Kumpulan
Prosa Liris SANGAT JATUH CINTA
SANGAT BERTERIMA
KASIH KEPADA KATA-KATA
Sangat berterima
kasih kepada kata-kata, sehingga penghantar ini bisa disusun buat sidang
pembaca. Kata-kata serupa batu-bata,
semennya adalah kalimat, sedangkan pasir-pasirnya terdiri dari tanda baca. Dan ketika disusun bangunan dengan sepenuh
jiwa, jadilah bahasa yang berbicara.
Sebab memang ada bahasa yang sejatinya hanya diam-beku saja. Yaitu ketika batu-bata, semen dan pasirnya
berceceran ke mana-mana alias masing-masing tetap menjadi benda tak bersukma meskipun
tampaknya merdeka. Misalnya seperti gosip, ujaran kebencian serta hoax. Berarti ketika kita mengolah bahasa
sebenarnya ada yang harus ditundukkan ya?
Demi apa coba kalau bukan untuk estetika, agar esensial serta supaya
bahasa itu memiliki bodi yang sexy dan tebaran makna penuh etika.
Seluruh "prosa liris" dalam buku ini sengaja bertajuk awal SANGAT tidak untuk bermaksud agar memikat. Bukan pula hanya terhenti pada semacam aksentuasi. Namun sebisa mungkin bahkan ingin menggapai filosofi. Bahwa diksi SANGAT akan menghantar kepada sebuah kebebasan. Suatu resepsi escapisme yang paripurna setelah sebelumnya super terpenjara. Tak ubahnya bagai baru saja dikepung oleh segerombolan harimau. Mulut mereka semua menganga, dan tentu saja mempertontonkan kilau seringai tajam taring-taringnya. Dan mendadak saja semua harimau buas-liar itu serempak berbalik, sebab dari arah belakang mereka terdengar suara bruk-bruk !! terhampar timbunan daging segar entah siapa yang melempar. Maka SANGAT MERDEKA akhirnya karena urung menjadi mangsa !!!!!!
Sebaiknya cukup sekian saja penghantar yang diprosa-prosa liriskan ini. Selanjutnya silakan berenang ke dalam kolam prosa liris yang sebenarnya. Segeralah melompat untuk menyelam. Jika Anda sampai tenggelam, Eko Nurwindarto siap menyelamatkan !! (dengan prosa-prosa liris mendatang). Namun apabila Anda merasa tak menemukan prosa liris sama sekali, berarti Anda telah salah jalan. Silakan melenggang sambil mendekap dada karena ternyata lega juga dan ketahuan tersenyum (semoga dengan bahagia) karena mengenang sejumlah aforisma yang mau tak mau tetap Anda temukan. Sehingga seperti halnya saya, Anda akan juga sangat berterima kasih kepada kata-kata!!
Seluruh "prosa liris" dalam buku ini sengaja bertajuk awal SANGAT tidak untuk bermaksud agar memikat. Bukan pula hanya terhenti pada semacam aksentuasi. Namun sebisa mungkin bahkan ingin menggapai filosofi. Bahwa diksi SANGAT akan menghantar kepada sebuah kebebasan. Suatu resepsi escapisme yang paripurna setelah sebelumnya super terpenjara. Tak ubahnya bagai baru saja dikepung oleh segerombolan harimau. Mulut mereka semua menganga, dan tentu saja mempertontonkan kilau seringai tajam taring-taringnya. Dan mendadak saja semua harimau buas-liar itu serempak berbalik, sebab dari arah belakang mereka terdengar suara bruk-bruk !! terhampar timbunan daging segar entah siapa yang melempar. Maka SANGAT MERDEKA akhirnya karena urung menjadi mangsa !!!!!!
Sebaiknya cukup sekian saja penghantar yang diprosa-prosa liriskan ini. Selanjutnya silakan berenang ke dalam kolam prosa liris yang sebenarnya. Segeralah melompat untuk menyelam. Jika Anda sampai tenggelam, Eko Nurwindarto siap menyelamatkan !! (dengan prosa-prosa liris mendatang). Namun apabila Anda merasa tak menemukan prosa liris sama sekali, berarti Anda telah salah jalan. Silakan melenggang sambil mendekap dada karena ternyata lega juga dan ketahuan tersenyum (semoga dengan bahagia) karena mengenang sejumlah aforisma yang mau tak mau tetap Anda temukan. Sehingga seperti halnya saya, Anda akan juga sangat berterima kasih kepada kata-kata!!
DAFTAR ISI
01. SANGAT
JATUH CINTA.
02. SANGAT
TERLANDA RINDU.
03. SANGAT
TERLINDUNG REMBULAN.
04. SANGAT
TERCIDUK NDANGDUT.
05. SANGAT
BERDEBAR KETIKA MENJADI PENGANTIN.
06. SANGAT
KEHILANGAN ADIK.
07. SANGAT
INGIN MENGHALAU CINTA PERTAMA.
08. SANGAT TULUS MENGABDI.
09. SANGAT
MERDEKA TIDAK PUNYA KANTOR.
10. SANGAT
MENGHARAPKAN AYAH-BUNDA TIDAK BERCERAI.
11. SANGAT
MENGKHAWATIRI MASA DEPAN ANAK-ANAK.
12. SANGAT
TERBUANG JAUH.
13. SANGAT
MENYAYANGI AYAH-BUNDA.
14. SANGAT
KERAMAT BERSUMPAH.
15. SANGAT TERCEKIK KEWIRAUSAHAAN.
16. SANGAT CANTIK MEMANDANGMU.
17. SANGAT TERPERANGKAP JANJI.
18. SANGAT TERPIKAT KENANGAN.
19. SANGAT MEMEJAMKAN MATA.
20. SANGAT INGIN BERSAMAMU APAPUN KEADAANNYA.
21.SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA.
22. SANGAT NYAMAN DI JIWA MENGAYUH SEPEDA DIHEMBUS ANGIN.
23. SANGAT MERDU MENDENGAR TANGISMU.
24. SANGAT TERTANTANG OLEH GELOMBANG AMARAHMU.
25. SANGAT KAGET DICEMBURUI.
26. RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita.
16. SANGAT CANTIK MEMANDANGMU.
17. SANGAT TERPERANGKAP JANJI.
18. SANGAT TERPIKAT KENANGAN.
19. SANGAT MEMEJAMKAN MATA.
20. SANGAT INGIN BERSAMAMU APAPUN KEADAANNYA.
21.SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA.
