HANNA TEMANMU!!


Hanna Nancitanova Rifdah ini, alumnus TK Pertiwi dan kini tengah menempuh pendidikan, pengajaran, bermain dan jajan di SDN 1 Jampiroso Temanggung kelas 1, sepulang sekolah bertanya: 

“Yah, yang namanya sahabat itu apakah harus senang bareng, sedih bareng dan marah bareng? Kalau ke toilet apakah juga harus bareng?!!”
“……………….”

SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU
RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA 
sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
terngiang teriakan lepasnya yang membahana
hingga merasuk ke dalam palung jiwa ayah-bundanya 
“dia buah kasih kita”
                                           mengingatkan pada drama kisah-pendekatan                        
bersaing dengan teman-teman
dan ketika jatuh cinta diterima
 serasa ikut bahagia seisi dunia
lautan pun meluas, lapang langit, sejuk gunung-gunung
dan teduh-damai teras kos-kosan

sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
bola-bola kebebasan baginya, ia lempar-lemparkan ke ujung jaring
ceria-berlompatan, kumandang tawanya nan nyaring
dan kebahagiaan itu ingin ia pamerkan pada bundanya
namun tengah meninggalkannya keliling outlet untuk berbelanja
yang ditemuinya tatapan alakadarnya dari mbak-mbak penjaga
maka kembali ia lesat-lemparkan bola-bola itu
lontarannya lebih keras rupanya dengan wajah menggerutu
hingga mengenai kepala anak sebaya
sontak mereka pun menangis bersama-sama

sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
bola bulat yang menggelinding cepat seperti perjalanan usia
tidak seperti bola globe yang bergambar peta-peta
cepat-lambatnya tergantung pemutarnya
dan yang bergerak makin lambat mungkin hanya bola dunia 
bahkan tampaknya tengah mencari titik untuk berhenti
sebab sudah kepayahan memikul sarat persoalan yang silih berganti
peperangan, kemiskinan, intoleransi
                                                                                                                          

(sangat cepat waktu melaju
kini ia sudah tidak suka mandi bola lagi
hobinya menembakkan pertanyaan tak kenal waktu
khawatir jadinya jika tiba-tiba saja spontan ia bertanya: 
apakah ayah-bunda senantiasa saling jatuh cinta?
sebab agaknya ia mendengar ketika kami bertengkar 
walaupun pertengkaran yang tak sampai mengguncang prinsip-jiwa
hanya perbedaan pendapat perihal penataan pot bunga
dan pilihan jagoan pilkada yang ngganthengnya tidak sama)  


 


MAMA-MAMA NanCita 
Pengin curhat ah, kepada Mama-Mama member NanCita yang kurun 18 tahun lalu masih berseragam biru dan abu-abu.  Seperti halnya anak-anak njenengan, anak saya Hanna Nancitanova Rifdah, kelas 1 SD, juga suka nanya-nanya terus a.l. demikian: 

“Yang menciptakan orang India siapa to, Yah?”
“Tuhan.”
“Lho kok bukan dewa?!!”

*Ayah, kenapa bayi kok dikasih nama?
*Orang Indonesia kok nggak bisa mbuat hp to,Yah? Kenapa!?!!!
*Tuhan sholat nggak, Yah? Sendirian apa berjamaah?
*Nyawa itu letaknya di tubuh sebelah mana to,Yah?

“Kehilangan nyawa itu apa to maksudnya ?”
“Nyawanya diminta Tuhan.”
“Kok diminta?!!”
“Kita hanya dipinjami.”
“Dipinjami kok cuma sebentar?!”

“Tuhan itu di mana to, Yah?”
“Di atas.”
“Kok nggak jatuh?!”
“???????????????????????????????”

*Sepulang Hanna dari sekolah, tiba-tiba ia mendendangkan ini:
     Yo wis ben nduwe bojo sing galak.
     Yo wis ben sing omongane sengak……..

   “Lho kok nyanyi lagu itu to, Dik?!!” 
   “Ini lagu wajib temen-temenku di sekolah, kok Yah.”

