SANGAT JATUH CINTA

                        



                      Kumpulan Prosa Liris SANGAT JATUH CINTA  

SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA KATA-KATA
     Sangat berterima kasih kepada kata-kata, sehingga penghantar ini bisa disusun buat sidang pembaca.  Kata-kata serupa batu-bata, semennya adalah kalimat, sedangkan pasir-pasirnya terdiri dari tanda baca.  Dan ketika disusun bangunan dengan sepenuh jiwa, jadilah bahasa yang berbicara.   Sebab memang ada bahasa yang sejatinya hanya diam-beku saja.  Yaitu ketika batu-bata, semen dan pasirnya berceceran ke mana-mana alias masing-masing tetap menjadi benda  tak bersukma meskipun tampaknya merdeka. Misalnya seperti gosip, ujaran kebencian serta hoax.  Berarti ketika kita mengolah bahasa sebenarnya ada yang harus ditundukkan ya?  Demi apa coba kalau bukan untuk estetika, agar esensial serta supaya bahasa itu memiliki bodi yang sexy dan tebaran makna penuh etika. 
          Seluruh "prosa liris" dalam buku ini sengaja bertajuk awal SANGAT tidak untuk bermaksud agar memikat.  Bukan pula hanya terhenti pada semacam aksentuasi.  Namun sebisa mungkin bahkan ingin menggapai filosofi.  Bahwa diksi SANGAT akan menghantar kepada sebuah kebebasan.  Suatu resepsi escapisme  yang paripurna setelah sebelumnya super terpenjara.  Tak ubahnya bagai baru saja dikepung oleh segerombolan harimau.  Mulut mereka semua menganga, dan tentu saja mempertontonkan kilau seringai tajam taring-taringnya.  Dan mendadak saja semua harimau buas-liar itu serempak berbalik, sebab dari arah belakang mereka terdengar suara bruk-bruk !! terhampar timbunan daging segar entah siapa yang melempar.  Maka SANGAT MERDEKA akhirnya karena urung menjadi mangsa !!!!!! 
       Sebaiknya cukup sekian saja penghantar yang diprosa-prosa liriskan ini.  Selanjutnya silakan berenang ke dalam kolam prosa liris yang sebenarnya. Segeralah melompat untuk menyelam.  Jika Anda sampai tenggelam, Eko Nurwindarto siap menyelamatkan !! (dengan prosa-prosa liris mendatang). Namun apabila Anda merasa tak menemukan prosa liris sama sekali, berarti Anda telah salah jalan.  Silakan melenggang sambil mendekap dada karena ternyata lega juga dan ketahuan tersenyum (semoga dengan bahagia) karena mengenang sejumlah aforisma yang mau tak mau tetap Anda temukan. Sehingga seperti halnya saya, Anda akan juga sangat berterima kasih kepada kata-kata!!

DAFTAR ISI
01.  SANGAT JATUH CINTA.
02.  SANGAT TERLANDA RINDU.
03.  SANGAT TERLINDUNG REMBULAN.
04.  SANGAT TERCIDUK NDANGDUT.
05.  SANGAT BERDEBAR KETIKA MENJADI PENGANTIN.
06.  SANGAT KEHILANGAN ADIK.
07.  SANGAT INGIN MENGHALAU CINTA PERTAMA.
08.  SANGAT TULUS MENGABDI.
09.  SANGAT MERDEKA TIDAK PUNYA KANTOR.
10. SANGAT MENGHARAPKAN AYAH-BUNDA TIDAK BERCERAI.
11. SANGAT MENGKHAWATIRI MASA DEPAN ANAK-ANAK.
12. SANGAT TERBUANG JAUH.
13. SANGAT MENYAYANGI AYAH-BUNDA.
14. SANGAT KERAMAT BERSUMPAH.
15. SANGAT TERCEKIK KEWIRAUSAHAAN. 
16. SANGAT CANTIK MEMANDANGMU.  
17. SANGAT TERPERANGKAP JANJI. 
18. SANGAT TERPIKAT KENANGAN. 
19. SANGAT MEMEJAMKAN MATA. 
20. SANGAT INGIN BERSAMAMU APAPUN KEADAANNYA. 
21.SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA. 
22. SANGAT NYAMAN DI JIWA MENGAYUH SEPEDA DIHEMBUS ANGIN. 
23. SANGAT MERDU MENDENGAR TANGISMU.  
24. SANGAT TERTANTANG OLEH GELOMBANG AMARAHMU. 
25. SANGAT KAGET DICEMBURUI. 
26. RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita.


SANGAT JATUH CINTA 

sangat jatuh cinta saat menatap teduh matanya
mampu menghentikan kecamuk gelombang
di hati, rintih suara luka itu pun lenyap
tiada membekaskan apapun kecuali perasaan
ingin selalu bersama

sangat jatuh cinta semacam pintu tak terkunci
angin begitu mudah membukakan gerendelnya
dan tanpa harus dipersilakan
aku akan segera duduk di ruang hati
menikmati kombinasi warna nan membunga
yang tergambar dari transparansi aorta
semacam itulah perasaan sangat jatuh cinta
tiada tikungan yang memelesetkan langkah
tak ada simpangan yang kan menyesatkan arah
segenap perjalanan serasa termenangkan
teringkus pula segala sampah kata-kata
ya ampun aku ingin selalu sangat jatuh cinta
                                                 (17/10/17  '23.55)
 


SANGAT TERLANDA RINDU

sangat terlanda rindu dan segera kupanggil
cuplikan drama ketika pertama kali bertemu
kau lemparkan senyuman dan kupunguti satu-satu
sejumput yang lain kukembalikan
agar menjadi lukisan kenangan 

kerinduan kadang seperti terminal
yang barusan datang lantas buru-buru pergi
sedangkan yang tidak beranjak dari bangku
sepertinya ia sedang kehilangan rindu
sebab kerinduan akan selalu mengajak siapapun
untuk semangat berlari
bukan malah menuju punah dan terlunta sendiri

petiklah kerinduanmu dari dahan-dahan penantian
namun tunggu dulu hingga matang
dan sebagian benihkan supaya menjelma tanaman
kelak bisa membuah berkesinambungan
selalu sirami dengan pancuran kesetiaan
hei !!, segera usir segerombolan hama yang datang
jangan biarkan mereka meluruhkan daun-daun
yang ingin selalu saling berpelukan di sepanjang tahun    
                      

           
SANGAT TERLINDUNG REMBULAN   

sangat terlindung rembulan
ketika pertengkaran itu terselenggara secara tidak terduga
dan kemudian kita membuka pintu  darurat masing-masing
hendak segera melangkah keluar namun tidak kelar-kelar
seperti jiwa dua orang asing yang saling menunggu

rupanya derai air matamu adalah hitungan
seberapa jumlah duri yang menghadang di perjalanan
perasaan cinta di jiwamu selalu bekerja
sampai benak menangkap titik-titik tanda
kadang di antara kita muncul jarak yang mengagetkan
serasa membentang sangat berjauhan 
padahal setiap waktu berada dalam satu perahu
namun karena sering berebut ingin menjadi nakhoda
angin pun tak mau menghela layar 
menghantar hingga berlabuh ke danau itu

wow, meski di wajahmu seperti ada rimba yang terbakar 
bara apinya menjilat-menjalar membesar berkobar
tetapi karena sangat terlindung rembulan 
kau memberahikan isyarat meyakinkan
bahwa di tengah malam nanti 
akan tetap memberikan erat-rangkulan 
         