22. SANGAT NYAMAN DI JIWA MENGAYUH SEPEDA DIHEMBUS ANGIN.
23. SANGAT MERDU MENDENGAR TANGISMU.
24. SANGAT TERTANTANG OLEH GELOMBANG AMARAHMU.
25. SANGAT KAGET DICEMBURUI.
26. RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita.
SANGAT JATUH CINTA
sangat
jatuh cinta saat menatap teduh matanya
mampu
menghentikan kecamuk gelombang
di
hati, rintih suara luka itu pun lenyap
tiada
membekaskan apapun kecuali perasaan
ingin
selalu bersama
sangat
jatuh cinta semacam pintu tak terkunci
angin
begitu mudah membukakan gerendelnya
dan
tanpa harus dipersilakan
aku
akan segera duduk di ruang hati
menikmati
kombinasi warna nan membunga
yang
tergambar dari transparansi aorta
semacam
itulah perasaan sangat jatuh cinta
tiada
tikungan yang memelesetkan langkah
tak ada
simpangan yang kan menyesatkan arah
segenap
perjalanan serasa termenangkan
teringkus
pula segala sampah kata-kata
ya
ampun aku ingin selalu sangat jatuh cinta
(17/10/17 '23.55)
SANGAT TERLANDA
RINDU
sangat
terlanda rindu dan segera kupanggil
cuplikan
drama ketika pertama kali bertemu
kau
lemparkan senyuman dan kupunguti satu-satu
sejumput
yang lain kukembalikan
agar
menjadi lukisan kenangan
kerinduan
kadang seperti terminal
yang
barusan datang lantas buru-buru pergi
sedangkan
yang tidak beranjak dari bangku
sepertinya
ia sedang kehilangan rindu
sebab
kerinduan akan selalu mengajak siapapun
untuk
semangat berlari
bukan
malah menuju punah dan terlunta sendiri
petiklah
kerinduanmu dari dahan-dahan penantian
namun
tunggu dulu hingga matang
dan
sebagian benihkan supaya menjelma tanaman
kelak
bisa membuah berkesinambungan
selalu
sirami dengan pancuran kesetiaan
hei
!!, segera usir segerombolan hama yang datang
jangan
biarkan mereka meluruhkan daun-daun
yang
ingin selalu saling berpelukan di sepanjang tahun
SANGAT
TERLINDUNG REMBULAN
sangat
terlindung rembulan
ketika
pertengkaran itu terselenggara secara tidak terduga
dan
kemudian kita membuka pintu darurat
masing-masing
hendak
segera melangkah keluar namun tidak kelar-kelar
seperti
jiwa dua orang asing yang saling menunggu
rupanya
derai air matamu adalah hitungan
seberapa
jumlah duri yang menghadang di perjalanan
perasaan
cinta di jiwamu selalu bekerja
sampai
benak menangkap titik-titik tanda
kadang
di antara kita muncul jarak yang mengagetkan
serasa
membentang sangat berjauhan
padahal
setiap waktu berada dalam satu perahu
namun
karena sering berebut ingin menjadi nakhoda
angin
pun tak mau menghela layar
menghantar
hingga berlabuh ke danau itu
wow,
meski di wajahmu seperti ada rimba yang terbakar
bara
apinya menjilat-menjalar membesar berkobar
tetapi
karena sangat terlindung rembulan
kau
memberahikan isyarat meyakinkan
bahwa
di tengah malam nanti
akan
tetap memberikan erat-rangkulan
SANGAT
TERCIDUK NDANGDUT
(gemas
sekali lagu anak tidak booming lagi)
sangat
terciduk ndangdut sembarang usia
siapapun
bahkan juga anak-anak
terutama
ketika berkumandang lagu bojo galak
tanpa
partitur liriknya terdendang meluncur
kepada
siapa hendak berteriak
ketika
kini industri lagu anak tengah hancur?
musik
tidak sekedar gitar yang bernada atau kendang berirama
namun
komposisinya mampu menggoncang
hingga
kedalaman ruh-jiwa siapa saja
bukan
hanya menohok dua anak kos yang sedang jatuh cinta
bercengkerama
di sudut teras sambil melupakan cita-cita
sebab
sudah lazim beranggapan bahwa esok
di
negri “tongkat kayu dan batu jadi tanaman” ini
sebarisan
generasi bisa menjadi apa saja yang tak terduga
(musik ndangdut yang dimanjakan
televisi
memang bisa menghidupi, apalagi
jika dipentaskan di lapangan
selain siapapun bisa serempak
bergoyang, juga ada yang berdagang
meskipun nampaknya audisi
ndangdut anak-anak belum pernah ada
tidak seperti indonesian idol
cilik atau the voice kids indonesia
namun bocah-bocah yang bernyanyi
koplo-ria ada di mana-mana)
sesungguhnya coretan ini bukan
hendak berupaya
menata jazz, ndangdut ataupun
r&b di mana posisi kastanya
namun ini (mungkin) puisi
bertemakan ikon seni dan TRAGIKA
MEMORI sebuah generasi
seperti yang pernah mendadak
terjadi
dimana memori secara rancu
terbenam di otak kanan
dan sekaligus menjalar ke batang
otak kiri
hayo, pada saat kau saksikan
ariel noah bernyanyi
jangan bohongi hati bahwa
serta-merta juga kau kenangkan
SANGAT BERDEBAR
KETIKA MENJADI PENGANTIN
(Super-selamat
untuk KAHIYANG AYU dan BOBBY NASUTION))
sangat berdebar ketika menjadi
pengantin
di pelaminan seperti tumbuh pohon
janji besar sekali
jika roboh pasti menancap di
palung hati
daun-daunnya rimbun seperti
suasana perasaan
reranting di dahannya
bercabang-cabang bagai tantangan
sulur-sulurnya bergelantungan
seperti memberi pertanyaan
:apakah kalian sungguh sudah siap
mengolah masa depan
dan akan selalu berdua bergandengan jiwa?
gemuruh debaran itu tiada
menghilang
meski musik dan tetamu
satu-persatu berpamitan
kemudian tinggal kita berdua di
remang cahaya
dengan gejolak yang setiap
menatapmu kian menanjak
………………………………………………….
………………………………………………….
luar biasa debaran itu seperti
dihantam ombak
yang berdamai dengan
kehendak
menakjubkan
kadang serasa diterbangkan tetapi
tetap dengan tumpuan
kadang mirip diayun searah angin
yang memompa hembusan
mendadak-berirama, halus-membara
memuncak-bernada,
melayang-bertenaga
dan kemudian seperti dihantar ke
geladak kapal yang lega-leluasa
di langit tampak garis
melengkung, pelangi puas bersenandung
ada sepasang burung terbang melampaui
puncak-gelombang
terpandang pula bentangan laut
sangat tenang
seperti rona tersipu malu-malu di
wajahmu
(detail dirimu hingga tiap
jengkal pori-pori
akan kuhormati sampai mati
agar serasa malam pengantin
agar senantiasa mendebarkan dan
selalu abadi)
SANGAT KEHILANGAN ADIK
(kau Pergi
meninggalkan Pulang ke KAU)
*in memoriem dua adik kandungku Tri Haryanto=pas mahasiswa
dan Catur
Edy Susanto=pas kelas 2 SMA
sangat kehilangan adik
kau pergi ke Mana dik, kok tak
pulang-pulang
sedangkan buku-jiwamu yang kucorat-coret
semakin membentuk kitab kenangan tentang kau-aku yang bertengkar saling
membanting keinginan
berdebat membincangkan kehidupan-puncak
kehidupan
dan tersenyum-lapang karena barusan mendapat
uang jajan
(kau tak bilang-bilang sih, bahwa esok akan Pulang)
kau pulang kepada Siapa, rasanya kok tak jauh pergi
kecipak air yang mengguyur sekujur hatimu
ketika asyik-mandi
masih mengumandang di ruang tungguku yang
lengang
bahkan masa kanak kita main bola,
layang-layang,
lucu-gundu dan bising gangsingan
tetap terngiang di sudut penantianku yang
mendebarkan
(kau banyak gembira sih, hingga tiada sepimu yang kusisa)
Dik, bersediakah kau
mengabarkan tentang supra-rumahmu kini
akan kudengar dari atas gundukan tanah sambil
mencangkung diri
seraya ragu-mendekap degap-degup jantungku
sembari menghirup bau-rahasia kembang
putih-kemboja:
“Mas, rumah saya bukan lagi di sini
tanah ini
hanyalah tempat dimana tubuh saya
dikembalikan
kepada Tanah
tubuh-kepala saya
yang ketika mungil dulu
suka Mas gendong
dan timang sayang
tubuh-lengan saya
yang saat itu
sering Mas cubit
dan tendang-sayang
seluruh tubuh yang
sejenak Dia pinjamkan
untuk mengolah
spiritual-getar Kehidupan.