(Bpk/Ibu Guru Yth, gimana jika pas jam istirahat diputarkan lagu-lagu seperti “Kasih Ibu”, “Ayo Makan Bersama”, “Rury Abangku”, “Bintang Kecil”,dll yang dikumandangkan ke seluruh ruang kelas hingga lapangan. Haruskah anak-anak menyimak lagu-lagu itu dari tukang odong-odong? Kami para orangtua tentu bisa sih nyetelkan lagu-lagu tersebut via youtube, hp, player di rumah, tapi ini sifatnya privat sekali dan beraura intimidatif.  Beda jika lagu-lagu itu diperdengarkan di “ruang publik anak-anak” dalam hal ini sekolah. Tentu akan bisa diresapi secara demokratis-merdeka dan dinyanyikan secara koor paduan-kompak membahagiakan sehingga akan mudah nyanthel, seperti lagunya Via Vallen itu. Jadi yang diputar di sekolah bukan hanya lagu-lagu wajib nasional tiap Hari Senin menjelang upacara bendera).
 
*Saya pun sudah melarang Hanna menyanyikan lagu berjudul “Bojo Galak” itu.  Apakah
kemudian ia akan pindah selera dengan mendendangkan “Wanita yang Sedang dalam
Pelukan” ?  Jangan nyanyikan ya, Nak, sebab itu adalah tembang buat ayah-bundamu……
                       
                        

(Hari Minggu sepulang bermain dari rumah temannya, HANNA berceloteh:   

 “Yah, ayahnya temenku kok rajin masak, cuci piring, nyapu dan ngepel lantai? Kenapa  
  ayah kok  nggak kayak ayahnya temenku itu, kenapa?!!” 
  “Ya ayahnya temen Hanna itu menjadi rajin karena hidup bersama mertua.”
  “Mertua itu siapa?!!”
  “…………………..”)

SELALU DISANJUNG MERTUA
selalu disanjung mertua
sengaja d4 Kf6 pertahanan benoni kukendorkan
binar kemenangan di wajahnya pun merebak
padahal bidak-bidak gambit morra e4 C5-nya
sesungguhnya langkah yang mudah ditebak
kubiarkan saja agar pertarungan nampak seru
sedangkan jiwaku tertuju pada putrinya itu
silaturahim catur ini seperti penjara
entah hingga kapan lebur oleh waktu
betapa aura mertua bagai dewa bermahkota
di punggungnya terselempang senjata

selalu disanjung mertua
melahirkan gerakan pura-pura
diajak ke masjid pun
sigap dengan serta merta
sholatnya khusyuk
tiada terkira
sang mertua bangga luar biasa
anak gadisnya bakal bahagia
dipinang menantu penuh takzim
sangat santun, religius nan alim
(“namun bila ternyata anakku tersia
tak perlulah punya menantu
jika cucu-cucuku menjadi luka
kan kutendang
pergi sajalah kau menantu!!”)


selalu disanjung mertua
belajar tentang kebijaksanaan senja
kini kata sanjung itu tak lagi bersuara
sudah sekian waktu berlalu
dengan upacara-sendu
digotong orang-orang memakai keranda 


PEMIMPIN JADI-JADIAN
Ketika belum habis mengherani pertanyaan anak saya, Hanna Nancitanova Rifdah yang masih kelas 1 SD: “Yah, babi ngepet itu apa to?  Suster ngesot itu apa?” (padahal juga masih terngiang saat ia dikontaminasi teman-teman sekolahnya dengan lagu “Bojo Galak”), tiba-tiba Pak Pos datang. Paket dari siapa ini?  Horee, jebul dari teman kos dulu mengirimiku sebuah buku karya dia berjudul “3000 METER”. Selamat ya!!  Juga buat teman-teman yang telah memberiku buku-buku karyanya. Jerih payah yang hebat.  Sebab tentu telah teman-teman lewati PROSES MERENUNG, LAKU MENGAMATI dan AKSI-AKSI MENDALAM lainnya  saat menulis buku. Teruslah berkarya di tengah gejala tumbuhnya PEMIMPIN JADI-JADIAN dan GENERASI PERMUKAAN seperti saat ini, generasi yang bangunan karakternya tidak sekokoh para pahlawan yang membanggakan.
Buat teman kos-ku Jansen Napitupulu di Batam, telah lama banget ya kita tidak main karambol bareng di teras kos-kosan (dan jika ibu kos pergi, meja karambol itu kita gotong ke ruang tamu !!). Lamaaaa… dan  jauh, tetapi kini kita bisa berjumpa dan saling menyemangati.  Aduh, apakah akan dicap nggak nasionalis ya jika saya kok pengin bangets ngucapin terima kasih banyak kepada “seseorang” yang dengan karya ciptanya telah mempertemukan kita, sebab ia bukan anak kebanggaan negeri yang kabarnya kaya akan sumberdaya ini.  Thank’s ya “pahlawan zaman now”  Mr. Mark Zuckerberg, telah kau ciptakan FACEBOOK !!   

