau mobil 
dengan buku sang benak tidak akan mudah sesat pikir 
kesemua itu adalah seperangkat keharusan 
guna mempertahankan serta memaknai kehidupan

Sang waktulah yang akhirnya menjadi pemenang, kawan  
tugas kita hanyalah menerima 
apapun kenyataannya 
apapun yang menimpa, yuk tetaplah bersaudara  
apapun ceritanya, jangan bosan membacanya                               
karena di setiap kata-kata 
selalu ada dunia baru yang harus disapa 
juga masa lalu yang sangat renyah untuk dikenang  
                                                                        
Sekian dulu kawan 
meski sebuah cerita yang mengundang nostalgia 
sesungguhnya bisa lebih panjang lagi bila dideretkan dan ditata 
keceriaan, kehebohan dan bahkan duka lara kalian 
telah menjelma harmoni nada, lengkap dengan partiturnya 
sewaktu-waktu bisa mengalun dalam sebuah orkestrasi 
bersama-sama kita menjadi dirigennya  
niscaya kan kompak dan indah seperti warna pelangi 
seperti nyawa-diksi dalam puisi

TERIMA KASIH KAWAN-KAWAN 
TERIMA KASIH YANG TAKKAN KAMI LUPAKAN 
TERIMA KASIH SEPANJANG JAMAN…………..  
                                                                    

                                                                              * Eko Nurwindarto                                                                                                                                     Sanggar Bacaan NanCita Temanggung                                                                                                           (teruntuk 30 Oktober   2018)      
                                                                        

                                                                        
INTERMEZZO !! 
BETAPA LEGA petugas  dan juga tentu para anggota perpustakaan ini. Sungguh hebat si peminjam.  Untung ia masih diberi usia, lunas sudah urusan dunianya……………...…
  
                                                                   
                                                                                                                     
                                              
BETAPA LEGA sertifikat  rumah  di mana NanCita berada, Alhamdulillahkini sudah bisaterpegang setelah 13 tahun ber-estafet di 4 bank sejak pertama kalidibeli !!  “Dik Sertifikat, tak usah ke mana-mana lagi ya!!  Bobok manis aja di almariku. Sebentar akan kucarikan teman agar kau betah bercengkerama di situ!!!”
     


                                                                        

                                                                                                                                        

                                                    

     (NanCita tahun 2000-an)                            

     (NanCita terkini) 
 

                “Spirit NanCita itu = Selalu Berdoa, Senantiasa Bergagasan dan Terus Berjuang”                               

                                                                        
👐 Kepada segenap alumnus serta member NanCita, 
     kami mengucapkan SELAMAT IDHUL FITRI 1439 H. 
     Jika (dan sudah tentu ada) kesalahan-kesalahan kami 
     sungguh mohon ampun kami. 
     Yang pernah terjalin semoga tetap abadi. 
     Yang belum tersusun mudah-mudahan segera terealisasi. 
     Yang tidak terpikirkan bisa terwujudkan 
     asalkan itu berupa kebaikan yang mendorong 
     lahirnya tak terhitung kebahagiaan. 

     Selamat bertemu dengan kenangan 
     di kampung halaman 
     seperti apapun kenangan itu 
     jangan ragu untuk segera berjabat tangan.
                                                                        

                                                                        *Hormat dan salam taklim kami 
                                                                         Eko Nurwindarto                                                                                                                                      Hestiningsih  
                                                                         Neofandy Aikan Nancitazen 
                                                                         Hanna Nancitanova Rifdah 



RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita    

................................ 
                                                                     

                                         
                                                                        

                                           PARA PEMBURU CINTA
Masih teringat jelas ketika pertama kali saya berkenalan dengan seorang gadis bernama Hestiningsih. Kami: saya, Bowo, Aris dan Upri, mereka semua teman satu kos saya, secara bersamaan berkenalan dengan dia di  sebuah warung makan di kawasan Rinjani Semarang. Pada awalnya kami berangkat bersama saat dolan ke kos-kosan Hesti yang berjarak kurang lebih 200m dari kos-kosan kami.  Namun berikutnya kami berkunjungnya dengan tidak saling mengajak…… Jebul masing-masing melakukan gerilya sendirian seperti berlomba dalam upaya mengambil hati Hesti.  Kemudian saya berinisiatif membuat semacam sayembara di antara kami yakni: barang siapa yang paling duluan bisa memperoleh pasfoto Hesti, dialah pemenangnya.  Singkat cerita, setelah memberi kesempatan kepada kawan-kawan unjuk kebolehan dalam berburu pasfoto, akhirnya pasfoto itu berhasil saya dapatkan langsung dari Hesti !! 


                       DARI SEMARANG, KAMI PUN MERAJUT MASA DEPAN
(Dan pasfoto itu saya dapatkan dengan melobi Hesti melalui hobinya.  Dia suka membaca maka saya kirimi dia buku-buku antara lain 3 buah novel Mira W edisi perdana ini. Dan di sampul belakang novel itu saya selipkan sajak. Ke tiga novel ini sungguh memorable sekali. Hingga kini tetap tersimpan dan menjadi koleksi Sanggar Bacaan NanCita. Masih sering pula dipinjam oleh para anggota. Tiga buah novel yang menjadi cikal-bakal dan “pondasi” pendirian perpustakaan)      


 ............................................... 
Bersambung ke entri AjariKamiMenulisCerpen (Kumcer MOBIL SURGA) 
dalam BLOG ini juga.

                             

      
                                                                 

                                                                        

                                                                        

                                                                        

         

                                                                        

                                                                        

                   






Komentar