Rumah saya adalah
Kepastian
tiada lagi
gamang-kesementaraan rumah-sukma saya
adalah tempat tinggal
yang dulu sering
terbayang dalam Sembahyang”
(kau kau kalian kau aku memang akan bubar
lantas
ke KAU
dan
kau dan kau kini telah duluan ke KAU
meninggalkan aku
kau
kau
kapankah siapa)
Dik, bolehkah aku
mendengar gaung isi hati
dan barangkali sisa-sisa harapanmu
karena ibu masih selalu bermimpi
serta mempuisikan potret remajamu
dan ayah sering memandangiku sebagai engkau:
“Mas, ketika tak terhitung orang menangis,
sesungguhnya saya
sendiri tertawa
bukankah saat
saya lahir, segenap orang sudah tertawa
sedangkan
sendirian saya menangis ? *
Tentang isi hati,
kini seluruhnya sudah tercurah
dan sejumlah
taqwa-harapan pun telah sampai
bersama Gusti
Alloh di rumah saya, tak lagi ternikmati
licik-perang,
gerilya-kepalsuan
dan pembodohan-pembodohan
saya sudah bisa bermain-bernyanyi dengan riang,
demokratis, bersyahadat
dan abadi”
*diambil dari
catatan almarhum Dik Catur Edy Susanto
yang merupakan
ucapan Mahatma Gandhi.
SANGAT
INGIN MENGHALAU CINTA PERTAMA
sangat
ingin menghalau cinta pertama
yang
mendadak menyeruak di kerling mata
gerak
langkahnya masih merpati malu-malu seperti dulu
tetapi
agaknya kini telah menjadi bayangan yang menipu
bermanja,
meminta diraih kalau saja bisa
bersijingkat,
sambil menghitung suasana
cinta
pertama senantiasa melakukan serangan kenangan
secara
tak terduga
(tiada
pilihan lain kecuali segera mengokang senapan waspada)
sangat
ingin menghalau cerita cinta pertama
terbidik
luka terbantai rindu
karena
sesungguhnya ia serupa benalu
mengendap-endap
mencari peluang merobohkan kesetiaan
merebut
kesempatan untuk meluruhkan ikrar janji
bertekadlah
melepaskan agar ia meniti jalan pergi
kekuatan
melupakan harus secepatnya disusun
dengan
lebih berlipat ganda lagi
sehingga
takkan tertemukan setitik cahaya pun
di
lorong-lorong waktu untuk kembali
(cinta
pertama selalu lihai memilih tempat bersembunyi
dan mengintai)
SANGAT TULUS MENGABDI
(KEPADA BAPAK/IBU GURU HEBAT MILIK SIAPAPUN)
sangat jujur mengabdi dengan sepenuh perasaan
berbakti
dan
KEBANGGAAN seorang guru adalah ketika murid-muridnya mampu mencintai ilmu
dan
kemudian ikhlas menebarkannya di sepanjang kehidupan, tak gentar
walau
badai menghadang, tiada pernah surut kebelakang
dan
terus bertekad menerjang, senantiasa bisa mengelola nasib seperti apapun
yang
menelikung dan tak henti datang
KEBAHAGIAAN
seorang guru manakala berjumpa dengan murid-muridnya
dan si
murid masih lekat mengenali huruf-huruf namanya
kemudian
sontak menggenggam dan sopan mencium tangannya
menghaturkan
sungkem hormat serta takzim-sapa
walau
ia sendiri dikarenakan timbunan usia dan sengkarut problema
menjadi
lupa : Siapa kamu ya ?!
“Saya Boni, profesi saya banker-manusiawi, Pak !” “Saya
Tania, Pak, pialang saham-akurat !!“
“Saya
Novanto, menjadi politisi-bersih, Pak !!!“
“Saya
Mugiman, Pak !!!! Perkenankan saya menghaturkan
terima kasih yang tak terhingga ya, Pak.
Bapak telah
menanamkan bejibun ilmu dan budi pekerti
hingga
merasuk
di kedalaman jiwa saya. Mohon ijin akan saya
tularkan kepada anak-anak saya.
Saya buka angkringan, Pak.
Menawi
Pak Guru badhe ngopi, nglinting sinambi ngobrol
soho
rengeng-rengeng nyamleng, dalem aturi
mampir.
Nanti
juga akan saya critani perilaku teman-teman saya yang
jadi bankir, pialang saham, politisi dan
tukang tumplek mbako, Pak !!”
KECEMASAN
seorang guru adalah ketika menghidupkan televisi
selalu
gemetar tangannya, kerap terkesiap jantungnya, berdesirrr…..
degupnya
menderu-deru
begitu
layar kaca benderang terbuka, tertayanglah rentetan
berita
tentang korupsi di sini di sana
“semoga
yang senyam-senyum berbaju tahanan KPK itu
bukan
murid bukan anak didikku, wajahnya serasa
tak punya malu, tampak innocent namun
sesungguhnya serupa benalu
Tapi….duh !!, kusimpan tangisku, kukuatkan rajutan
doa
kukelola gemeletuk gigi gera (ha) mku, antara
ingin memeluk
hangat sekaligus menampar keras pipinya
Oh…, luka dalam menyerang kalbuku:
ternyata benar ia adalah salah seorang muridku
!!”
(dulu
rasanya telah kugelontorkan keunggulan nilai perilaku
apakah masih ada yang keliru dariku?
pengajaran hafalankah yang ternyata lebih
banyak kuberikan
kepada seluruh muridku?,
memang kuingat saat itu hidupku selalu
dirampas oleh waktu
beban-beban hidup serasa berebut bagai di
lintasan pacu
tugas administratif serupa borgol yang
membelenggu
terpaksalah alakadarnya aku sebagai guru
benar terbukti sekarang bahwa aspek pendidikan
bisa tertancap
menghunjam di sepanjang helaan nafas kehidupan
sedangkan teks-teks pengajaran hanya muncul
saat dibutuhkan)
KEGALAUAN
seorang guru adalah ketika membolak-balik halaman koran
terkabarkan
sekumpulan bandit, tokoh preman dan bandar narkoba
digelandang
ke penjara
betapa
mereka telah membangun jejaring yang jalin-menjalin
mafianya
liat melingkar berpilin-pilin, menyeret siapapun
menancapkan
gigi-gigi seringainya tiada ampun
terlihat
foto wajah dan dirinya bertabur harta dan perempuan muda
“setelah teliti kupindai, syukurlah mereka bukan murid-muridku
namun hatiku tak lega juga, sebab saat bersekolah dulu
bukankah mereka juga diajar-dididik oleh guru-guru
bisa jadi oleh rekan-rekan seangkatanku”
(dalam
spanduk-spanduk sekolah yang hendak mengadakan reuni
tertulis tebal-tebal bahwa akan dihadiri para
alumni
pejabat sukses, birokrat teladan, para
profesional dan pengacara mumpuni
biodata mereka dibukukan, dan disebarkan
bahkan kepada siapapun
hingga memantik rasa kagum, cermin sukses
membikin takzim-ngungun
nama dan harga diri institusi sekolah pun
terkerek membubung
namun mungkin sekolah itu masih lupa mendata
bahwa bisa jadi ada juga alumni yang terlibat
korupsi
terjerumus narkoba, peselingkuh cinta atau
begundal berdasi
dan hingga kini pihak sekolah belum sempat
mendata mereka
belum berani mengakui dan membukukan
biodatanya
kemudian menyebarkan buku itu kepada seluruh
warga
menuliskan nama-nama mereka pada spanduk
dengan font-font
huruf ngejreng yang dipasang di tiap sudut kota
bahwa anak didik civitas akademika itu akan
datang juga
dalam perhelatan reuni akbar tahun ini
dengan membawa bertimbun-timbun sumbangan dana
guna merehab mushola, kantor guru dan ruangan
seni)
KELEGAAN
seorang guru adalah bila tiba
saatnya
istirah di teras rumah
seraya
hening bercengkerama dengan waktu
seusai
menunaikan tugas-tugas mulia keguruan
sehabis
deras mengucurkan hujan pengetahuan
dengan
segenap kuyub pengabdian
di
manapun kaki berpijak
demi
menghantarkan segerombolan generasi bertarung sakti