(“Dik Hanna, babi ngepet itu babi jadi-jadian.”
 “Jadi-jadian itu apa, Yah?!”
  “Bukan sesungguhnya.”
  “Bukan sesungguhnya itu apa?!!”
  “Ya semacam menipu.”
  “Babi kok menipu?!!!”
  “?????????????????”
 Kemudian Hanna menghambur ke arah ibunya:
  “Mah, kalau suster ngesot itu apa?”
  “Coba besok ditanyakan pada Ibu Guru ya…” tukas Hesti, gadis yang dulu sering saya  
 kunjungi  di teras kos-kosannya, balapan dengan Bowo, Upri dan Aries, mereka teman-teman  
 satu kos). 





SALAH BERCERITA? 
Menjelang tidur biasanya Hanna minta cerita dan pasti diinterupsi alias “ngeyel”, petikannya seperti ini:
“Jadi, pesawat terbang itu bisa menjangkau belahan bumi mana saja. Demikian juga melalui hp, kini kita bisa mengetahui berita dari negara seluruh dunia……”
“Yang pertama kali membuat pesawat terbang dan hp itu orang mana, Yah?”
“Orang luar negeri.” 
“Kenapa mereka bisa membuatnya?” 
“Mereka pinter-pinter.” 
“Mengapa mereka pinter-pinter?” 
“Ya karena suka makan sayur serta buah-buahan, dan tidak suka jajan.” 
“Lha Ayah ini juga suka makan sayur dan buah-buahan, tapi kok nggak bisa mbuat hp dan pesawat terbang?” 
“??????....!!!!!!.......!.......?”

SALAH BERLAGU?
Agar cepat bangun, di dekat telinga Hanna Nancitanova Rifdah kids zaman now ini kadang saya nyanyikan lagu:
“Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku”
Mendadak ia bangun dan protes:
“Lho Yah, setelah bangun tidur, Hanna kan juga sholat, nonton tv dan sarapan, tapi kok nggak disebutin dalam lagu itu??”
“??????zzzzzz!?!?!?!!!!!!ggrrrrrrhhhhhh………….?!   


TIP AGAR BISA CEPAT TERTIDUR ALA HANNA
Ketika menemani Hanna yang hendak tidur, ia berujar tentang cara dia supaya bisa cepat tertidur: 
“Begini Yah, cara Hanna agar bisa cepat merem tidur. Yaitu setelah berdoa, kedua mata dipejamkan, kemudian membayangkan kalau Hanna itu mempunyai domba yang buanyaaaaaaak sekali. Lalu domba-domba itu Hanna keluarkan dari kandang, dan Hanna hitung satu persatu. Nanti kalau sudah capek menghitungnya, lama-lama akan tertidur………”




SELALU BERHATI-HATI MESKIPUN ANAK-ANAK SUDAH TIDUR 
selalu berhati-hati meskipun anak-anak sudah tidur
sebab kehati-hatian selalu membuahkan fokus
dalam setiap perjuangan
namun boleh pula perlahan-lahan
asalkan semangat diperkuat tentu bakal teraih titik keberhasilan
sehingga esok pagi ketika menyambut matahari
akan tersenyum-senyum sendiri tiada henti
dan ingin mengulanginya lagi malam nanti

selalu berhati-hati meskipun anak-anak sudah tidur
segenap suara pun takkan mereka dengar
terlanjur dibuai mimpi sambil mendengkur
percengkeramaan kita pun semakin aman tergelar
leluasa menikmati segala yang ada
semu pipi merah jambumu mengabarkan beragam makna
nampak puas tiada terkira 
menangkap nada-nada
nan memuncak
memandang segala warna
dari program acara
yang dipancarkan dari kotak televisi kita
sinetron, berita dan dangdut academia
juga stand up comedy
sehingga esok pagi ketika menyambut matahari
masih tersenyum-senyum sendiri
malam nanti tetap akan mengulanginya lagi 
berdua nonton tv

selalu berhati-hati meskipun anak-anak sudah tidur
(……………………………………………..) 



MIMPI HANNA

“Lho kan sudah bangun, kok mau tidur lagi?”
“Tadi Hanna mimpi indah Yah. Hanna pengin tidur lagi, mimpi indahnya belum selesai.”