SANGAT TERCIDUK  NDANGDUT
(gemas sekali lagu anak tidak booming lagi)

sangat terciduk ndangdut sembarang usia
siapapun bahkan juga anak-anak
terutama ketika berkumandang lagu bojo galak
tanpa partitur liriknya terdendang meluncur
kepada siapa hendak berteriak
ketika kini industri lagu anak tengah hancur?

musik tidak sekedar gitar yang bernada atau kendang berirama
namun komposisinya mampu menggoncang
hingga kedalaman ruh-jiwa siapa saja
bukan hanya menohok dua anak kos yang sedang jatuh cinta 
bercengkerama di sudut teras sambil melupakan cita-cita
sebab sudah lazim beranggapan bahwa esok 
di negri “tongkat kayu dan batu jadi tanaman” ini
sebarisan generasi bisa menjadi apa saja yang tak terduga

(musik ndangdut yang dimanjakan televisi
memang bisa menghidupi, apalagi jika dipentaskan di lapangan
selain siapapun bisa serempak bergoyang, juga ada yang berdagang
meskipun nampaknya audisi ndangdut anak-anak belum pernah ada
tidak seperti indonesian idol cilik atau the voice kids indonesia
namun bocah-bocah yang bernyanyi koplo-ria ada di mana-mana)

sesungguhnya coretan ini bukan hendak berupaya
menata jazz, ndangdut ataupun r&b di mana posisi kastanya             
namun ini (mungkin) puisi
bertemakan ikon seni dan TRAGIKA MEMORI sebuah generasi 
seperti yang pernah mendadak terjadi
dimana memori secara rancu terbenam di otak kanan 
dan sekaligus menjalar ke batang otak kiri
hayo, pada saat kau saksikan ariel noah bernyanyi
jangan bohongi hati bahwa serta-merta juga kau kenangkan
ketika dia sedang bersama luna maya dan cut tari !!   

 



                    

SANGAT BERDEBAR KETIKA MENJADI PENGANTIN 
(Super-selamat untuk KAHIYANG AYU dan BOBBY NASUTION))

sangat berdebar ketika menjadi pengantin
di pelaminan seperti tumbuh pohon janji besar sekali
jika roboh pasti menancap di palung hati
daun-daunnya rimbun seperti suasana perasaan
reranting di dahannya bercabang-cabang bagai tantangan
sulur-sulurnya bergelantungan seperti memberi pertanyaan
:apakah kalian sungguh sudah siap mengolah masa depan
 dan akan selalu berdua bergandengan jiwa?

gemuruh debaran itu tiada menghilang
meski musik dan tetamu satu-persatu berpamitan
kemudian tinggal kita berdua di remang cahaya 
dengan gejolak yang setiap menatapmu kian menanjak
………………………………………………….
………………………………………………….
luar biasa debaran itu seperti dihantam ombak 
yang berdamai dengan kehendak 
menakjubkan
kadang serasa diterbangkan tetapi tetap dengan tumpuan
kadang mirip diayun searah angin yang memompa hembusan
mendadak-berirama, halus-membara
memuncak-bernada, melayang-bertenaga
dan kemudian seperti dihantar ke geladak kapal yang lega-leluasa 
di langit tampak garis melengkung, pelangi puas bersenandung
ada sepasang burung terbang melampaui puncak-gelombang
terpandang pula bentangan laut sangat tenang 
seperti rona tersipu malu-malu di wajahmu
(detail dirimu hingga tiap jengkal pori-pori
akan kuhormati sampai mati
agar serasa malam pengantin
agar senantiasa mendebarkan dan selalu abadi)



SANGAT KEHILANGAN ADIK
(kau Pergi meninggalkan Pulang ke KAU)          
*in memoriem dua adik kandungku Tri Haryanto=pas mahasiswa
  dan  Catur Edy Susanto=pas kelas 2 SMA  

sangat kehilangan adik
kau pergi ke Mana dik, kok tak pulang-pulang
sedangkan buku-jiwamu yang kucorat-coret  
                                                   semakin membentuk kitab kenangan                                                  tentang kau-aku yang bertengkar saling membanting keinginan 
berdebat membincangkan kehidupan-puncak kehidupan
dan tersenyum-lapang karena barusan mendapat uang jajan
(kau tak bilang-bilang sih, bahwa esok akan Pulang)

kau pulang kepada Siapa, rasanya kok tak jauh pergi
kecipak air yang mengguyur sekujur hatimu ketika asyik-mandi
masih mengumandang di ruang tungguku yang lengang
bahkan masa kanak kita main bola, layang-layang,
lucu-gundu dan bising gangsingan
tetap terngiang di sudut penantianku yang mendebarkan
(kau banyak gembira sih, hingga tiada sepimu yang kusisa)

Dik, bersediakah kau mengabarkan tentang supra-rumahmu kini
akan kudengar dari atas gundukan tanah sambil mencangkung diri
seraya ragu-mendekap degap-degup jantungku
sembari menghirup bau-rahasia kembang putih-kemboja:  

“Mas, rumah saya bukan lagi di sini
  tanah ini hanyalah tempat dimana tubuh saya
 dikembalikan kepada Tanah
 tubuh-kepala saya yang ketika mungil dulu
 suka Mas gendong dan timang sayang
 tubuh-lengan saya yang saat itu
 sering Mas cubit dan tendang-sayang
 seluruh tubuh yang sejenak Dia pinjamkan
 untuk mengolah spiritual-getar Kehidupan.
 Rumah saya adalah Kepastian
                                                      tiada lagi gamang-kesementaraan                                                                rumah-sukma saya adalah tempat tinggal
 yang dulu sering terbayang dalam Sembahyang” 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
(kau kau kalian kau aku memang akan bubar
 lantas ke KAU
 dan kau dan kau kini telah duluan ke KAU
 meninggalkan aku
                         kau
                         kau
      kapankah siapa)

Dik, bolehkah aku mendengar gaung isi hati
dan barangkali sisa-sisa harapanmu
karena ibu masih selalu bermimpi
serta mempuisikan potret remajamu
dan ayah sering memandangiku sebagai engkau:
  
“Mas, ketika tak terhitung orang menangis,
  sesungguhnya saya sendiri tertawa
  bukankah saat saya lahir, segenap orang sudah tertawa
  sedangkan sendirian saya menangis ? *
 Tentang isi hati, kini seluruhnya sudah tercurah
 dan sejumlah taqwa-harapan pun telah sampai
 bersama Gusti Alloh di rumah saya, tak lagi ternikmati
 licik-perang, gerilya-kepalsuan
dan pembodohan-pembodohan
saya sudah bisa bermain-bernyanyi dengan riang, 
demokratis, bersyahadat
dan abadi”
                                                                                                           
  *diambil dari catatan almarhum Dik Catur Edy Susanto
   yang merupakan ucapan Mahatma Gandhi.      