SANGAT
MERDEKA TIDAK PUNYA KANTOR
sangat
merdeka tidak punya kantor
dan
kemerdekaan itu senantiasa bermanja
menyelinap
bercanda di setiap sudut rumah
di
pangkuan istriku ia menceriterakan nasibnya
yang
terpenjara beragam seremonia di luar sana,
anak-anak
pun merangkulnya
kemerdekaan
itu mengaku sangat bahagia
bercak
luka-luka akibat belenggu borgol di tangannya
sembuh
seketika,
kemerdekaan
pun mengadu kepadaku ketika tubuhnya dipukuli
oleh
arogansi kekuasaan
juga
pada saat pipinya ditonjok tangan kesewenangan
lantas
kusejukkan ia dengan selimut-hangat kesetiakawanan
karena
tidak punya kantor
segenap
gagasan langsung bisa diwujudkan
tak
dihadang atau malah dihisap oleh kooptasi atasan
tidak
perlu merunduk-runduk pada istrinya
yang
ikut-ikutan berwibawa bahkan kadang
dengan
mobil kantor harus pula antar jemput anak-anaknya
rasanya
kantor bagai milik seluruh anggota keluarganya,
jika
atasan menggelar hajatan entah perkawinan atau sunatan
bahkan
kematian
harus
segera berbondong-bondong datang
untuk
setor muka, pasrah tenaga dan persembahan lainnya
sebab
bila tidak terlihat batang hidungnya
esok
di kantor mendengar atasan berdehem saja
buru-buru
berebut mencari tempat bersembunyi
bayangan
wajah cemberutnya akan mengejar tiada henti
sungguh
sangat merdeka tidak punya kantor
cuma
memang kemudian menjadi lupa tata cara berupacara,
ketika
inspektur berapi-api pidato menembakkan kata-kata
apakah
ada yang sambil diam-diam masih bisa menikmati
gitarisasi
deretan tubuh indah transparan yang berbaris di depan
SANGAT MENGHARAPKAN AYAH-BUNDA TIDAK BERCERAI
(cerita
dari gadis X)
sangat mengharapkan ayah-bunda tidak bercerai
jikalau tidak mendadak seperti beku darah di
nadiku
ingin kusegera melompat mengambili boneka
mainan
dan menggendong adik-adik yang berlari dari
bilik ke bilik
kesulitan menemukan pintu keluar dari rumah
yang terbakar
panasnya siang-malam sama sekali tak pernah
berhenti
senantiasa menggedor-gedor jantung kami
tiada pernah bisa tidur nyenyak usai kami
belajar
di setiap ruang memang ada lampu
tetapi serasa tak pernah berpijar
rumah kami selalu terbakar
oleh api pertengkaran ayah-bunda
bagai neraka batu-batu membara-tajam di
setiap ruang
pemadam kebakaran pemda pun takkan mampu
meredakan
pernah ingin kumencoba membaca apa akar
masalahnya
namun temanku keburu datang mengajak bermain
di halaman rumahnya yang penuh deretan bunga
ibu cantiknya pun menyapaku, ayahnya pulang
kerja
mengecup kening anak-anaknya satu persatu
kami melemparkan umpan ke kolam di halaman
ikan-ikan itu berkecipak menyambut kebahagiaan
di rumah yang semestinya menjadi hunian-riang
hatiku
sering kudengar suara piring yang terlempar
masa depanku pun serasa ikut jauh
terlempar-terkapar
juga gelas-gelas yang pecah menjadikan hatiku
patah-patah
terbanting pula segenap barang-barang dunia
satu adikku hanya bisa tergugu menangis
bersamaku
sedangkan yang lain pergi begitu saja
mungkin ingin menyaksikan kegembiraan pelangi
pernah kuberpikir apakah sebaiknya ayah-bunda
bercerai saja
sebelum menjelma magma malapetaka
dan aku akan semakin menjauh dari rumah
kesulitan yang ada adalah aku harus mencintai
ayah-bunda
dan kenangan yang tak mau ikut serta
ingin tetap di ruang tamu, ruang tidur, ruang
makan, ruang dapur
tempat kami biasa merenda canda dan menjahit
bentangan surga dunia
haruskah terlempar ke belantara rimba
sedangkan aku belum punya kemampuan menerkam
sebetapapun kumencoba berjuang
sampai segerombolan harimau datang
ayah, bagaimana jika harimau itu bertandang
ke rumah
dan di gerahamnya terlihat bercak darah
dan gumpalan retak-retak airmataku
bunda pasti akan meraung-raung
namun tentu tak akan kudengar suara apa-apa
meski penyesalan itu ayah-bunda kabarkan
lewat puting-beliung sekalipun
sebab aku sudah berada di surga yang
sesungguhnya
dan sedang meminta tolong bidadari
untuk mencari adik-adik yang tengah
bertebaran entah di mana
apakah ayah-bunda segera berlari bergandengan
tangan
hendak ikut menemukan mereka
ataukah akan tetap membakar rumah?
SANGAT MENGKHAWATIRI MASA DEPAN ANAK-ANAK
sangat
mengkhawatiri masa depan anak-anak
(anak-anak yang menangkap
suara)
“segarit warna
yang kugoreskan hingga keluar garis itu
telah
menyebabkan bunda marah-marah
dijerat oleh
ambisi menang-kalah
padahal aku
hanya ingin mencarikan ruang
agar garis itu
bertemu temannya yang menunggu
di luar bidang
di sana
sejak itu sudah
kurasakan pengalaman menjadi sengsara
semula kupikir
tangan ini milik pikiranku
sehingga akan
bisa kupahat berbagai kemungkinan
bukan kepunyaan
ibu guru
atau panitia
lomba yang meraup laba
dengan
mengiklankan aneka merk usaha
nyawa tanganku
juga bukan milik para penjual crayon
apalagi produsen
pensil warna
yang bertahun
telah menebangi pohon-pohon Siapa
aku adalah
kanak-kanak yang dianggap tidak punya usia
dengan imajinasi
yang terpenjara
serupa robot
terserang kegamangan
padahal ada
keharusan untuk berlaga
di gelanggang
pertarungan kehidupan yang sebenarnya”
(sesungguhnya
pemilik anak-anak bukan hanya ayah-bunda
tetapi siapa
saja termasuk bangsa)
ketika kehebatan
anak-anak melulu dipindai dari perolehan
seremoni
bermacam lomba, siapa yang akan
memberi asupan
pemikiran yang altruistik dan toleran
sebab mereka
telah terlanjur dididik
untuk lebih
menghebatkan ego-dirinya
sebab mereka
telah senantiasa dibina
untuk
membanggakan ayah-bunda dan trah keluarganya
karena di pundak
mereka teronggok beban
guna memanggul
nama baik sekolahnya
lantas bagi
anak-anak yang bukan siapa-siapa
harus mewarnai
gambar apa
(matahari yang
terbit diantara dua gunung
sungai dengan
dua garis yang melengkung
petak-petak
sawah di kiri dan atau kanannya
serta ada dangau
dengan burung termenung?)
yakinkah
generasi yang moncer dalam lomba-lomba ketika muda
akan konsisten
mempertahankan kebanggaannya
ataukah akan
seperti mantan olimpian yang mengejar kesejahteraan
dengan
menangkringkan statusnya di kantoran
setelah itu
membangun rumah tangga
suntuk meraup
harta-benda dan segala hal yang dulu
terlihat maya
dan piala-piala
itu pun (yang di pasaran siapapun bisa pesan)
dibiarkannya
bercerita sendirian
sebagai pajangan
almari ruang tamu
hanya beberapa
yang tetap setia hingga dimakan usia
terus menjadi
penemu
bahkan bila pun
hasil-hasil telisik-intelektualnya
tiada yang
memedulikannya
(terlampau
banyak yang telah lupa
untuk
membenamkan rasa berbangsa
seperti yang
dimiliki tentara
ataukah akan
bisa dilahirkan
tentara yang
olimpian dan olimpian yang berjiwa kebangsaan?)