(Beberapa lama kemudian)

“Lho kok bangun?!”
“Ternyata mimpi Hanna buruk Yah, ada monster di rumah sebelah !!!” 


                                                                                                                                
SELALU BERULANG MIMPI BAIK DAN BURUK SEPERTI POLITISI DAN KEHIDUPAN
selalu berulang mimpi baik dan buruk seperti politisi dan kehidupan 
sudah terlanjur memilih tetapi kinerjanya tidak sepadan harapan
beda banget dengan program yang dikampenyekan di lapangan
padahal rakyat sudah berduyun-duyun tekun mendengarkan
diminta teriak dan kepalkan tangan mengusir kemiskinan
hampa ternyata, janji yang ditebarkan kosong belaka
pemimpin yang belum memiliki taksu negarawan
kebanyakan karena tergiur liur kekuasaan
terpikat dengan gemebyar seremoni
terpukau kepada oktopusi hirarki
senantiasa berjumawa dalam  
rumbai-rumbai protokoler  
ingin namanya moncer
siapapun jadi ngeper


selalu berulang mimpi baik dan buruk seperti politisi dan kehidupan
sedangkan kehidupan sebenarnya sudah dipilihkan Tuhan dan
dikemas menjadi rahasia, manusia takkan mampu menerka
sedalam apapun ilmunya serta setinggi gunung manapun
hartanya, manusia hanya diminta berjalan dan kadang
tetap tak bisa memilih entah tersesat atau lurus ke
tujuan, seharusnya saling terjulur tangan-tangan
nan cantik agar tiada yang salah jalan dan   
justru melangkah ke jurang hingga  
menggapai-gapai pun tak bisa
apalagi menyusun mimpi
nasib terus mengalir
dan butuh tinju
berkali-kali !!   
 


HANNA NANCITANOVA RIFDAH dan KITAB AL QUR’AN 

Bermula dari tugas dari ibu guru kelas 1 SD-nya untuk mengumpulkan 3 gambar benda ciptaan manusia dan 3 gambar benda ciptaan Alloh. 

“Hanna, lho kok Al Qur’an ini dimasukkan buatan manusia?”
“Itu kan benda buatan manusia to, kayak buku?  Kertasnya  juga buatan manusia, kan?   
 Yang nulis huruf-hurufnya juga manusia to, Yah?” 
“Iyaaa, tapi Alloh yang menciptakan isinya.”
“Isinya itu apa?”
“Firman Alloh”
“Firman itu apa?” 
“……………… ”         
                                                       
  
 

SELALU TERINGAT AYAH DAN IBU DI SETIAP CERUK WAKTU

selalu teringat ayah dan ibu di setiap ceruk waktu
yang senantiasa tertegun oleh pertanyaan ingin tahu
dibalik anak yang belum ngerti apa-apa, tersimpan makna
ayah dan ibu pun saling berebut mencoba menggemasinya
ketika tiba dewasa, ibu gantian bertanya: kapan kamu menikah
sungguh sulit menjawabnya meski sudah dibantu isyarat ayah

selalu teringat ayah dan ibu di setiap ceruk waktu
asam garam hidup menjadikan mereka lebih tahu
karena siklus, ayah dan ibu lahir lebih dulu
seperti halnya dosen yang nampak seperti empu
sebab lebih duluan membaca sehingga banyak kata
dan jika bersua dengan mahasiswa yang sok bergagasan
kumat rasa jumawanya seperti kuatir direbut periuk nasinya
sebab motivasi menjadi dosen memang semata mencari kerja
bukan hendak menangguk tinta-tinta pengetahuan
yang ditebarkan Tuhan di lautan
mahasiswa terpaksa harus tunduk atas nama adab kesopanan
dan terjebak ke dalam labirin intelektualitas ketimuran
mbulet tak memecahkan persoalan

selalu teringat ayah dan ibu di setiap ceruk waktu
apakah ketika memfoto-foto dan membanggakan anakmu
seketika itu pula terbayang betapa berat nan payah ayah-ibu
dulu pada saat menggendong segala polah tingkah lakumu?
emas-berlian kasih sayang telah ayah-ibu berikan
apakah sudah impas debu balas budi yang mereka terima?
sekarang ayah-ibu berada di mana dan sedang apa
                                    (dalam hidup ini pertanyaan harus rajin dilontarkan      
meskipun tidak  selalu tersedia jawaban)



se


   
N
                                                    Neofandy Aikan Nancitazen       



                                                                                                  *Eko Nurwindarto 2018

Komentar