                                                      
                                                                                                                                                  SANGAT INGIN MENGHALAU CINTA PERTAMA  

sangat ingin menghalau cinta pertama
yang mendadak menyeruak di kerling mata
gerak langkahnya masih merpati malu-malu seperti dulu
tetapi agaknya kini telah menjadi bayangan yang menipu
bermanja, meminta diraih kalau saja bisa
bersijingkat, sambil menghitung suasana
cinta pertama senantiasa melakukan serangan kenangan
secara tak terduga
(tiada pilihan lain kecuali segera mengokang senapan waspada)

sangat ingin menghalau cerita cinta pertama
terbidik luka terbantai rindu
karena sesungguhnya ia serupa benalu
mengendap-endap mencari peluang merobohkan kesetiaan
merebut kesempatan untuk meluruhkan ikrar janji
bertekadlah melepaskan agar ia meniti jalan pergi
kekuatan melupakan harus secepatnya disusun
dengan lebih berlipat ganda lagi 
sehingga takkan tertemukan setitik cahaya pun
di lorong-lorong waktu untuk kembali
(cinta pertama selalu lihai memilih tempat bersembunyi
 dan mengintai)             
                                                         
                                                          
 
SANGAT TULUS MENGABDI       
(KEPADA BAPAK/IBU GURU HEBAT MILIK SIAPAPUN)

sangat jujur mengabdi dengan sepenuh perasaan berbakti
dan KEBANGGAAN seorang guru adalah ketika murid-muridnya mampu mencintai ilmu
dan kemudian ikhlas menebarkannya di sepanjang kehidupan, tak gentar
walau badai menghadang, tiada pernah surut kebelakang
dan terus bertekad menerjang, senantiasa bisa mengelola nasib seperti apapun
yang menelikung dan tak henti datang

KEBAHAGIAAN seorang guru manakala berjumpa dengan murid-muridnya
dan si murid masih lekat mengenali huruf-huruf namanya
kemudian sontak menggenggam dan sopan mencium tangannya
menghaturkan sungkem hormat serta takzim-sapa
walau ia sendiri dikarenakan timbunan usia dan sengkarut problema
menjadi lupa : Siapa kamu ya ?!

                                  “Saya Boni, profesi saya banker-manusiawi, Pak !”                                      “Saya Tania, Pak, pialang saham-akurat !!“
“Saya Novanto, menjadi politisi-bersih, Pak !!!“
“Saya Mugiman, Pak !!!! Perkenankan saya menghaturkan
  terima kasih yang tak terhingga ya, Pak. Bapak telah
  menanamkan bejibun ilmu dan budi pekerti hingga
             merasuk di kedalaman jiwa saya. Mohon ijin akan saya
             tularkan kepada anak-anak saya.  Saya buka angkringan, Pak.
            Menawi Pak Guru badhe ngopi, nglinting sinambi ngobrol
            soho rengeng-rengeng nyamleng,  dalem aturi mampir.
            Nanti juga akan saya critani perilaku teman-teman saya yang
            jadi bankir, pialang saham, politisi dan tukang tumplek mbako, Pak !!”
                                                                                                                                                  
KECEMASAN seorang guru adalah ketika menghidupkan televisi
selalu gemetar tangannya, kerap terkesiap jantungnya, berdesirrr…..
degupnya menderu-deru
begitu layar kaca benderang terbuka, tertayanglah rentetan
berita tentang korupsi di sini di sana
“semoga yang senyam-senyum berbaju tahanan KPK itu
 bukan  murid bukan anak didikku, wajahnya serasa
 tak punya malu, tampak innocent namun
 sesungguhnya serupa benalu
 Tapi….duh !!, kusimpan tangisku, kukuatkan rajutan doa
 kukelola gemeletuk gigi gera (ha) mku, antara ingin memeluk
 hangat sekaligus menampar keras pipinya
 Oh…, luka dalam menyerang kalbuku:
 ternyata benar ia adalah salah seorang muridku !!”  
(dulu rasanya telah kugelontorkan keunggulan nilai perilaku
 apakah masih ada yang keliru dariku?
 pengajaran hafalankah yang ternyata lebih banyak kuberikan
 kepada seluruh muridku?,
 memang kuingat saat itu hidupku selalu dirampas oleh waktu
 beban-beban hidup serasa berebut bagai di lintasan pacu
 tugas administratif serupa borgol yang membelenggu
 terpaksalah alakadarnya aku sebagai guru
 benar terbukti sekarang bahwa aspek pendidikan bisa tertancap
 menghunjam di sepanjang helaan nafas kehidupan
 sedangkan teks-teks pengajaran hanya muncul saat dibutuhkan)

KEGALAUAN seorang guru adalah ketika membolak-balik halaman koran
terkabarkan sekumpulan bandit, tokoh preman dan bandar narkoba
digelandang ke penjara
betapa mereka telah membangun jejaring yang jalin-menjalin
mafianya liat melingkar berpilin-pilin, menyeret siapapun
menancapkan gigi-gigi seringainya tiada ampun
terlihat foto wajah dan dirinya bertabur harta dan perempuan muda
               “setelah teliti kupindai, syukurlah mereka bukan murid-muridku
                 namun hatiku tak lega juga, sebab saat bersekolah dulu
                bukankah mereka juga diajar-dididik oleh guru-guru
                bisa jadi oleh rekan-rekan seangkatanku”

(dalam spanduk-spanduk sekolah yang hendak mengadakan reuni
 tertulis tebal-tebal bahwa akan dihadiri para alumni
 pejabat sukses, birokrat teladan, para profesional dan pengacara mumpuni
 biodata mereka dibukukan, dan disebarkan bahkan kepada siapapun
 hingga memantik rasa kagum, cermin sukses membikin takzim-ngungun
 nama dan harga diri institusi sekolah pun terkerek membubung

 namun mungkin sekolah itu masih lupa mendata
 bahwa bisa jadi ada juga alumni yang terlibat korupsi
 terjerumus narkoba, peselingkuh cinta atau begundal berdasi
 dan hingga kini pihak sekolah belum sempat mendata mereka
 belum berani mengakui dan membukukan biodatanya
 kemudian menyebarkan buku itu kepada seluruh warga
 menuliskan nama-nama mereka pada spanduk
 dengan font-font huruf ngejreng yang dipasang di tiap sudut kota
 bahwa anak didik civitas akademika itu akan datang juga
 dalam perhelatan reuni akbar tahun ini
 dengan membawa bertimbun-timbun sumbangan dana
 guna merehab mushola, kantor guru dan ruangan seni)

KELEGAAN seorang guru adalah bila tiba
saatnya istirah di teras rumah
seraya hening bercengkerama dengan waktu
seusai menunaikan tugas-tugas mulia keguruan
sehabis deras mengucurkan hujan pengetahuan
dengan segenap kuyub pengabdian
di manapun kaki berpijak
demi menghantarkan segerombolan generasi bertarung sakti
dalam rimba mega-raya ketidakpastian kehidupan 




SANGAT MERDEKA TIDAK PUNYA KANTOR    
                                   
sangat merdeka tidak punya kantor   
dan kemerdekaan itu senantiasa bermanja
menyelinap bercanda di setiap sudut rumah
di pangkuan istriku ia menceriterakan nasibnya         
                                    yang terpenjara beragam seremonia di luar sana,                                                                                                                       
anak-anak pun merangkulnya
kemerdekaan itu mengaku sangat bahagia
bercak luka-luka akibat belenggu borgol di tangannya
sembuh seketika,
kemerdekaan pun mengadu kepadaku ketika tubuhnya dipukuli 
oleh arogansi kekuasaan   
juga pada saat pipinya ditonjok tangan kesewenangan
lantas kusejukkan ia dengan selimut-hangat kesetiakawanan

karena tidak punya kantor
segenap gagasan langsung bisa diwujudkan
tak dihadang atau malah dihisap oleh kooptasi atasan
tidak perlu merunduk-runduk pada istrinya 
yang ikut-ikutan berwibawa bahkan kadang
dengan mobil kantor harus pula antar jemput anak-anaknya
rasanya kantor bagai milik seluruh anggota keluarganya,
jika atasan menggelar hajatan entah perkawinan atau sunatan
bahkan kematian
harus segera berbondong-bondong datang
untuk setor muka, pasrah tenaga dan persembahan lainnya
sebab bila tidak terlihat batang hidungnya
esok di kantor mendengar atasan berdehem saja
buru-buru berebut mencari tempat bersembunyi
bayangan wajah cemberutnya akan mengejar tiada henti

sungguh sangat merdeka tidak punya kantor
cuma memang kemudian menjadi lupa tata cara berupacara, 
ketika inspektur berapi-api pidato menembakkan kata-kata
apakah ada yang sambil diam-diam masih bisa menikmati
gitarisasi deretan tubuh indah transparan yang berbaris di depan
seperti zaman SMA nan penuh kenangan?    