*olimpian di
sini = para peserta lomba olimpiade,
bukan olimpian era Yunani yang terbiasa
berjuang
SANGAT TERBUANG JAUH
sangat terbuang
jauh
ketika
teman-teman dibopong keluarga mereka
berfoto gembira
usai semarak-seremonial wisuda
kusambangi
sahabat-sahabat di pasar
dan seluruh
kaki-lima menemani berbincang
membangunkan
istana pasir
seolah kehidupan
akan selalu seperti
membalikkan
telapak tangan
sangat terbuang
jauh
pada saat
kawan-kawan sudah menikah
tak berani
membayangkan malam pertamanya
jika teman itu
tidak sedang sial
tentu akan
menjadi begitu indah
selalu setia
kutelusuri buku-buku
dan membangun
istana pasir
seperti
kehidupan akan selalu mudah
seperti langkah
akan senantiasa gagah
sangat terbuang
jauh
istana pasir itu
selalu runtuh
sampai
tertemukan kemerdekaan
melalui tuah kata-kata
dan kini bisa
dekat dengan siapa saja
08/12/2017
’16.25
SANGAT MENYAYANGI AYAH-BUNDA
sangat
menyayangi ayah-bunda
segera
tangkaplah haus-damba anak-anak kecil
yang mengajak
bercanda berlarian di halaman hati
ruang leluasa
bagi mereka untuk melukiskan cita-cita
cepat rubuhkan
keangkuhanmu membangun penjara waktu
sebab gelanggang
canda membutuhkan perasaan merdeka
seperti luas tak
berbatas kasih sayang ayah-bunda
bercinta suci
mereka, lahirlah kita
demi anak-anaknya
kadang pula saling bertengkar di suatu hari
dan ketika
bergantian mereka Pergi
baru teringatkah
kau pada kasih sayangnya yang tak pernah diminta?
kasih sayang itu
mereka tinggalkan di atas meja belajar
terselip di
antara buku-buku tercatat berlembar-lembar
dalam bentuk
coretan sikap kita yang kadang kurang ajar
membangkang
memanjakan pilihan hati sendiri dan keras-kepala
berpolah dengan
ucapan amarah lancang-lantang
membikin bunda
kecewa rapuh hatinya berkeping jatuh
hingga angin pun
tak tega menghantarkan lirih-pedih tangisnya
juga menorehkan
luka pada ayah yang siang malam berpayah
mempertaruhkan
jantung-jiwanya yang kian melemah
namun tegar
benaknya memaklumi janji-janji kosong kita
tergugu
dirundung sesal-akut rasanya
kenapa dulu tak
menjelmakan rumah bagai lapangan saja
mengajak
ayah-bunda berlarian dari sudut ke sudut
tertawa
bergandengan tangan mencurahkan bentangan perhatian
memelukkan
cinta-matinya yang tak berbatas bidang
ingin rasanya
mengajak ayah-bunda main bola
tiga pemain
menghadapi tak terhitung lawan
ayah menjadi
stoper kehidupan, bunda menjaga gawang kesetiaan
sebagai striker
di depan tentu kuburu aneka peluang
ketika ayah
memberikan operan kesempatan
ternyata aku
didera keraguan untuk menendang bola matang
secepatnya bunda
meninggalkan tiang gawang
melakukan
overlaping membahayakan
mendampingiku
menggiring bola cita-cita agar ke lurus tujuan
bunda tekun
mendoakanku ayah pun tersenyum dari kejauhan
skor 1-0
kudapatkan, kemenangan sementara
dengan eksekusi
dari kakiku sendiri
tetapi kularang
nurani melakukan selebrasi berkacak pinggang
(mendadak
terlihat gocekan lawan makin menggila
memperlihatkan
tiki-taka yang memesonakan
kompak mengelola
kreatifitas serangan
menusuk rusuk
jantung pertahanan)
selagi
seru-serunya pertandingan dan penonton klimaks penasaran
Sang Wasit
meniup peluit panjang
meminta
ayah-bunda menepi dari Arena Kehidupan
melemparkanku
sendirian menyabung garang nasib
menanggung di
pundak, kronika drama kalah-menang
dan berulang
terkenang menahun kasih-sayang ayah bunda
yang mustahil
mampu kukembalikan
(cepat
bercakaplah dengan anak-anak kita
dengan beragam makna senyuman dan bahagia
kata-kata
di berbagai kesempatan yang kau bisa
sebab kualitas kasih-sayang kita sesungguhnya
imitasi belaka
senantiasa diukur dan dikalkulasi dengan
gebyar benda-benda
tragis keadaannya dilanda ketidakpastian
kronis
dan juga berkelas instan nan tak pernah
ditempa
tiada sebanding dengan kilau emas kasih milik
ayah-bunda
yang tak pernah dihitung jangkauan
kumandangnya
pualam kesabarannya ditebarkan begitu
saja
menjadi telaga sejuk keikhlasan
kasih-sayang kita hanya sandiwara
bahkan mungkin saja itu bukan kasih sayang
cumalah serupa onggokan sampah apkiran
yang dari hari ke hari selalu ada
dan senantiasa terbuang, buah hati kita enggan
mengenang
jika pun anak-anak kau paksa beri
kasih-sayang
kau pasti akan menuntut banyak hal
kasih-sayang anak-anak generasi z ini virtual
ayah-bundanya adalah kuota data dan gadget
yang dipeluk
hingga di sebalik beku-bantal
kiranya tak perlu pula kau buatkan lapangan
bola
di sela-sela hamparan congkak gedung menjulang
kecuali mampu kau hadapi konglomerasi
ruang
dan kapitalisasi sumber daya alam
yang makin menggurita)
(kutulis cepat sesaat anak bungsuku, Hanna, reda menangis,
ia minta
dibelikan sepeda seperti teman-temannya……….)
SANGAT KERAMAT
BERSUMPAH
Sangat
keramat bersumpah
setelah
pensiun, dan membereskan segenap kewajiban
anak-anak
pun tak lagi jadi tanggungan, mereka mandiri
harta
yang ada masih bersisa bila pun harus dibagi-bagi.
Hari
tua yang menarik, diguyuri sejahtera dibanjiri bahagia
saban
pagi jogging, sesudahnya nonton televisi
loper
koran datang, kopi panas telah terhidang beserta camilan
kemarin
reuni bareng kawan seperjuangan, jumlah jiwanya selalu berkurang.
Cucu-cucu yang berkumpul, celotehnya bagai melodi pasar
malam
berjumpalitan,
berlarian, nangkring di kursi dan kebentur tembok
tangisnya
menggugah lazim kenangan : generasi yang bergantian.
Setelah
ringkas berbenah, usai menyelami kebanggaan duniawi
tibalah
saatnya dipanggil ke Sana menyusul sahabat sejawat,
karib
sekongkol, sobat semafia, rekan satu katebelece anak-anak
buah sekongkalikong : teman-teman sekompi konspirasi,
yang
dua-tiga malam ini memangil-manggil dalam mimpi
melata-menggapai-gapai-merangkak
: wajah mereka tervisual nestapa-ngeri.
Sesampai
di Sana ternyata bersua pula dengan kolega-kolega sebaya
yang
kemudian dikumpulkan dan tak sempat saling bercanda seperti kala di dunia
juga
tidak diberi kesempatan bertukar sapa
tiba-tiba
menggema sebuah Suara :
“Saatnya sampailah kalian tiba di Sini.
Ketika disumpah sebagai pegawai negeri,
wakil rakyat dan guru
dengan khidmat kalian menyebut
nama-KU
tetapi kenapa bolpoin dan buku tulis
inventaris
yang terletak di meja kerja
kalian miliki dan bawa pulang begitu saja,
tidakkah kalian mengerti
itu kan sama saja dengan korupsi ?”
(semua
diam, sesungguhnya ingin bicara namun terbungkam
semua diam, mau lari pun sudah tak ada lagi
jalan
hendak bersijingkat saja tak kuasa
justru pijakannya tergenang lumpur membara
makin lama semakin panas berbisa
kolam api menggelegak bersuara-suara
lebih dahsyat dari ledakan magma gunung dunia
:
mereka kecemplung di Sana......)
mereka kecemplung di Sana......)
SANGAT TERCEKIK KEWIRAUSAHAAN
(terinspirasi
simbok-simbok penjual di pasar)
sangat tercekik
kewirausahaan
bangun pagi
menata dagangan
belum ada yang
beli, datang tagihan dari bank harian
ingin mengumpat
tapi tiap saat membutuhkan
bahkan hanya dengan
kedip mata, modal segera dicairkan
ingin
menyumpah-serapah pemerintah
kenapa tidak
segera bisa membuat rakyatnya bungah
intrik politik terserah
yang penting beras murah
katanya diminta
berwirausaha
katanya tidak
harus menjadi pamong praja
rasanya
datangnya perhatian kok hanya pada saat pemilu
setelah teraih
kursi yang dirindu, janji-janji pun berlalu
sangat tercekik
kewirausahaan
hidup seperti
dipenjara oleh detak-detik jam kesiangan
sedikit bakal kehilangan banyak peluang
nekad tidak
bangun tentu bakal kelaparan
keuntungan yang
didapat pun selalu lenyap
pada saat
harga-harga melambung, haruskah tiarap?
terpaksa
berjualan minuman dengan gula imitasi
menyembunyikan
margin kulakan kepada pembeli
kopi pun berjagung
atau berkawan dengan beras yang digosongkan
dan cendol yang
entah kapan masa expired-nya
sampai kelu
lidah untuk bilang kepada anak-anak tercinta
agar hidup
seadanya saja jangan banyak meminta
apalagi hingga
plesiran ke ujung dunia
cukup jajan
makanan kemasan pabrikan bermicin
dan mengandung benzoat
di warung tetangga
(bangun
pagi-pagi tak sempat bernyanyi
apalagi maksimal
berdandan, sebab buru-buru mematangkan dagangan
pulang jualan
pun sudah petang seketika ngantuk dan ketiduran
esok harus
bangun pagi-sekali seperti sediakala
bersiklus begitu
terus di sepanjang nyawa
tak kenal me time
apalagi jurus diversifikasi usaha
sebenarnya ingin
berteriak lantang: hidup kok begini membosankan !!
laba yang
didapat selalu impas
bahkan kadang
tekor dibanding dengan harga kehidupan
otomatis
terkikis pula rasa peduli untuk berbagi
si suami yang
ikut jualan pun malas ronda dan kerja bakti
sebab langkah
dan nafasnya senantiasa tertelikung
oleh borgol
nasib yang terbuat lebih keras dari sekedar represi-besi
belum lagi
mereka dihantam gurita pasar swalayan
dengan belitan tentakel-tentakelnya
yang rakus mengerikan
pendapatan
semakin pas-pasan
maka terpaksa
jika ada teman sepasar mengadakan helatan perkawinan
nyumbangnya
pakai uang recehan apalagi untuk musibah kematian
dan ketika ada
yang mengawinkan anaknya di gedung pertemuan
dengan
menyajikan meriah aneka prasmanan
teman-teman
seperjuangan di pasar itu tidak diundang
terpaksa tega
nian
diundangnya di
rumah dengan snack dus yang dijatah
tetamu itu pun
hanya membatin meski ada pula yang berghibah
namun tidak
sampai menyemburkan sumpah-serapah)
sangat tercekik
kewirausahaan
ketika adzan
menggema dan sedang banyak pembeli di lapak usaha
sholat pun
ditunda demi tertimbun laba
sebab Tuhan tak
mengirim pahala secara kontan dan kasat mata
hoi, mungkinkah
ada laskar santri yang peduli
berkhidmat
sejenak menjaga tempat usaha mereka
dan biarkan para
pedagang yang berjilbab warna-warni itu
menjalankan khusyuk-sembahyang
dan berdoa
sebagai pak kyai
dan santri jangan semua mendukung politisi
bahkan ada yang malah
lebih suka sweeping di jalanan membongkar
warung makan yang berjualan di bulan ramadhan
memorak-porandakan
meja-meja bilyar
menggempur
kerlip-lampu diskotik hingga berhenti berpijar
sambil berteriak
allohu akbar
siapapun yang
berseberangan dikejar-kejar
dengan
mengatasnamakan bendera agama
sedangkan para
pedagang pun minta dibela jam-jam ibadahnya
mereka sungguh
butuh kepedulian keimanan
hidupnya serasa terpaksa
dan selalu tergesa-gesa
sholatnya menjadi jarang-jarang namun rajin
yasinan
luar biasa kompak
sangat berkumandang bacaannya
religius nian
ternyata
yang disimak adalah huruf latinnya
SANGAT CANTIK MEMANDANGMU
sangat cantik
memandangmu
terlupakan sesak
kereta tempat kita bertemu
lalu menuruni
anak tangga mencari sepi-bangku
ada resahmu
tergambar di wajah
kilau danau air
mata yang hendak tumpah
dan belum sempat
kau seka, kereta selanjutnya tiba
singgah sejenak
sebelum menuju stasiun berikutnya
kita pun segera
beranjak namun dengan arah yang berbeda
kulambaikan
tangan, seketika kau membuang muka
sangat cantik
memandangmu
gerak tubuh yang
mengilhami sajak dan lagu
lentik mata nan
senantiasa mengajak terbang mengupas rindu
dengan pisau tertajam
bergolak lautan
memanggil hasrat untuk berenang
hingga
menjangkau jarak tak berbatas
menerjang
gelombang yang paling buas
sangat cantik
memandangmu
tapi aku pilih
pulang ke rumah
sebab kesetiaan
lebih membahagiakan
serta mampu
menjelmakan singgasana paling megah
setia itu cantik
dan menjanjikan kapal-gairah
dengan haluan yang terarah
SANGAT TERPERANGKAP JANJI
sangat
terperangkap janji
yang dibenamkan
di kepala saat terik matahari
di lapangan sana
menggelegar pidato membahana
disertai kepalan
tangan dan ujaran bergelora
namun kiranya takkan mampu meremukkan
apa-apa
karena hanya
berisi imajinasi
bahkan serupa gumpalan
buih kata-basi
seolah hanya kau
mesias yang diluncurkan
untuk
menyelamatkan negri
(yang terpilih
nanti betapa mengkhawatirkan
jika ternyata
sosok jadi-jadian
sedangkan yang
sudah dinobatkan sebagai tokoh pun
dengan kidung sebagai
resonansi duniawi
dan konde yang
merupakan simbolisasi ragawi
sungguh ngeri justru disulutnya menjadi api
intoleransi
dan gelegak magma
disintegrasi
meledaklah
tangis ibu pertiwi
sebab seperti
memiliki anak kandung
yang ingin
membentuk negara sendiri)
sangat
terperangkap janji
semangat yang
berapi-api ditepuktangani
membakar massa
yang lupa pada nasib sesungguhnya
mengobarkan
harapan padahal di depannya terhampar jurang
hanya kau yang
akan bisa melompat-selamat
bersama satu dua
kolega dan barisan pengacara
sedangkan rakyat
pelahan-lahan menuju sekarat
musna tanpa
membekaskan nama
sangat
terperangkap janji politisi
cuma ada satu
gadis cantik-eksotik yang berspekulasi
dengan
hanya memegang satu janji
sebab ia tak mau
tertipu berkali-kali
SANGAT TERPIKAT KENANGAN
sangat terpikat
kenangan
sedangkan hidup
harus berjalan ke depan
membongkar batu
ujian
merobohkan
dinding tantangan
meninju pohon
hambatan
menendang
kerikil godaan
menerjang badai
nasib
menguak misteri
kemungkinan
menguji
jurus-jurus perjuangan
sangat terpikat
kenangan
padahal batu
ujian belum diatasi
padahal dinding
tantangan baru sedikit dihadapi
padahal pohon
hambatan hanya beberapa dahan yang ditebang
padahal kerikil
godaan masih tampak menghadang
padahal badai
nasib tak juga padam
padahal misteri
kemungkinan justru menjadi hantu menakutkan
padahal
jurus-jurus perjuangan belum tuntas dipertarungkan
sangat terpikat
kenangan
akankah
menghindar dari keharusan terus berjalan?
haruskah bersembunyi
dari sangar-kenyataan kehidupan?