    

  

SANGAT MENGHARAPKAN AYAH-BUNDA TIDAK BERCERAI
(cerita dari gadis X)          

sangat mengharapkan ayah-bunda tidak bercerai
jikalau tidak mendadak seperti beku darah di nadiku
ingin kusegera melompat mengambili boneka mainan
dan menggendong adik-adik yang berlari dari bilik ke bilik
kesulitan menemukan pintu keluar dari rumah yang terbakar
panasnya siang-malam sama sekali tak pernah berhenti
senantiasa menggedor-gedor jantung kami
tiada pernah bisa tidur nyenyak usai kami belajar
di setiap ruang memang ada lampu 
tetapi serasa tak pernah berpijar
rumah kami selalu terbakar
oleh api pertengkaran ayah-bunda
bagai neraka batu-batu membara-tajam di setiap ruang
pemadam kebakaran pemda pun takkan mampu meredakan

pernah ingin kumencoba membaca apa akar masalahnya
namun temanku keburu datang mengajak bermain
di halaman rumahnya yang penuh deretan bunga
ibu cantiknya pun menyapaku, ayahnya pulang kerja
mengecup kening anak-anaknya satu persatu
kami melemparkan umpan ke kolam di halaman
ikan-ikan itu berkecipak menyambut kebahagiaan

di rumah yang semestinya menjadi hunian-riang hatiku
sering kudengar suara piring yang terlempar
masa depanku pun serasa ikut jauh terlempar-terkapar
juga gelas-gelas yang pecah menjadikan hatiku patah-patah
terbanting pula segenap barang-barang dunia
satu adikku hanya bisa tergugu menangis bersamaku
sedangkan yang lain pergi begitu saja
mungkin ingin menyaksikan kegembiraan pelangi

pernah kuberpikir apakah sebaiknya ayah-bunda bercerai saja
sebelum menjelma magma malapetaka
dan aku akan semakin menjauh dari rumah
kesulitan yang ada adalah aku harus mencintai ayah-bunda
dan kenangan yang tak mau ikut serta
ingin tetap di ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, ruang dapur
tempat kami biasa merenda canda dan menjahit bentangan surga dunia
haruskah terlempar ke belantara rimba
sedangkan aku belum punya kemampuan menerkam
sebetapapun kumencoba berjuang
sampai segerombolan harimau datang

ayah, bagaimana jika harimau itu bertandang ke rumah
dan di gerahamnya terlihat bercak darah 
dan gumpalan retak-retak airmataku
bunda pasti akan meraung-raung
namun tentu tak akan kudengar suara apa-apa
meski penyesalan itu ayah-bunda kabarkan 
lewat puting-beliung sekalipun
sebab aku sudah berada di surga yang sesungguhnya
dan sedang meminta tolong bidadari
untuk mencari adik-adik yang tengah bertebaran entah di mana
apakah ayah-bunda segera berlari bergandengan tangan
hendak ikut menemukan mereka
ataukah akan tetap membakar rumah?


                                                                   
SANGAT MENGKHAWATIRI MASA DEPAN ANAK-ANAK 

sangat mengkhawatiri masa depan anak-anak                           
(anak-anak yang menangkap suara)
“segarit warna yang kugoreskan hingga keluar garis itu
telah menyebabkan bunda marah-marah
dijerat oleh ambisi menang-kalah
padahal aku hanya ingin mencarikan ruang
agar garis itu bertemu temannya yang menunggu
di luar bidang di sana
sejak itu sudah kurasakan pengalaman menjadi sengsara

semula kupikir tangan ini milik pikiranku
sehingga akan bisa kupahat berbagai kemungkinan
bukan kepunyaan ibu guru
atau panitia lomba yang meraup laba
dengan mengiklankan aneka merk usaha
nyawa tanganku juga bukan milik para penjual crayon
apalagi produsen pensil warna
yang bertahun telah menebangi pohon-pohon Siapa
aku adalah kanak-kanak yang dianggap tidak punya usia  
dengan imajinasi yang terpenjara
serupa robot terserang kegamangan
padahal ada keharusan untuk berlaga
di gelanggang pertarungan kehidupan yang sebenarnya”

(sesungguhnya pemilik anak-anak bukan hanya ayah-bunda
tetapi siapa saja termasuk bangsa)
ketika kehebatan anak-anak melulu dipindai dari perolehan
seremoni bermacam lomba, siapa yang akan
memberi asupan pemikiran yang altruistik dan toleran
sebab mereka telah terlanjur dididik 
untuk lebih menghebatkan ego-dirinya
sebab mereka telah senantiasa dibina
untuk membanggakan ayah-bunda dan trah keluarganya
karena di pundak mereka teronggok beban
guna memanggul nama baik sekolahnya
lantas bagi anak-anak yang bukan siapa-siapa
harus mewarnai gambar apa 
(matahari yang terbit diantara dua gunung 
sungai dengan dua garis yang melengkung
petak-petak sawah di kiri dan atau kanannya
serta ada dangau dengan burung termenung?)

yakinkah generasi yang moncer dalam lomba-lomba ketika muda
akan konsisten mempertahankan kebanggaannya
ataukah akan seperti mantan olimpian yang mengejar kesejahteraan
dengan menangkringkan statusnya di kantoran
setelah itu membangun rumah tangga 
suntuk meraup harta-benda dan segala hal yang dulu
terlihat maya
dan piala-piala itu pun (yang di pasaran siapapun bisa pesan)
dibiarkannya bercerita sendirian
sebagai pajangan almari ruang tamu
hanya beberapa yang tetap setia hingga dimakan usia
terus menjadi penemu
bahkan bila pun hasil-hasil telisik-intelektualnya
tiada yang memedulikannya
(terlampau banyak yang telah lupa
untuk membenamkan rasa berbangsa
seperti yang dimiliki tentara
ataukah akan bisa dilahirkan
tentara yang olimpian dan olimpian yang berjiwa kebangsaan?) 
 
*olimpian di sini = para peserta lomba olimpiade,
 bukan olimpian era Yunani yang terbiasa berjuang 
 secara spartan serta berkesinambungan semata demi negri.  