SANGAT MEMEJAMKAN MATA
sangat
memejamkan mata
ketika terbang
menaiki pesawat regenerasi
dilahirkan sudah
berbuat apa
ataukah justru
negara lebih memberi apapun yang diminta
sungguh terasa
turbulensi di udara
jasad itu entah
akan dijatuhkan di mana
sangat
memejamkan mata
pada saat
menumpang kendaraan regenerasi
meniti
perjalanan nan jauh
jejak pengabdian
apa yang sudah ditinggalkan
di belakang
sana, hanya bentangan fatamorgana
agaknya tiada
satu pun yang kan mengenangnya
jasad itu entah
akan dikuburkan di mana
sangat
memejamkan mata
ketika berlarung
dengan kapal regenerasi
membuang sauh
mencari tempat berlabuh
akankah ada yang
sudi mencatat pengorbanan
sebab selama ini
hanyalah sibuk menggali harta benda
yang tidak habis
dilahap tujuh turunan anak-cicitnya
jasad itu entah
akan ditenggelamkan di lautan mana
sangat
memejamkan mata
setelah matra
udara, darat dan laut bersaksi
mendadak
lahirlah matra dunia digital terkini
penumpang-penumpangnyalah
yang akan berkuasa
saling menjegal
dengan hoax kata-kata
entah jasad-jasad
tak berjiwa itu kelak akan berkubur di mana
(di
silicon valley si surga maya?)
SANGAT INGIN
SELALU BERSAMAMU APAPUN KEADAANNYA
sangat ingin
selalu bersamamu apapun keadaannya
tanpa terasa
langkah yang kita ayunkan dari teras kos-kosan telah sedemikian
jauh mata memandang
saat itu dengan
badai-berdebar kuketuk pintu
dan muncullah
wajah bersusun kata-kata rembulan
pelukis kondang
pun takkan mampu menggoreskan perasaan
gemuruh hati
yang tak kasat mata
ledakan jantung
nan sungguh aneh sebab berirama
betapa hebat
Tuhan dalam mengirimkan tanda-tanda
semuanya tunduk
kepada segala rahasiaNYA
kemudian di
teras-rindu itu terselenggara indah-perbincangan
tentang kebaikan
pak pos dan warna-makna surat-surat kita
sangat ingin
selalu bersamamu apapun keadaannya
anak-anak pun
hadir serasa tiba-tiba
dan
berlompatan-meriah di halaman rumah
kebahagiaan
sederhana yang meruah
menendang bola
merobohkan pot-pot bunga
saling
bertengkar namun sesaat saja
tidak seperti
tetangga yang tak ikhlas saat saling bersapa
sebab bendera
partai dan calon bupatinya berbeda,
gubraaak!!!
terdengar suara benturan dan derit guliran roda
ia bangkit
kembali lantas mengayuh lebih kencang lagi
terjatuh entah
yang ke berapa kali dan langsung berdiri
anak bungsu kita
bu, yang sedang belajar naik sepeda
seperti
kehidupan yang juga penuh drama jatuh bangun
sebetapapun elok
rancangan telah kita susun
ujian-ujian
tetap mengasyikkan meski datangnya beruntun
sangat ingin
selalu bersamamu apapun keadaannya
terima kasih
sebesar gunung tertinggi di dunia
atas segenap
pengertian dari lubuk hatimu bagai telaga
ketika kau
laporkan rumah kita yang bocor karena hujan
bukan berkata
sekenanya, tidak bermaksud sebagai candaan
namun inilah
jawaban yang mampu kuberikan:
“tunggu musim
kemarau tiba, bocor itu tentu akan sirna”
dan kau pun
tersenyum sesejuk hujan itu sendiri
hujan penghapus
kemarau yang bikin menjerit para petani
sehingga harga
cabai dan beras naik lagi
sangat ingin
selalu bersamamu seperti apapun keadaannya
maafkan diriku
ya bu,
karena belum
bisa mengajakmu ke madinah dan singapura
tapi ini bu, aku
punya gambar-gambar dan brosurnya........
SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU
RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA
sangat cepat
waktu melaju
rasanya baru
kemarin saja menemaninya mandi bola
terngiang
teriakan lepasnya yang membahana
hingga merasuk
ke dalam palung jiwa ayah-bundanya
“dia buah kasih kita”
mengingatkan pada
drama kisah-pendekatan
bersaing dengan
teman-teman
dan ketika jatuh
cinta diterima
serasa ikut bahagia seisi dunia
luas lautan,
lapang langit, sejuk gunung-gunung
dan teduh-damai
teras kos-kosan
sangat cepat
waktu melaju
rasanya baru
kemarin saja menemaninya mandi bola
bola-bola
kebebasan baginya, ia lempar-lemparkan ke ujung jaring
ceria-berlompatan,
kumandang tawanya nan nyaring
dan kebahagiaan
itu ingin ia pamerkan pada bundanya
namun tengah
meninggalkannya keliling outlet untuk berbelanja
yang ditemuinya tatapan
alakadarnya dari mbak-mbak penjaga
maka kembali ia
lesat-lemparkan bola-bola itu
lontarannya
lebih keras rupanya dengan wajah menggerutu
hingga mengenai kepala
anak sebaya
sontak mereka
pun menangis bersama-sama
sangat cepat
waktu melaju
rasanya baru
kemarin saja menemaninya mandi bola
bola bulat yang
menggelinding cepat seperti perjalanan usia
tidak seperti
bola globe yang bergambar peta-peta
cepat-lambatnya
tergantung pemutarnya
dan yang
bergerak makin lambat mungkin hanya bola dunia
bahkan tampaknya
tengah mencari titik untuk berhenti
sebab sudah
kepayahan memikul sarat persoalan yang silih berganti
peperangan,
kemiskinan, intoleransi
(sangat cepat
waktu melaju
kini ia sudah
tidak suka mandi bola lagi
sukanya
menembakkan pertanyaan tak kenal waktu
khawatir jadinya
jika tiba-tiba saja spontan ia bertanya:
apakah
ayah-bunda senantiasa saling jatuh cinta?
sebab agaknya ia
mendengar ketika kami bertengkar
padahal
pertengkaran yang tak sampai mengguncang prinsip-jiwa
hanya perbedaan
pendapat perihal penataan pot bunga
dan pilihan
jagoan pilkada yang tidak sama)
SANGAT NYAMAN DI JIWA MENGAYUH SEPEDA DIHEMBUS ANGIN
sangat nyaman di
jiwa mengayuh sepeda dihembus angin
sambil merengkuh
tujuan masih bisa da da da da
kepada teman
yang juga bersepeda di seberang sana
melambaikan
tangan bertukar senyuman
saling berhenti
sejenak
bersapa kabar tentang
indah kehidupan
meskipun sedang
di jalanan tapi tidak merasa sendirian
seseorang yang
menyalip dari belakang pun dipersilakan
wusssssshhhh….terhirup
harum aroma
mungkin dia
seorang janda penjual bunga
sangat nyaman di
jiwa mengayuh sepeda dihembus angin
menjadi kenangan
ketika kini kau naiki brio atau fortuner
werrrrr…seketika
semua tujuan pun tersamber
dengan segala
cara tanjakan dan tikungan bisa diuber
jalanan seperti
milik simbah sendiri
umpatan pun
meluap jika disalip dengan kecepatan begitu ngeri
ingin mengganjar
dengan tendangan MMA dan pitingan silat betawi asli
sebab bila tiba-tiba
jantung copot di jalanan, bagaimana?