  
  



SANGAT TERBUANG JAUH

sangat terbuang jauh  
ketika teman-teman dibopong keluarga mereka
berfoto gembira usai semarak-seremonial wisuda
kusambangi sahabat-sahabat di pasar 
dan seluruh kaki-lima menemani berbincang
membangunkan istana pasir
seolah kehidupan akan selalu seperti 
membalikkan telapak tangan  

sangat terbuang jauh
pada saat kawan-kawan sudah menikah
tak berani membayangkan malam pertamanya
jika teman itu tidak sedang sial
tentu akan menjadi begitu indah
selalu setia kutelusuri buku-buku
dan membangun istana pasir
seperti kehidupan akan selalu mudah
seperti langkah akan senantiasa gagah

sangat terbuang jauh
istana pasir itu selalu runtuh
sampai tertemukan kemerdekaan
melalui tuah kata-kata   
dan kini bisa dekat dengan siapa saja
                             08/12/2017  ’16.25



SANGAT MENYAYANGI AYAH-BUNDA

sangat menyayangi ayah-bunda
segera tangkaplah haus-damba anak-anak kecil
yang mengajak bercanda berlarian di halaman hati
ruang leluasa bagi mereka untuk melukiskan cita-cita
cepat rubuhkan keangkuhanmu membangun penjara waktu
sebab gelanggang canda membutuhkan perasaan merdeka
seperti luas tak berbatas kasih sayang ayah-bunda
bercinta suci mereka, lahirlah kita
demi anak-anaknya kadang pula saling bertengkar di suatu hari
dan ketika bergantian mereka Pergi
baru teringatkah kau pada kasih sayangnya yang tak pernah diminta?

kasih sayang itu mereka tinggalkan di atas meja belajar
terselip di antara buku-buku tercatat berlembar-lembar
dalam bentuk coretan sikap kita yang kadang kurang ajar
membangkang memanjakan pilihan hati sendiri dan keras-kepala 
berpolah dengan ucapan amarah lancang-lantang
membikin bunda kecewa rapuh hatinya berkeping jatuh 
hingga angin pun tak tega menghantarkan lirih-pedih tangisnya
juga menorehkan luka pada ayah yang siang malam berpayah
mempertaruhkan jantung-jiwanya yang kian melemah 
namun tegar benaknya memaklumi janji-janji kosong kita

tergugu dirundung sesal-akut rasanya
kenapa dulu tak menjelmakan rumah bagai lapangan saja
mengajak ayah-bunda berlarian dari sudut ke sudut
tertawa bergandengan tangan mencurahkan bentangan perhatian
memelukkan cinta-matinya yang tak berbatas bidang
ingin rasanya mengajak ayah-bunda main bola 
tiga pemain menghadapi tak terhitung lawan
ayah menjadi stoper kehidupan, bunda menjaga gawang kesetiaan
sebagai striker di depan tentu kuburu aneka peluang
ketika ayah memberikan operan kesempatan
ternyata aku didera keraguan untuk menendang bola matang
secepatnya bunda meninggalkan tiang gawang
melakukan overlaping membahayakan
mendampingiku menggiring bola cita-cita agar ke lurus tujuan
bunda tekun mendoakanku ayah pun tersenyum dari kejauhan
skor 1-0 kudapatkan, kemenangan sementara
dengan eksekusi dari kakiku sendiri 
tetapi kularang nurani melakukan selebrasi berkacak pinggang  
(mendadak terlihat gocekan lawan makin menggila
memperlihatkan tiki-taka yang memesonakan 
kompak mengelola kreatifitas serangan
menusuk rusuk jantung pertahanan)

selagi seru-serunya pertandingan dan penonton klimaks penasaran
Sang Wasit meniup peluit panjang
meminta ayah-bunda menepi dari Arena Kehidupan
melemparkanku sendirian menyabung garang nasib
menanggung di pundak, kronika drama kalah-menang
dan berulang terkenang menahun kasih-sayang ayah bunda
yang mustahil mampu kukembalikan 

(cepat bercakaplah dengan anak-anak kita
 dengan beragam makna senyuman dan bahagia kata-kata
 di berbagai kesempatan yang kau bisa
 sebab kualitas kasih-sayang kita sesungguhnya imitasi belaka
 senantiasa diukur dan dikalkulasi dengan gebyar benda-benda 
 tragis keadaannya dilanda ketidakpastian kronis
 dan juga berkelas instan nan tak pernah ditempa
 tiada sebanding dengan kilau emas kasih milik ayah-bunda 
 yang tak pernah dihitung jangkauan kumandangnya 
 pualam kesabarannya ditebarkan begitu saja 
 menjadi telaga sejuk keikhlasan
 kasih-sayang kita hanya sandiwara
 bahkan mungkin saja itu bukan kasih sayang
 cumalah serupa onggokan sampah apkiran                                       
 yang dari hari ke hari selalu ada
 dan senantiasa terbuang, buah hati kita enggan mengenang 
 jika pun anak-anak kau paksa beri kasih-sayang 
 kau pasti akan menuntut banyak hal
 kasih-sayang anak-anak generasi z ini virtual
 ayah-bundanya adalah kuota data dan gadget yang dipeluk
 hingga di sebalik beku-bantal
 kiranya tak perlu pula kau buatkan lapangan bola
 di sela-sela hamparan congkak gedung menjulang
 kecuali mampu kau hadapi konglomerasi ruang 
 dan kapitalisasi sumber daya alam
 yang makin menggurita)
  
(kutulis cepat sesaat anak bungsuku, Hanna, reda menangis,
 ia minta dibelikan sepeda seperti teman-temannya……….)
                                                               07/9/ 2017  ’17.05  




                                                                                                                                    

SANGAT KERAMAT BERSUMPAH 
  
Sangat keramat bersumpah
setelah pensiun, dan membereskan segenap kewajiban
anak-anak pun tak lagi jadi tanggungan, mereka mandiri
harta yang ada masih bersisa bila pun harus dibagi-bagi.   
Hari tua yang menarik, diguyuri sejahtera dibanjiri bahagia
saban pagi jogging, sesudahnya nonton televisi
loper koran datang, kopi panas telah terhidang beserta camilan
kemarin reuni bareng kawan seperjuangan, jumlah jiwanya selalu berkurang.
Cucu-cucu  yang berkumpul, celotehnya bagai melodi pasar malam
berjumpalitan, berlarian, nangkring di kursi dan kebentur tembok
tangisnya menggugah lazim kenangan : generasi yang bergantian.

Setelah ringkas berbenah, usai menyelami kebanggaan duniawi
tibalah saatnya dipanggil ke Sana menyusul sahabat sejawat,  
                                   karib sekongkol, sobat semafia, rekan satu katebelece                                       anak-anak buah sekongkalikong : teman-teman sekompi konspirasi,  
yang dua-tiga malam ini memangil-manggil dalam mimpi 
melata-menggapai-gapai-merangkak : wajah mereka tervisual nestapa-ngeri.
Sesampai di Sana ternyata bersua pula dengan kolega-kolega sebaya
yang kemudian dikumpulkan dan tak sempat saling bercanda seperti kala di dunia
juga tidak diberi kesempatan bertukar sapa
tiba-tiba menggema sebuah Suara :  

         “Saatnya sampailah kalian tiba di Sini.
          Ketika disumpah sebagai pegawai negeri,
          wakil rakyat dan guru
          dengan khidmat kalian menyebut nama-KU
          tetapi kenapa bolpoin dan buku tulis inventaris
          yang terletak di meja kerja 
          kalian miliki dan bawa pulang begitu saja,
          tidakkah kalian mengerti
          itu kan sama saja dengan korupsi ?”

(semua diam, sesungguhnya ingin bicara namun terbungkam 
 semua diam, mau lari pun sudah tak ada lagi jalan
 hendak bersijingkat saja tak kuasa
 justru pijakannya tergenang lumpur membara
 makin lama semakin  panas berbisa
 kolam api menggelegak bersuara-suara
 lebih dahsyat dari ledakan magma gunung dunia : 
mereka kecemplung di Sana......)



SANGAT TERCEKIK KEWIRAUSAHAAN
(terinspirasi simbok-simbok penjual di pasar)

sangat tercekik kewirausahaan
bangun pagi menata dagangan
belum ada yang beli, datang tagihan dari bank harian
ingin mengumpat tapi tiap saat membutuhkan
bahkan hanya dengan kedip mata, modal segera dicairkan
ingin menyumpah-serapah pemerintah
kenapa tidak segera bisa membuat rakyatnya bungah  
intrik politik terserah yang penting beras murah
katanya diminta berwirausaha
katanya tidak harus menjadi pamong praja
rasanya datangnya perhatian kok hanya pada saat pemilu
setelah teraih kursi yang dirindu, janji-janji pun berlalu

sangat tercekik kewirausahaan
                                         hidup seperti dipenjara oleh detak-detik jam                                        kesiangan sedikit bakal kehilangan banyak peluang
nekad tidak bangun tentu bakal kelaparan
keuntungan yang didapat pun selalu lenyap
pada saat harga-harga melambung, haruskah tiarap?  
terpaksa berjualan minuman dengan gula imitasi
menyembunyikan margin kulakan kepada pembeli
kopi pun berjagung atau berkawan dengan beras yang digosongkan
dan cendol yang entah kapan masa expired-nya
sampai kelu lidah untuk bilang kepada anak-anak tercinta
agar hidup seadanya saja jangan banyak meminta
apalagi hingga plesiran ke ujung dunia  
cukup jajan makanan kemasan pabrikan bermicin 
dan mengandung benzoat di warung tetangga

(bangun pagi-pagi tak sempat bernyanyi
apalagi maksimal berdandan, sebab buru-buru mematangkan dagangan
pulang jualan pun sudah petang seketika ngantuk dan ketiduran
esok harus bangun pagi-sekali seperti sediakala
bersiklus begitu terus di sepanjang nyawa
tak kenal me time apalagi jurus diversifikasi usaha
sebenarnya ingin berteriak lantang: hidup kok begini membosankan !!
laba yang didapat selalu impas 
bahkan kadang tekor dibanding dengan harga kehidupan
otomatis terkikis pula rasa peduli untuk berbagi  
si suami yang ikut jualan pun malas ronda dan kerja bakti
sebab langkah dan nafasnya senantiasa tertelikung
oleh borgol nasib yang terbuat lebih keras dari sekedar represi-besi  
belum lagi mereka dihantam gurita pasar swalayan
dengan belitan tentakel-tentakelnya yang rakus mengerikan
pendapatan semakin pas-pasan
maka terpaksa jika ada teman sepasar mengadakan helatan perkawinan
nyumbangnya pakai uang recehan apalagi untuk musibah kematian
dan ketika ada yang mengawinkan anaknya di gedung pertemuan
dengan menyajikan meriah aneka prasmanan
teman-teman seperjuangan di pasar itu tidak diundang
terpaksa tega nian
diundangnya di rumah dengan snack dus yang dijatah
tetamu itu pun hanya membatin meski ada pula yang berghibah
namun tidak sampai menyemburkan sumpah-serapah)

sangat tercekik kewirausahaan
ketika adzan menggema dan sedang banyak pembeli di lapak usaha
sholat pun ditunda demi tertimbun laba
sebab Tuhan tak mengirim pahala secara kontan dan kasat mata
hoi, mungkinkah ada laskar santri yang peduli
berkhidmat sejenak menjaga tempat usaha mereka
dan biarkan para pedagang yang berjilbab warna-warni itu
menjalankan khusyuk-sembahyang dan berdoa  
sebagai pak kyai dan santri jangan semua mendukung politisi
                                     bahkan ada yang malah lebih suka sweeping di jalanan                                 membongkar warung makan yang berjualan di bulan ramadhan
memorak-porandakan meja-meja bilyar
menggempur kerlip-lampu diskotik hingga berhenti berpijar
sambil berteriak allohu akbar
siapapun yang berseberangan dikejar-kejar
dengan mengatasnamakan bendera agama
sedangkan para pedagang pun minta dibela jam-jam ibadahnya
mereka sungguh butuh kepedulian keimanan
hidupnya serasa terpaksa dan selalu tergesa-gesa
 sholatnya menjadi jarang-jarang namun rajin yasinan
luar biasa kompak sangat berkumandang bacaannya  
religius nian
   ternyata yang disimak adalah huruf latinnya   

                    
                    




SANGAT CANTIK MEMANDANGMU 

sangat cantik memandangmu
terlupakan sesak kereta tempat kita bertemu
lalu menuruni anak tangga mencari sepi-bangku
ada resahmu tergambar di wajah
kilau danau air mata yang hendak tumpah
dan belum sempat kau seka, kereta selanjutnya tiba  
singgah sejenak sebelum menuju stasiun berikutnya
kita pun segera beranjak namun dengan arah yang berbeda
kulambaikan tangan, seketika kau membuang muka

sangat cantik memandangmu
gerak tubuh yang mengilhami sajak dan lagu
                                         lentik mata nan senantiasa mengajak terbang                                           mengupas rindu dengan pisau tertajam
bergolak lautan memanggil hasrat untuk berenang
hingga menjangkau jarak tak berbatas
menerjang gelombang yang paling buas

sangat cantik memandangmu
tapi aku pilih pulang ke rumah
sebab kesetiaan lebih membahagiakan
serta mampu menjelmakan singgasana paling megah
setia itu cantik

dan menjanjikan kapal-gairah dengan haluan yang terarah  



SANGAT TERPERANGKAP JANJI

sangat terperangkap janji
yang dibenamkan di kepala saat terik matahari
di lapangan sana menggelegar pidato membahana
disertai kepalan tangan dan ujaran bergelora
     namun kiranya takkan mampu meremukkan apa-apa                                                                                                                                                               
karena hanya berisi imajinasi
bahkan serupa gumpalan buih kata-basi
seolah hanya kau mesias yang diluncurkan
untuk menyelamatkan negri
(yang terpilih nanti betapa mengkhawatirkan
jika ternyata sosok jadi-jadian
sedangkan yang sudah dinobatkan sebagai tokoh pun
dengan kidung sebagai resonansi duniawi
dan konde yang merupakan simbolisasi ragawi
 sungguh ngeri justru disulutnya menjadi api intoleransi  
dan gelegak magma disintegrasi
meledaklah tangis ibu pertiwi
sebab seperti memiliki anak kandung
yang ingin membentuk negara sendiri)

sangat terperangkap janji
semangat yang berapi-api ditepuktangani
membakar massa yang lupa pada nasib sesungguhnya
mengobarkan harapan padahal di depannya terhampar jurang                                                                                                                                                        
hanya kau yang akan bisa melompat-selamat
bersama satu dua kolega dan barisan pengacara
sedangkan rakyat pelahan-lahan menuju sekarat
musna tanpa membekaskan nama

sangat terperangkap janji politisi
cuma ada satu gadis cantik-eksotik yang berspekulasi
                     dengan hanya memegang satu janji                     

sebab ia tak mau tertipu berkali-kali  


   SANGAT TERPIKAT KENANGAN

sangat terpikat kenangan
sedangkan hidup harus berjalan ke depan
membongkar batu ujian
merobohkan dinding tantangan
meninju pohon hambatan
menendang kerikil godaan
menerjang badai nasib
menguak misteri kemungkinan
menguji jurus-jurus perjuangan

sangat terpikat kenangan
padahal batu ujian belum diatasi
padahal dinding tantangan baru sedikit dihadapi
padahal pohon hambatan hanya beberapa dahan yang ditebang
padahal kerikil godaan masih tampak menghadang
padahal badai nasib tak juga padam
padahal misteri kemungkinan justru menjadi hantu menakutkan
padahal jurus-jurus perjuangan belum tuntas dipertarungkan

sangat terpikat kenangan
akankah menghindar dari keharusan terus berjalan?
haruskah bersembunyi dari sangar-kenyataan kehidupan?    