anak istri yang sedang
menunggu di rumah pun
tentu bakal terlambat
memungutinya
sangat nyaman di
surga si pengayuh sepeda dihembus angin dunia
bersama-sama
kita gotong dia
sepedanya
tertabrak motor hingga bengkok sebegitu rupa
remuk-tertekuk
dan diam
“senyummu kan
slalu kupahat di hati
kesabaran tiada
tertandingi
makna
persaudaraan di jalanan
yang kau
cerminkan
memang kian
menghilang”
SANGAT
MERDU MENDENGAR TANGISMU
(FANDY ketika itu)
(FANDY ketika itu)
sangat merdu mendengar tangismu
segala lirik lagu terkalahkan
berkumandang lantang tanpa partitur yang berurutan
jika suatu waktu kau terjerembab dan lebam
tugasmu bukan menggenggam tetapi mengepalkan tangan
ketika kau terlempar segera pancangkan pilar-pilar
bangunlah dunia baru di pijakan tempat kau terkapar
semangat akan menyelamatkanmu, cita-cita bersiaga menuntunmu
jangan takut dihembus angin sepanjang kompas langkah
selalu terarah
deru badai pun bakal menyerah
(HANNA ketika itu)
sangat merdu mendengar tangismu
suara alam pun diam ikut mendengarkan
apakah
kau ingin menjadi rembulan ya, sayang
tetapi
esok pagi matahari akan menenggelamkanmu
bila
kau ingin menjadi bumi, segeralah bangkit dari mimpi
sebab
di berbagai medan akan selalu ada pertarungan
tak
elok jika hanya mengandalkan pikat senyuman
benamkan
pengetahuan ke dalam otak kiri-otak kanan
hati-hati,
akan senantiasa tergelar aneka jebakan
yang
di baliknya terbentang jurang sangat
dalam
sigap
melompatlah dan jangan gampang menyerah
(HESTI ketika itu)
sangat pilu mendengar isak-lirih tangismu
ketika pagi itu mengabarkan untuk menunda menikahimu
sebab aku harus menjadi TKI terlebih dahulu
dan setelah segenap cerita dikunyah oleh waktu
BETAPA TERASAKAN BAHWA CINTA ITU
SERUPA TANDA BACA BERBENTUK KOMA
DAN SETERUSNYA ADALAH RINDU
(Ketika itu, SAYA)
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
zyxwvutsrqponmlkjihgfedc
baabcdefghijklmnopqrstu
vwxyzzyxwvutsrqponml
kjihgfedcbaabcdefghi
jklmnopqrstuvwxyzz
yxwvutsrqponmlkj
ihgfedcbaabcdef
ghijklmnopqrs
tuvwxyzzyxwvuts
rqponmlkjihgfedcb
aabcdefghijklmnopqr
stuvwxyzzyxwvutsrqpo
nmlkjihgfedcbaabcdefgh
ijklmnopqrstuvwxyzzyxwv
utsrqponmlkjihgfedcbaabcd
efghijklmnopqrstuvwxyzzyxw
vutsrqponmlkjihgfedcbaabcdef
ghijklmnopqrstuvwxyzzyxwvutsr
qponmlkjihgfedcbaabcdefghijklmo
pqrstuvwxyzzyxwvutsrqponmlkjihg
fedcbaabcdefghijklmnopqrstuvwxyz!
ekonurwindartosepulangjaditkiditaiwan
kemudianmenikahihestiningsihlantas
lahirlahsanggarbacaannancitadan
neofandyaikannancitazen
sertahannanancitanovarifdah
SANGAT
TERTANTANG OLEH GELOMBANG AMARAHMU
sangat
tertantang oleh gelombang amarahmu
kemarahan yang
tidak melebarkan jarak
justru semakin
mendekatkan
sehingga
keinginanmu tidak perlu kutebak
kemarahan kadang
bukan bibit pertengkaran
maka jangan
buru-buru ke luar rumah
apalagi sampai
hendak membakarnya
hingga rata
dengan tanah
jangkau hatinya dan
bisikkan kata-kata
yang takkan bisa
dilupakannya sepanjang masa
sangat
tertantang oleh gelombang amarahmu
biarpun kau
lampiaskan sekehendakmu
hingga
gelegarnya sampai mengguncang telinga
itu lebih baik
daripada kau pendam serupa magma
yang bila
meledak akan melumatkan segala
arus sungai,
tebing gunung, belukar perdu
termasuk
perasaan cintaku
SANGAT KAGET
DICEMBURUI
sangat
kaget dicemburui
kukira
segalanya terselenggara seperti terbitnya matahari
entah ada mendung atau gempa sinarnya
tetap memayungi
dan
bila saatnya tenggelam di rembang petang
sejuk
rangkulan terhadirkan di sepanjang malam
dengan
jemarimu yang suka kau tari-tarikan
esok
pun semburat sang surya terasa selalu lebih benderang
sangat
kaget sekali dicemburui
padahal
kurang apa kesetiaan yang terpahat di hati
seolah tiba-tiba terbentang curam jarak
hendak melompat pun belum tentu sampai
maka kupilih saja menunggu waktu
hingga terjulur jembatan pengertian
dengan kawat-kawat kesabaran yang
kencang
dan rangka besi pemahaman nan kokoh dari
badai-hujan
tidak rapuh bergoyang-goyang jika
ditapaki berduaan
sangat kaget dicemburui
atau jangan-jangan itu adalah strategi
semacam isyarat agar nanti malam
perhatian yang kuberikan harus lebih detail, kreatif dan mendalam
............................................
PARA
PEMBURU CINTA
Masih teringat jelas ketika pertama kali
saya berkenalan dengan seorang gadis bernama Hestiningsih. Kami: saya, Bowo, Aris dan Upri, mereka semua teman
satu kos saya, secara bersamaan berkenalan dengan dia di sebuah warung makan di kawasan Rinjani
Semarang. Pada awalnya kami berangkat bersama saat dolan ke kos-kosan Hesti
yang berjarak kurang lebih 200m dari kos-kosan kami. Namun berikutnya kami berkunjungnya dengan
tidak saling mengajak…… Jebul masing-masing
melakukan gerilya sendirian seperti berlomba dalam upaya mengambil hati
Hesti. Kemudian saya berinisiatif
membuat semacam sayembara di antara kami yakni: barang siapa yang paling duluan
bisa memperoleh pasfoto Hesti, dialah pemenangnya. Singkat cerita, setelah memberi kesempatan
kepada kawan-kawan unjuk kebolehan dalam berburu pasfoto, akhirnya pasfoto itu
berhasil saya dapatkan langsung dari Hesti !!
DARI SEMARANG, KAMI PUN
MERAJUT MASA DEPAN
(Dan
pasfoto itu saya dapatkan dengan melobi Hesti melalui hobinya. Dia suka membaca maka saya kirimi dia
buku-buku antara lain 3 buah novel Mira W edisi perdana ini. Dan di sampul
belakang novel itu saya selipkan sajak. Ke tiga novel ini sungguh memorable sekali. Hingga kini tetap
tersimpan dan menjadi koleksi Sanggar
Bacaan NanCita. Masih sering pula dipinjam oleh para anggota. Tiga buah
novel yang menjadi cikal-bakal dan “pondasi” pendirian perpustakaan)
......................................................
Bersambung ke entri AjariKamiMenulisCerpen (Kumcer MOBIL SURGA)
dalam BLOG ini juga.
*Eko Nurwindarto
Brojolan Timur 185 RT 05 RW 02
TEMANGGUNG 56212
WA/SMS 081328747838
Komentar
Posting Komentar