SANGAT MEMEJAMKAN MATA

sangat memejamkan mata  
ketika terbang menaiki pesawat regenerasi
dilahirkan sudah berbuat apa
ataukah justru negara lebih memberi apapun yang diminta   
sungguh terasa turbulensi di udara
jasad itu entah akan dijatuhkan di mana  
                                                                                                                                                       
sangat memejamkan mata
pada saat menumpang kendaraan regenerasi
meniti perjalanan nan jauh
jejak pengabdian apa yang sudah ditinggalkan
di belakang sana, hanya bentangan fatamorgana
agaknya tiada satu pun yang kan mengenangnya
jasad itu entah akan dikuburkan di mana

sangat memejamkan mata
ketika berlarung dengan kapal regenerasi
membuang sauh mencari tempat berlabuh
akankah ada yang sudi mencatat pengorbanan
sebab selama ini hanyalah sibuk menggali harta benda
yang tidak habis dilahap tujuh turunan anak-cicitnya
                                        jasad itu entah akan ditenggelamkan di lautan mana                                                                                                              
sangat memejamkan mata
setelah matra udara, darat dan laut bersaksi
mendadak lahirlah matra dunia digital terkini
penumpang-penumpangnyalah yang akan berkuasa  
saling menjegal dengan hoax kata-kata
entah jasad-jasad tak berjiwa itu kelak akan berkubur di mana
      (di silicon valley si surga maya?)

                                                                                       
    SANGAT INGIN SELALU BERSAMAMU APAPUN KEADAANNYA 

sangat ingin selalu bersamamu apapun keadaannya
                              tanpa terasa langkah yang kita ayunkan dari teras kos-kosan                                        telah sedemikian jauh mata memandang
saat itu dengan badai-berdebar kuketuk pintu
dan muncullah wajah bersusun kata-kata rembulan
                              pelukis kondang pun takkan mampu menggoreskan perasaan             
gemuruh hati yang tak kasat mata
ledakan jantung nan sungguh aneh sebab berirama
betapa hebat Tuhan dalam mengirimkan tanda-tanda
semuanya tunduk kepada segala rahasiaNYA
kemudian di teras-rindu itu terselenggara indah-perbincangan
tentang kebaikan pak pos dan warna-makna surat-surat kita

sangat ingin selalu bersamamu apapun keadaannya
anak-anak pun hadir serasa tiba-tiba
dan berlompatan-meriah di halaman rumah
kebahagiaan sederhana yang meruah
menendang bola merobohkan pot-pot bunga
saling bertengkar namun sesaat saja
tidak seperti tetangga yang tak ikhlas saat saling bersapa
sebab bendera partai dan calon bupatinya berbeda,
gubraaak!!! terdengar suara benturan dan derit guliran roda
ia bangkit kembali lantas mengayuh lebih kencang lagi
terjatuh entah yang ke berapa kali dan langsung berdiri
anak bungsu kita bu, yang sedang belajar naik sepeda
seperti kehidupan yang juga penuh drama jatuh bangun
sebetapapun elok rancangan telah kita susun
ujian-ujian tetap mengasyikkan meski datangnya beruntun

sangat ingin selalu bersamamu apapun keadaannya
terima kasih sebesar gunung tertinggi di dunia
atas segenap pengertian dari lubuk hatimu bagai telaga
ketika kau laporkan rumah kita yang bocor karena hujan
bukan berkata sekenanya, tidak bermaksud sebagai candaan
namun inilah jawaban yang mampu kuberikan:
“tunggu musim kemarau tiba, bocor itu tentu akan sirna”
dan kau pun tersenyum sesejuk hujan itu sendiri
hujan penghapus kemarau yang bikin menjerit para petani
sehingga harga cabai dan beras naik lagi

sangat ingin selalu bersamamu seperti apapun keadaannya
maafkan diriku ya bu,
karena belum bisa mengajakmu ke madinah dan singapura
tapi ini bu, aku punya gambar-gambar dan brosurnya........  

 
  

SANGAT CEPAT WAKTU MELAJU
RASANYA BARU KEMARIN SAJA MENEMANINYA MANDI BOLA

sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
terngiang teriakan lepasnya yang membahana
hingga merasuk ke dalam palung jiwa ayah-bundanya  
“dia buah kasih kita”
mengingatkan pada drama kisah-pendekatan  
bersaing dengan teman-teman
dan ketika jatuh cinta diterima
 serasa ikut bahagia seisi dunia
luas lautan, lapang langit, sejuk gunung-gunung
dan teduh-damai teras kos-kosan

sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
bola-bola kebebasan baginya, ia lempar-lemparkan ke ujung jaring
ceria-berlompatan, kumandang tawanya nan nyaring
dan kebahagiaan itu ingin ia pamerkan pada bundanya
namun tengah meninggalkannya keliling outlet untuk berbelanja
yang ditemuinya tatapan alakadarnya dari mbak-mbak penjaga
maka kembali ia lesat-lemparkan bola-bola itu
lontarannya lebih keras rupanya dengan wajah menggerutu
hingga mengenai kepala anak sebaya
sontak mereka pun menangis bersama-sama

sangat cepat waktu melaju
rasanya baru kemarin saja menemaninya mandi bola
bola bulat yang menggelinding cepat seperti perjalanan usia
tidak seperti bola globe yang bergambar peta-peta
cepat-lambatnya tergantung pemutarnya
dan yang bergerak makin lambat mungkin hanya bola dunia 
bahkan tampaknya tengah mencari titik untuk berhenti
sebab sudah kepayahan memikul sarat persoalan yang silih berganti
peperangan, kemiskinan, intoleransi

(sangat cepat waktu melaju
kini ia sudah tidak suka mandi bola lagi
sukanya menembakkan pertanyaan tak kenal waktu
khawatir jadinya jika tiba-tiba saja spontan ia bertanya: 
apakah ayah-bunda senantiasa saling jatuh cinta?
sebab agaknya ia mendengar ketika kami bertengkar  
padahal pertengkaran yang tak sampai mengguncang prinsip-jiwa
hanya perbedaan pendapat perihal penataan pot bunga
                                dan pilihan jagoan pilkada yang tidak sama)   




      SANGAT NYAMAN DI JIWA MENGAYUH SEPEDA DIHEMBUS ANGIN  
  
sangat nyaman di jiwa mengayuh sepeda dihembus angin  
sambil merengkuh tujuan masih bisa da da da da
kepada teman yang juga bersepeda di seberang sana
melambaikan tangan bertukar senyuman  
saling berhenti sejenak
bersapa kabar tentang indah kehidupan
meskipun sedang di jalanan tapi tidak merasa sendirian
seseorang yang menyalip dari belakang pun dipersilakan
wusssssshhhh….terhirup harum aroma
mungkin dia seorang janda penjual bunga  
  
sangat nyaman di jiwa mengayuh sepeda dihembus angin
menjadi kenangan ketika kini kau naiki brio atau fortuner
werrrrr…seketika semua tujuan pun tersamber
dengan segala cara tanjakan dan tikungan bisa diuber  
jalanan seperti milik simbah sendiri
umpatan pun meluap jika disalip dengan kecepatan begitu ngeri  
ingin mengganjar dengan tendangan MMA dan pitingan silat betawi asli
sebab bila tiba-tiba jantung copot di jalanan, bagaimana?
anak istri yang sedang menunggu di rumah pun  
tentu bakal terlambat memungutinya

sangat nyaman di surga si pengayuh sepeda dihembus angin dunia
bersama-sama kita gotong dia
sepedanya tertabrak motor hingga bengkok sebegitu rupa  
remuk-tertekuk dan diam
“senyummu kan slalu kupahat di hati   
kesabaran tiada tertandingi
makna persaudaraan di jalanan
yang kau cerminkan
       memang kian menghilang”     


  
     SANGAT MERDU MENDENGAR TANGISMU 

(FANDY ketika itu)
sangat merdu mendengar tangismu
segala lirik lagu terkalahkan
berkumandang lantang tanpa partitur yang berurutan
jika suatu waktu kau terjerembab dan lebam
tugasmu bukan menggenggam tetapi mengepalkan tangan
ketika kau terlempar segera pancangkan pilar-pilar
bangunlah dunia baru di pijakan tempat kau terkapar
semangat akan menyelamatkanmu, cita-cita bersiaga menuntunmu
jangan takut dihembus angin sepanjang kompas langkah selalu terarah
deru badai pun bakal menyerah
             
             

(HANNA ketika itu)
sangat merdu mendengar tangismu
suara alam pun diam ikut mendengarkan
apakah kau ingin menjadi rembulan ya, sayang
tetapi esok pagi matahari akan menenggelamkanmu
bila kau ingin menjadi bumi, segeralah bangkit dari mimpi
sebab di berbagai medan akan selalu ada pertarungan
tak elok jika hanya mengandalkan pikat senyuman
benamkan pengetahuan ke dalam otak kiri-otak kanan
hati-hati, akan senantiasa tergelar aneka jebakan
yang di baliknya terbentang  jurang sangat dalam
sigap melompatlah dan jangan gampang menyerah  


  
(HESTI ketika itu)
sangat pilu mendengar isak-lirih tangismu
ketika pagi itu mengabarkan untuk menunda menikahimu
sebab aku harus menjadi TKI terlebih dahulu
dan setelah segenap cerita dikunyah oleh waktu
BETAPA TERASAKAN BAHWA CINTA ITU
SERUPA TANDA BACA BERBENTUK KOMA
DAN SETERUSNYA ADALAH RINDU  


 
   (Ketika itu, SAYA)
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
zyxwvutsrqponmlkjihgfedc
baabcdefghijklmnopqrstu
vwxyzzyxwvutsrqponml
kjihgfedcbaabcdefghi
jklmnopqrstuvwxyzz
yxwvutsrqponmlkj
ihgfedcbaabcdef
ghijklmnopqrs
tuvwxyzzyxwvuts
rqponmlkjihgfedcb
aabcdefghijklmnopqr
stuvwxyzzyxwvutsrqpo
nmlkjihgfedcbaabcdefgh
ijklmnopqrstuvwxyzzyxwv
utsrqponmlkjihgfedcbaabcd
efghijklmnopqrstuvwxyzzyxw
vutsrqponmlkjihgfedcbaabcdef
ghijklmnopqrstuvwxyzzyxwvutsr
qponmlkjihgfedcbaabcdefghijklmo
pqrstuvwxyzzyxwvutsrqponmlkjihg
fedcbaabcdefghijklmnopqrstuvwxyz!  
ekonurwindartosepulangjaditkiditaiwan
kemudianmenikahihestiningsihlantas
lahirlahsanggarbacaannancitadan
neofandyaikannancitazen
sertahannanancitanovarifdah 
                                                                               
                      
         
 

      SANGAT TERTANTANG OLEH GELOMBANG AMARAHMU

sangat tertantang oleh gelombang amarahmu
kemarahan yang tidak melebarkan jarak
justru semakin mendekatkan
sehingga keinginanmu tidak perlu kutebak
kemarahan kadang bukan bibit pertengkaran
maka jangan buru-buru ke luar rumah
apalagi sampai hendak membakarnya
hingga rata dengan tanah
jangkau hatinya dan bisikkan kata-kata
yang takkan bisa dilupakannya sepanjang masa

sangat tertantang oleh gelombang amarahmu
biarpun kau lampiaskan sekehendakmu
hingga gelegarnya sampai mengguncang telinga
itu lebih baik daripada kau pendam serupa magma
yang bila meledak akan melumatkan segala
arus sungai, tebing gunung, belukar perdu
termasuk perasaan cintaku
            
SANGAT KAGET DICEMBURUI   

sangat kaget dicemburui
kukira segalanya terselenggara seperti terbitnya matahari
                      entah ada mendung atau gempa sinarnya tetap memayungi                      
dan bila saatnya tenggelam di rembang petang
sejuk rangkulan terhadirkan di sepanjang malam 
dengan jemarimu yang suka kau tari-tarikan
esok pun semburat sang surya terasa selalu lebih benderang

sangat kaget sekali dicemburui
padahal kurang apa kesetiaan yang terpahat di hati
seolah tiba-tiba terbentang curam jarak
hendak melompat pun belum tentu sampai
maka kupilih saja menunggu waktu
hingga terjulur jembatan pengertian
dengan kawat-kawat kesabaran yang kencang
dan rangka besi pemahaman nan kokoh dari badai-hujan
tidak rapuh bergoyang-goyang jika ditapaki berduaan          

sangat kaget dicemburui
 atau jangan-jangan itu adalah strategi
semacam isyarat agar nanti malam  
perhatian yang kuberikan harus lebih detail, kreatif dan mendalam 
                                                                                  *08/12/2017 '07.30 



  
                                                                                                                        
  
                    





RESUME dan STEP BY STEP PERJALANAN LITERASI NanCita 

............................................ 
PARA PEMBURU CINTA
Masih teringat jelas ketika pertama kali saya berkenalan dengan seorang gadis bernama Hestiningsih. Kami: saya, Bowo, Aris dan Upri, mereka semua teman satu kos saya, secara bersamaan berkenalan dengan dia di  sebuah warung makan di kawasan Rinjani Semarang. Pada awalnya kami berangkat bersama saat dolan ke kos-kosan Hesti yang berjarak kurang lebih 200m dari kos-kosan kami.  Namun berikutnya kami berkunjungnya dengan tidak saling mengajak…… Jebul masing-masing melakukan gerilya sendirian seperti berlomba dalam upaya mengambil hati Hesti.  Kemudian saya berinisiatif membuat semacam sayembara di antara kami yakni: barang siapa yang paling duluan bisa memperoleh pasfoto Hesti, dialah pemenangnya.  Singkat cerita, setelah memberi kesempatan kepada kawan-kawan unjuk kebolehan dalam berburu pasfoto, akhirnya pasfoto itu berhasil saya dapatkan langsung dari Hesti !!

                       DARI SEMARANG, KAMI PUN MERAJUT MASA DEPAN
(Dan pasfoto itu saya dapatkan dengan melobi Hesti melalui hobinya.  Dia suka membaca maka saya kirimi dia buku-buku antara lain 3 buah novel Mira W edisi perdana ini. Dan di sampul belakang novel itu saya selipkan sajak. Ke tiga novel ini sungguh memorable sekali. Hingga kini tetap tersimpan dan menjadi koleksi Sanggar Bacaan NanCita. Masih sering pula dipinjam oleh para anggota. Tiga buah novel yang menjadi cikal-bakal dan “pondasi” pendirian perpustakaan)      



                        


...................................................... 
Bersambung ke entri AjariKamiMenulisCerpen (Kumcer MOBIL SURGA) 
dalam BLOG ini juga.

    
       

                                                                             *Eko Nurwindarto  
                                                                               Brojolan Timur 185 RT 05 RW 02 
                                                                               TEMANGGUNG 56212 
                                                                               WA/SMS 081328747838 
                                                                                                                                             

       


    

Komentar